Sudah Meninggal, Masih Masuk Daftar
BANYAK
temuan di lapangan saat proses verifikasi data dilakukan. Salah satunya penerima yang sudah meninggal, tapi tetap tercatat dalam data penerima bansos dan MBR. Banyaknya temuan seperti itu sempat membuat daftar MBR mengalami penurunan atau pengurangan jumlah.
Pemutakhiran data MBR terus dilakukan pihak Pemkot Surabaya hingga tingkat bawah. Verifikasi data MBR di Kecamatan Asemrowo, misalnya, terus berjalan. Sekitar 6.000 jiwa tergolong dalam kategori MBR. Dari jumlah tersebut, 50 persennya terdapat di Kelurahan Asemrowo. Sedangkan sisanya tersebar di Kelurahan Genting Kalianak dan Kelurahan Tambak Sarioso.
Camat Asemrowo Bambang Udi Ukoro mengatakan, jika dibandingkan dengan 2021, tahun ini jumlah MBR turun 20 persen. Penurunan disebabkan beberapa faktor. Misalnya, orang yang bersangkutan meninggal atau pindah dari Kecamatan Asemrowo.
Kebanyakan mereka tergolong MBR karena tidak memiliki pekerjaan tetap. Atau bekerja serabutan. Untuk menekan angka MBR, lanjut Bambang, pembinaan serta pelatihan wirausaha akan diberikan.
Di Kecamatan Sukomanunggal, pendataan untuk MBR yang berhak atas bantuan pemerintah terus dilakukan. Bagi yang sudah terdata, rumahnya ditempeli stiker khusus. ”Sejauh ini belum ditemukan ada warga luar (Kota Surabaya, Red) yang mengajukan bantuan,” kata Camat
Sukomanunggal Lakoli kemarin (15/1).
Menurut Lakoli, pihak RT dan RW sudah cukup selektif dalam mendata warganya. Artinya, warga yang benarbenar membutuhkan akan dimasukkan ke dalam daftar penerima sebagai MBR.
Untuk warga luar kota, pengurus RT maupun RW tidak berani memasukkannya. Sebab, mereka belum tentu menetap di wilayah tersebut. Selain itu, data MBR yang menerima bantuan diprioritaskan untuk warga asli Surabaya.
TELITI: Camat Asemrowo Bambang Udi Ukoro (kiri) menunjukkan nama-nama warga yang masuk daftar MBR kepada sejumlah warga di Balai RW 2, Kelurahan Asemrowo.