Inspirasi dari Video Game dan Musik ’80-an
Perjalanan The Weeknd pada 2021 ibarat roller-coaster. Album After Hours ’’ditendang’’ dari ajang penghargaan Grammy Awards. Namun, tak lama setelahnya, dia tampil di show paro waktu Super Bowl LV 2021. Ragam cerita itu bermuara di Dawn FM, album pop old-school yang upbeat dan menyenangkan.
Dawn FM, Abel Tesfaye – nama asli The Weeknd– tampil dengan alter ego baru: seorang pria sepuh penuh kerut dengan rambut beruban. Album yang dirilis pada 6 Januari lalu itu juga menjadi lanjutan album
dance floor sebelumnya. Dia kembali menggandeng kolaborator andalannya: Max Martin, Jason ’’DaHeala’’ Quenneville, dan Ahmad ’’Belly” Balshe. Proses kreatifnya pun cepat. Setelah rekaman After Hours rampung pada 2020, musisi asal Kanada itu langsung tancap gas.
’’Aku mulai menulis album ini saat pandemi, periode yang membuat kita ada di teritorial yang mengerikan dan tak dikenali. Aku ingin menciptakan musik yang terasa seperti sedang jalan-jalan,’’ papar Tesfaye.
Tesfaye berkata, dia terobsesi untuk menampilkan lagu yang pas untuk vakansi. Namun, proses produksi itu sempat macet lantaran dia terlalu ambisius. ’’Aku tahu yang kumau, tapi aku merasa nggak punya
skill yang memadai untuk menyampaikan proyek seperti itu,’’ ucap musisi 31 tahun itu.
Di album kelimanya, pelantun
Blinding Lights tersebut menyuguhkan konsep yang eksentrik. Tesfaye membayangkan Dawn FM diputar pada pendengar yang mati. ’’Mereka terjebak di fase purgatory (periode pemurnian setelah kematian dengan melalui api penyucian dalam Katolik, Red), yang kuibaratkan seperti ada di tengah kemacetan, menanti cahaya di ujung lorong,’’ ujar Tesfaye dalam wawancara dengan Billboard.
Di tengah kemacetan itulah, radio bernama Dawn FM hadir. Para penyiar radio, yang salah satunya adalah komedian Jim Carrey, memberikan panduan
untuk menuju cahaya itu. ’’Karenanya, album ini bisa dibilang separo perayaan, separo hampa, bergantung bagaimana kalian menganggapnya,’’ papar Tesfaye.
Layaknya stasiun yang sungguhsungguh mengudara, album berisi 16 lagu itu disisipi jingle, monolog penyiar, hingga kemerosok khas.
Dawn FM masih satu ’’aliran” dengan After Hours. Sama-sama mengusung musik era 1980-an. Tesfaye mendeskripsikan album itu sebagai semesta bebunyian –alias sonik– yang lahir dari pikirannya. Ada pengaruh new wave, musik elektronik ala 1980-an, hingga lagu tema video game jadul. Dia mengaku, wawasan musiknya di era itu berakar dari video game.
’’GTA: Vice City benar-benar membuka mataku pada banyak musik 1980-an. Menyimak lagu itu terasa seperti nostalgia, mengingatkanku saat mengendara (di game) sambil mendengarkan Hall & Oates dan Michael Jackson,’’ lanjut musisi pengoleksi tiga piala Grammy Awards itu.
Tesfaye menjelaskan, pengaruh musik old-school sebenarnya sudah muncul di album-album sebelumnya. Namun, hanya sekilas dan sebatas pelengkap. ’’Tapi, keinginan untuk ’menyelam’ di musik itu selalu ada. Setelah 10 tahun ada di sini (industri musik), kurasa aku layak memasukkan pengaruh itu,’’ imbuh pria kelahiran 16 Februari 1990 itu.
Selama sedekade kariernya, Tesfaye telah bereksperimen dengan banyak alter ego. Salah satunya, persona mirip Michael Jackson era BAD. Berjaket kulit merah, memiliki wajah yang kentara merupakan hasil bedah plastik, lengkap dengan luka dan balutan perban. Di album Beauty Behind the Madness dan Starboy, dia bercerita lewat video konsep yang dibuat mirip film pendek..