Mengapa muncul begitu banyak nama matahari bagi orang Jawa?
LUAS WILAYAH
Kendati dalam satu pulau, setiap daerah bisa memiliki penggunaan bahasa seharihari kendati aksennya mirip— demikian juga untuk kasus Yogyakarta dan Solo.
BUDAYA
Kebudayaan agraris dan bahari memiliki aplikasinya masingmasing dalam pranatamangsa.
TINGKATAN SOSIAL
Bahasa memiliki tingkatan menurut kelas sosial. Dari raja, rakyat, hingga abdi atau hamba sahaya. Satu objek bisa memiliki beragam penyebutan sesuai kelas sosial.
RANAH KESEHARIAN HINGGA SPIRIT
Sebagai contoh salah satu julukan matahari, yakni aruna, yang mengacu pada situasi tanda hadirnya matahari pagi atau menyongsong hari baru. Hanya bayi yang lahir pada saat matahari pagi, yang lumrah diberi nama Aruna.
Makna Julukan
Sederet julukan Matahari yang telah diketahui padanan makna khususnya: 6. Aruna (situasi hadirnya matahari pagi),
10. Bagowong (gerhana total atau Pagowong), 12. Coblong (gerhana total), 22. Grahana (gerhana), 23. Gumiwang (matahari condong ke barat), 24. Haditya (matahari/hari Minggu), Harimurti (terang matahari),
28. Hondakara (matahari atau mata jernih), 35. Kasongan (tercahayai matahari), Kauban (tidak tercahayai matahari),
40. Manclap (matahari terbenam), 41. Manjer (matahari di meridian–transit atas),
43. Parwakala (gerhana), 44. Panengahnikangrawi (matahari tepat di tengah), 58. Rantak (terbitnya matahari), 61. Rawikara (sinar matahari), 69. Srengengetumiling (matahari sekitar pukul sepuluh hingga sebelas)
75. Suryaja (matahari terbit),
76. Suryakalalun (matahari jelang senja), 77. Suryasata (tengah hari), 79. Udaya (terbit matahari), 80. Utarayana (gerak maju matahari ke arah utara),
81. Utarayanadiwasa (ketika matahari berada di utara),
82. Walarka (matahari yang baru terbit), 83. Walarkakara (berpenampilan seperti matahari), 85. Wimba (cakra atau bola matahari), 87. Withangka (sorot matahari)