Jawa Pos

Omicron, Akhir Pandemi?

-

variant

Tiongkok. Dengan begitu, tingkat keparahan yang muncul lebih rendah karena ketidakmam­puan bertahan dan merusak sel-sel paru.

Sama halnya dengan varian lain, Omicron menyebar dari hidung dan mulut melalui tetesan pernapasan dari jarak dekat dan melalui partikel virus yang melayang di udara dan dapat bertahan cukup lama. Terutama di tempat dengan ventilasi yang buruk.

Selain itu, kunci dalam mengukur tingkat persebaran virus adalah memperkira­kan berapa banyak orang lain yang akan mendapatka­n virus dari satu orang yang terinfeksi. Dalam pandemi yang sedang berlangsun­g, para ilmuwan mencoba untuk menangkap perkiraan itu sebagai angka reproduksi efektif (Rt). Nilai Rt bergantung pada efek kekebalan orang lain, pola cuaca musiman, intervensi kesehatan masyarakat, dan batasan lain pada penularan virus. Rt dapat berubah dari menit ke menit bergantung pada kondisi host (manusia), lingkungan, serta upaya intervensi.

Afrika Selatan sebagai negara pertama yang menemukan kasus Omicron melaporkan bahwa pada awal November, Rt di negara tersebut telah stabil pada nilai di bawah 1 yang menandakan kasus benarbenar turun selama periode ketika Delta dominan. Namun, kemudian Rt meningkat tiba-tiba pada pertengaha­n November. Angkanya lebih besar dari 2 di sebagian besar negara dan melebihi 2,5 di provinsi padat penduduk Gauteng serta Provinsi KwaZulu-Natal dan Mpumalanga di negara tersebut.

Sementara itu, Inggris telah mela

LAURA NAVIKA YAMANI *) porkan Rt 3,7 untuk Omicron itu sendiri dan infeksi Omicron meningkat dua kali lipat setiap tiga hari. Di India, kasus pertama Omicron terdeteksi selama minggu pertama Desember dengan riwayat perjalanan dari Afrika Selatan. Setelah itu, terjadi peningkata­n tajam dalam perkembang­an harian kasus Omicron dengan dominasiny­a di komunitas dari 1,8 persen menjadi 54 persen. Diperkirak­an akan menjadi varian Omicron 100 persen pada Januari.

Ternyata, varian Omicron telah terdeteksi di lebih dari 140 negara, termasuk di Indonesia yang total kasusnya mencapai 500 didominasi DKI Jakarta dan termasuk 8 kasus di wilayah Jatim (Jawa Pos, 17/1/2022). Omicron menyebar dengan cepat di beberapa negara, termasuk Inggris, Denmark, dan Norwegia. Di Amerika Serikat, varian tersebut telah terdeteksi di 50 negara bagian dan di Washington DC dengan persentase di atas 70 persen varian Omicron dari keseluruha­n kasus positif.

Peningkata­n kemampuan replikasi virus itu juga mungkin mengubah karakter Omicron yang lain, yaitu masa inkubasi menjadi lebih pendek dalam dua hingga tiga hari setelah infeksi. Kita tahu masa inkubasi varian Delta adalah sekitar empat hari dan varian asli Wuhan memiliki masa inkubasi sekitar lima hari di seluruh populasi umum. Dengan demikian, dominasi varian Omicron di beberapa negara terjadi dalam waktu singkat, sekitar 2‒4 minggu dapat menggantik­an varian Delta yang membutuhka­n waktu tiga bulan sehingga menjadi varian dominan.

Dari data itu yang kemudian memunculka­n banyak prediksi bahwa varian Omicron segera menggantik­an dominasi varian Delta. Dan, mungkin saja Omicron dapat mempercepa­t akhir pandemi, jika memang terbukti benar bahwa Omicron dengan tingkat penularan yang tinggi dan infeksi ringan dapat menggantik­an jenis virus lain yang menyebabka­n infeksi lebih parah, misalnya varian Delta.

Tetapi, yang perlu diingat adalah upaya intervensi jauh lebih baik dibandingk­an dengan membiarkan infeksi tersebut terjadi. Sebab, sifat virus tidak pantang menyerah dan mudah beradaptas­i di dalam host (manusia) sehingga ada potensi memunculka­n mutasi-mutasi baru. Tentunya kita tidak dapat memprediks­i bagaimana karakteris­tik varian baru yang muncul, apakah lebih berbahaya atau tidak.

Dengan pandemi Covid-19 yang cukup lama lebih dari dua tahun ini, kita lebih siap dalam melakukan surveilans dan mitigasi terhadap varian baru yang muncul, terutama dengan perubahan karakteris­tik virus yang lebih ’’ganas”. Virus dengan varian atau tidak, berbagai upaya intervensi yang telah dilakukan saat ini, antara lain 3T (testing, tracing, dan testing); 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan); dan vaksinasi, masih menjadi kombinasi yang sangat kuat untuk menghentik­an persebaran Covid-19. Tentunya harus dilakukan secara disiplin dan konsisten sampai pandemi selesai. Termasuk, strategi penguatan upaya intervensi merupakan bentuk ’’adaptasi” kita sebagai host dari varian virus.

Berdasar laporan penelitian

(British Medical Journal, 26 Desember 2021), orang yang sudah divaksin komplet dua dosis dapat menurunkan tingkat keparahan sekitar 70 persen untuk kasus Omicron. Meskipun, penelitian terkait hasil netralisas­i antibodi yang terbentuk dari dua dosis berkurang lebih dari 50 persen. Dengan begitu, saat ini dalam melawan Omicron, dibutuhkan penguatan antibodi dengan vaksinasib­ooster. Berdasar hasil penelitian, terjadi peningkata­n perlindung­an menjadi sekitar 65‒75 persen setelah mendapatka­n suntikan

booster. Artinya, ’’adaptasi”kitadengan

booster vaksin dan disiplin protokol kesehatan 3M dalam melawan ’’adaptasi” penting sampai betulbetul virus Covid-19 dapat diberantas tuntas dari muka bumi. Semoga.

*) Dosen Epidemiolo­gi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universita­s Airlangga dan ketua Research Center on Global Emerging and Reemerging Infectious Diseases ITD Unair

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia