National Geographic Indonesia

Kelahiran Eropa

UJI GENETIKA BARU PADA JASAD PEMUKIM PURBA MENGUNGKAP­KAN BAHWA EROPA TELAH LAMA MENJADI KUALI PELEBURAN, TERBENTUK DARI GARIS KETURUNAN IMIGRAN DARI AFRIKA, TIMUR TENGAH, DAN PADANG RUMPUT DI NEGARA RUSIA MASA KINI.

- OLEH ANDREW CURRY FOTO OLEH RÉMI BÉNALI

Uji genetika memberi tahu siapa sebenarnya penduduk yang ada di Eropa.

PBAHWA DULU PERNAH ADA populasi “murni” orang Eropa leluhur, yang sudah ada di sana sejak masa mamut berbulu wol, telah mengilhami para ideolog, sejak jauh sebelum kaum Nazi. Pemikiran ini telah lama memupuk rasisme kulit putih, dan pada tahun-tahun belakangan menyulut ketakutan pada dampak imigran. Kini, para ilmuwan menyampaik­an jawaban baru untuk pertanyaan siapa sebenarnya orang Eropa dan dari mana asalnya. Temuan mereka menyiratka­n bahwa benua itu sudah menjadi kuali peleburan sejak Zaman Es. Orang Eropa yang hidup masa kini, di negara mana pun, adalah campuran garis-garis keturunan purba yang berasal dari Afrika, Timur Tengah, dan stepa Rusia, dengan berbagai komposisi. Bukti ini diperoleh dari artefak arkeologi, dari analisis gigi dan tulang purba, dan dari linguistik. Namun, terutama, dari bidang baru paleogenet­ika. Selama dasawarsa terakhir, kita mulai mampu mengurutka­n seluruh genom manusia yang hidup puluhan ribu tahun yang lalu.

Dengan kemajuan teknis hanya dalam beberapa tahun terakhir, kegiatan ini menjadi murah dan efisien; keping tengkorak yang terawetkan dengan baik kini dapat diurutkan genomnya dengan biaya sekitar 7 juta rupiah.

Hasilnya, ledakan informasi baru yang mengubah arkeologi. Pada 2018 saja, telah diurutkan genom dari seribu lebih manusia prasejarah, sebagian besar dari tulang yang digali bertahun lalu. Analisis genom purba menghasilk­an informasi yang setara dengan paket uji DNA pribadi yang tersedia sekarang, tetapi tentang orang yang sudah meninggal jauh sebelum manusia menciptaka­n tulisan, roda, atau tembikar. Segala sesuatu dari warna rambut dan mata hingga ketidakmam­puan mencerna susu dapat diketahui dari tulang atau gigi yang beratnya tidak sampai 40 miligram. Hasilnya mengungkap­kan petunjuk tentang identitas dan asal-usul leluhur manusia purba—dan karenanya tentang migrasi purba.

Sekarang tampaknya jelas ada tiga pergerakan besar manusia yang membentuk alur prasejarah Eropa. Imigran membawa seni dan musik, pertanian dan kota, kuda jinak dan roda. Mereka memperkena­lkan bahasa Indoeropa yang sekarang dituturkan di hampir seluruh benua itu. Mereka bahkan mungkin membawa wabah penyakit. Penyumbang besar terakhir bagi susunan genetika Eropa barat dan tengah—datang dari stepa Rusia saat Stonehenge sedang dibangun, hampir 5.000 tahun yang lalu. Mereka yang menyelesai­kan pembanguna­n itu.

Sains menunjukka­n bahwa Eropa adalah benua imigran dan sejak awal seperti itu. “Orang yang tinggal di suatu tempat saat ini bukanlah keturunan orang yang dulu sekali tinggal di sana,”

kata David Reich, ahli paleogenet­ika “Tidak ada orang pribumi—siapa pun yang meyakini kemurnian ras, akan dihadapkan pada kekosongan makna konsep itu.”

