Kans Juara dengan Sempurna
– The Daddies –julukan M. Ahsan/Hendra Setiawan– belum terbendung di India Open 2022. Dan sesuai dengan prediksi, final India Open 2022 harus mempertemukan The Daddies selaku unggulan pertama dengan wakil tuan rumah yang merupakan unggulan kedua, Satwiksairaj Randkireddy/Shirag Shetty.
Itu menjadi final pertama Ahsan/Hendra setelah menunggu selama satu tahun. Kali terakhir mereka masuk final pada World Tour Final 2020. Sayang, pada laga final di Bangkok kala itu, Ahsan/Hendra harus mengakui keunggulan Lee Yang/ Wang Chi-Lin.
India Open 2022 ini menjadi kesempatan emas The Daddies untuk menyempurnakan kemenangan mereka. Apalagi sudah cukup lama pasangan nomor dua dunia itu tidak mengangkat trofi. Kali terakhir Ahsan/Hendra meraih gelar saat World Tour Finals 2019.
’’Di India ini mungkin persiapannya yang lumayan lama. Kami punya dua minggu untuk latihan. Jadi, kondisi kami cukup bagus,’’ kata Hendra kepada tim humas PP PBSI kemarin.
Kesempatan untuk menjadi juara sangat terbuka. Ahsan/Hendra unggul secara head-to-head dengan Rankireddy/Shetty. Dari empat kali pertemuan, Ahsan/Hendra memenangkan tiga kali pertandingan. Dua di antaranya diraih secara beruntun dan diselesaikan lewat straight game. Mereka kali terakhir bertemu saat Thailand Open I. Saat itu Ahsan/Hendra berhasil unggul dengan skor 21-19, 21-17.
Sementara itu, kekalahan Ahsan/Hendra terjadi pada 2019 di Prancis Open. Saat itu The Daddies kalah setelah bermain rubber game.
Hendra berharap itu menjadi awal yang bagus baginya pada 2022. ’’Besok (hari ini) kami akan terapkan pola main kami lagi. Sambil melihat kondisi di lapangan seperti apa,’’ lanjutnya.
Hingga babak semifinal di K.D. Jadhav Indoor Hall, New Delhi, kemarin, The Daddies belum kehilangan satu game pun. Ahsan/ Hendra berhasil menyelesaikan semua pertandingan dalam waktu kurang dari 30 menit. Pada pertandingan semifinal melawan Ong Yew Sin/Teo Ee Yi kemarin, The Daddies unggul dengan skor 21-15, 21-18 dalam waktu 30 menit. ’’Kami tahu bahwa Ong/ Teo dalam permainan terbaik. Makanya, kami mencoba menyerang terlebih dahulu. Kebetulan bolanya lumayan kencang,’’ ujar peraih emas Olimpiade Beijing 2008 itu.
Pada game pertama, Ahsan/Hendra langsung tancap gas. Mereka tidak memberikan kesempatan Ong/Teo untuk mengembangkan permainan. Pasangan ranking ke-11 asal Malaysia itu sebenarnya memiliki momentum pada game kedua. Mereka sudah unggul lima poin.
Namun, dengan ketenangan dan kecermatannya, Ahsan/Hendra berhasil membalik keadaan. Mereka menyapu 10 poin beruntun dan nyaris tak terkejar setelah jeda interval. ’’Mereka juga ternyata tidak berani bermain defend, jadi lebih enak buat kami untuk mengendalikan permainan,’’ imbuh Hendra.