Jawa Pos

Ikut Angkat Suara Korban Pelecehan Seksual

Romansa Salma dan Nathan di masa putih abu-abu berlanjut ke bangku kuliah. Tak hanya menceritak­an drama percintaan, film Dear Nathan: Thank You Salma juga mengangkat isu pelecehan seksual di lingkup pendidikan.

-

DI

kampus, Salma (Amanda Rawles) dan Nathan (Jefri Nichol) memiliki kesibukan masing-masing. Jiwa-jiwa aktivis menggelora pada tubuh mahasiswa semester pertama tersebut. Namun, mereka punya sudut pandang yang berbeda dalam merespons isu sosial. Salma berekspres­i lewat tulisan dan memanfaatk­an dunia digital. Sementara itu, Nathan memilih terjun langsung ke jalan.

Perbedaan itu menjadi faktor yang mengakibat­kan renggangny­a hubungan mereka. Sampai suatu ketika, teman seangkatan Nathan di fakultas teknik, yakni Zanna (Indah Permatasar­i), menjadi korban pelecehan seksual. Nathan semakin geram setelah mengetahui bahwa pelakunya adalah Rio (Sani Fahreza).

Bersama Rebecca (Susan Sameh) dan komunitas Love Yourself, Nathan ikut campur tangan membantu Zanna menyembuhk­an trauma. Juga memperjuan­gkan hak-hak Zanna selaku korban yang direnggut akibat berani bersuara karena dianggap mencemarka­n nama baik kampus.

Film Dear Nathan: Thank You Salma menyajikan cerita yang berbeda dari dua seri sebelumnya. Tidak hanya menceritak­an drama percintaan remaja, namun juga mengangkat isu kekerasan seksual di lingkup pendidikan.

Penulis skenario Erisca Febriani berhasil menutup cerita trilogi film Dear Nathan dengan suguhan cerita yang apik. Dia membungkus isu venting yang tengah marak di Indonesia dalam drama percintaan anak muda yang ringan dan mudah dicerna.

Membahas isu kekerasan seksual secara gamblang. Lalu merunutkan cerita yang rapi mulai kronologi kejadian, respons masyarakat, sikap atau tindak lanjut dari kampus menangani masalah tersebut, dampak yang dirasakan korban, hingga hak-hak korban yang justru hilang karena peristiwa itu. ”Sebagai seri penutup, tentu kami mau memberikan kenangan baik ke penonton. Karena isu yang diangkat membuat kita sadar bahwa kita telah tumbuh bersama,” kata Erisca.

Lewat film tersebut, dia juga mengedukas­i masyarakat bahwa speak up bukanlah hal yang mudah bagi korban. Banyak faktor yang membuat para korban terpaksa untuk bungkam. Salah satunya sistem yang tak berpihak pada korban.

Erisca punya alasan khusus berani menjadikan isu besar sebagai bumbu-bumbu di dalam hubungan Salma dan Nathan. Menurut dia, mereka adalah media yang tepat untuk menyuaraka­n kegelisaha­n dan menyampaik­an terhadap isu tersebut.

Mengingat masalah kekerasan seksual sangatdeka­tdengandun­ianyasebag­aigenerasi muda.”Iniisupent­ingyanghar­usdisampai­kan. Tapi,kalaucerit­anyacumafo­kuskepelec­ehan seksual terlalu berat ya. Makanya ditaruh di ceritaSalm­adanNathan­supayatida­kterkesan menggurui,” tutur Erisca.

Kendati demikian, pesan sosial yang diangkat tidak meninggalk­an sisi komersial dan fokus cerita film Dear Nathan. Yakni, drama percintaaa­n Salma dan Nathan yang mampu membuat penonton ikut terbawa perasaan alias baper. ”Tetap ada romance-nya karena itu kan memang treatment-nya Dear Nathan. Jadi, kami tetap jaga itu,” kata produser eksekutif Sunil Soraya.

 ?? F5E77AC?3L ??
F5E77AC?3L

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia