Tantangan Masuk ke Gorong-Gorong
Pernah tidak membayangkan siapa yang paling berjasa mempercepat surutnya banjir? Atau, siapa yang rela menantang bahaya demi mencari korban bencana atau kecelakaan? Program Berani Coba di Trans7 bisa memberi gambaran tentang sosok dan pekerjaan yang kerap
BERANI Coba tayang sejak 12 Januari lalu. Sebagai episode pertama, reporter Ajeng Wulandari mencoba melihat langsung petugas pemadam kebakaran (damkar) saat bekerja. Dengan konsep liputan partisipatoris dan tayangan realitas, Ajeng mengikuti setiap proses latihan dan tugas damkar. Mulai bergantung di ketinggian, latihan pemadaman api, hingga penyelamatan korban dalam air.
Sementara itu, di episode kedua, seorang talent bernama Feby merasakan menjadi tim pasukan biru alias petugas gorong-gorong Jakarta. Waktu syuting dilakukan tepat pada akhir tahun kemarin saat curah hujan tinggi dan sejumlah wilayah di Jakarta berpotensi mengalami banjir. Bermodal keberanian, Feby ditantang masuk ke gorong-gorong untuk melihat proses kerja pasukan biru memperlancar saluran air.
Manyus Pagar Alam, penanggung jawab program Berani Coba, menjelaskan bahwa ide program ini berawal dari pengamatan mengenai ragam pekerjaan di masyarakat. ”Ada pekerjaan yang penuh risiko, tapi kadangkadang banyak orang yang memandang sebelah mata,” ujar Manyus saat dihubungi Jumat (14/1) malam.
Yandha Yudhian, produser madya, menuturkan, di balik kondisi kota yang terlihat bersih dan baik-baik saja, ada sosok-sosok yang kinerjanya luput dari perhatian. Atau, kalaupun tahu ada pekerjaan tersebut, masyarakat tidak tahu proses panjang di baliknya. Kadang proses itu lebih sulit daripada yang dibayangkan.
Agar masyarakat umum lebih paham dan menghargai pekerjaan-pekerjaan tersebut, perlu ada program televisi yang memaparkannya. Bukan secara deskripsi, melainkan tampilan langsung tentang kegiatan konkret sebuah pekerjaan.
Manyus mengungkapkan, dalam produksi satu episode yang membahas satu profesi, dibutuhkan waktu sekitar satu minggu. Hal tersebut mencakup riset profesi, koordinasi dengan pihak terkait, dan proses syuting. ”Yang paling penting itu riset sama koordinasi karena kami mengutamakan keamanan dan jangan sampai mengganggu pekerjaan mereka,” jelas Manyus.
Sejauh ini tim produksi menyebut semuanya berjalan lancar. Pihak-pihak terkait yang diajak untuk bekerja sama cukup kooperatif dalam mengizinkan tim ikut serta beraktivitas. Tim produksi pun sebisa-bisanya mengikuti SOP dari petugas terkait agar semuanya berjalan aman. Untuk mempermudah koordinasi, satu tim lapangan dari pihak Trans7 terdiri atas talent, reporter, dua kamerawan, dan asisten produser atau produser madya.
Yang tidak kalah penting adalah penentuan
talent. Untuk episode-episode awal, tim mencari talent yang akan ikut serta dalam peliputan lewat casting. ”Mereka biasanya berasal dari orang awam, tapi secara penampilan oke,” ungkap Lies Indria Permana, produser eksekutif.
Sejak awal, tim memberikan penjelasan kepada talent yang lolos casting bahwa dia akan melakukan observasi sebuah pekerjaan sebagai partisipan aktif. Namun, hanya sebatas pemaparan secara umum. Selebihnya, saat syuting, semua berjalan tanpa skenario agar
talent menunjukkan reaksi natural terkait dengan bidang pekerjaan yang diamati.
Selanjutnya, bukan cuma orang awam yang akan ikut serta dalam tugas sebuah pekerjaan. Tim berencana menggandeng figur publik untuk turun langsung dan merasakan beratnya pekerjaan yang berbeda jauh dengan yang digeluti sang figur publik. ”Bisa siapa aja sih public figure-nya. Yang penting harus berani kayak nama programnya,
haha,” tutur Lies.