Sajikan Perjalanan Panjang PLN
– Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero tak lagi muda. Usianya mencapai 76 tahun. Meski bilangan umurnya sudah menua, tak banyak narasi serta buku yang mengabadikan perjalanan perusahaan pelat merah tersebut. Penyebabnya, pendekatan teknis yang kadang sulit dipahami masyarakat awam.
Komisaris PLN Eko Sulistyo berupaya mengungkap sejarah kelistrikan dari sisi lain berdasar hasil penelitiannya. Dia menulis buku. Judulnya, Jejak Listrik di Tanah Raja. Eko berusaha menceritakan listrik dan kolonialisme di Surakarta.
Kemarin (15/1) buku tulisan Eko itu dibedah di Newsroom Jawa Pos. Eko menjelaskan sejarah kelistrikan dan transformasi yang dihadirkan di Vostelanden alias wilayah kekuasaan kerajaan di Surakarta pada 1901–1957. Yakni, Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran. ”Pesan dari buku ini, saya ingin masalah listrik jangan dipahami dari infrastruktur kerasnya. Tapi, listrik juga menghadirkan jaringan lunak atau infrastruktur lunak yang saya sebut dengan perubahan sosial, budaya, pendidikan, dampak
BUAH PEMIKIRAN: Komisaris PT PLN sekaligus penulis buku Jejak Listrik di Tanah Raja Eko Sulistyo (dua dari kiri) memberikan paparan saat bedah buku miliknya bersama Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Prof Dr Purnawan Basundoro SS MHum (kiri) dan Direktur Utama PT PJB Gong Matua Hasibuan (dua dari kanan) di Jawa Pos Multimedia News Room kemarin (15/1). Acara itu dipandu moderator Wuri Baskoro Catur Prasetyo.
ekonomi, dan sebagainya,” paparnya.
Kehadiran listrik, kata dia, memunculkan budaya baru. Listrik akan memantik perekonomian wilayah tersebut lebih maju daripada daerah yang tidak dialiri listrik. Kondisi itu juga terjadi di Amerika, Afrika, negara komunis, maupun kapitalis. Sejarah tersebut kini memberikan mandat kepada PLN untuk mencapai rasio elektrifikasi 100 persen. ”Supaya jangan sampai ada lubang dari daerah tertentu yang belum teraliri listrik. Rasio elektrifikasi ini yang akan terus kita kejar,” ujarnya.
Sementara itu, Dekan FIB Unair Prof Dr Purnawan Basundoro SS MHum menyampaikan, dalam kajian sejarah, diskografi tentang kelistrikan sangat jarang ditemukan. Padahal, relevansi kajian sejarah dengan kelistrikan saat ini sangat erat. Hal itu terlihat di Surakarta yang merupakan kawasan kerajaan Jawa yang dianggap sebagai kota tradisional. Namun, kota tersebut justru berubah total dengan hadirnya listrik. Dulu, sebelum listrik hadir, penerangan sangat bergantung pada obor dan gas yang sangat terbatas. Dengan adanya listrik, Surakarta berkembang begitu cepat. ”Inilah mengapa, listrik begitu menyedot perhatian masyarakat atas dampak yang ditimbulkan,” tandasnya.