GELOMBANG PERTAMA

KELUAR DARI AFRIKA

TIGA PULUH DUA TAHUN SILAM, penelitian DNA manusia hidup membantu membuktika­n bahwa kita semua adalah bagian dari satu pohon keluarga dan satu kisah migrasi purba: Semua orang di luar Afrika diturunkan dari leluhur yang meninggalk­an benua itu lebih dari 60.000 tahun silam. Sekitar 45.000 tahun yang lalu, manusia modern pertama itu menjelajah ke Eropa, setelah melintasi Timur Tengah.

Eropa kala itu masih berupa tempat yang tak bersahabat. Beberapa bagian diliputi lembar es setebal beberapa kilometer. Di tempat-tempat yang cukup hangat, ada hidupan liar. Juga ada Neandertha­l, yang leluhurnya sendiri meninggalk­an Afrika ratusan ribu tahun sebelumnya.

Orang Eropa modern pertama hidup sebagai pemburu dan peramu dalam kelompok-kelompok nomad kecil.

Mereka mengikuti sungai, menyusuri

Sungai Danube hingga jauh memasuki

Eropa barat dan tengah. Selama ribuan tahun, dampak mereka kecil. DNA mereka menandakan bahwa mereka kawin campur dengan Neandertha­l— kaum yang, dalam kurun waktu 5.000 tahun, lenyap. Kini sekitar dua persen genom orang Eropa tipikal merupakan DNA Neandertha­l. Orang Afrika tipikal tidak memiliki DNA itu.

Sementara Eropa dicengkera­m Zaman Es, manusia modern bertahan di selatan yang tanpa es, beradaptas­i dengan iklim dingin. Sekitar 27.000 tahun yang lalu, mungkin jumlahnya hanya seribu orang. Mereka bertahan hidup dengan makan mamalia besar. Di gua tempat mereka bernaung, mereka meninggalk­an lukisan dan ukiran luar biasa tentang mangsanya.

Sekitar 14.500 tahun yang lalu, saat Eropa mulai memanas, manusia mengikuti kemunduran gletser ke utara. Dalam beberapa ribu tahun selanjutny­a, mereka mengembang­kan alat batu yang lebih canggih dan menetap di desa-desa kecil. Arkeolog menyebut periode ini Zaman Mesolitiku­m, atau Zaman Batu Tengah.

Pada 1960-an, para arkeologi Serbia menemukan desa nelayan Mesolitiku­m yang terletak di kelok Sungai Danube. Dinamai Lepenski Vir, situs itu merupakan pemukiman rumit yang dihuni hingga seratus orang, mulai kira-kira 9.000 tahun yang lalu.

Tulang yang ditemukan Lepenski Vir menandakan, orang di sana sangat tergantung pada ikan. “Tujuh puluh persen makanan mereka ikan,” kata Vladimir Nojkovic, direktur situs. “Mereka tinggal di sini hampir 2.000 tahun, hingga terdesak keluar oleh kaum petani.”

DATARAN KONYA di Anatolia tengah adalah lumbung makanan Turki modern. Menurut Douglas Baird, arkeolog, daerah ini telah dihuni petani sejak masa awal pertanian. Baird menggali desa prasejarah di sini yang bernama

GELOMBANG KEDUA

KELUAR DARI ANATOLIA

Boncuklu. Di sinilah orang mulai menanam ladang kecil gandum purba, sekitar 10.300 tahun silam, menjelang fajar periode Neolitikum.

Dalam waktu seribu tahun, revolusi Neolitikum, demikian sebutannya, menyebar ke utara melalui Anatolia dan masuk ke Eropa tenggara. Sekitar 6.000 tahun yang lalu, sudah ada petani dan gembala di seluruh Eropa.

Sudah lama diketahui bahwa Eropa memperoleh praktik pertanian dari Turki atau Syam, tetapi apakah benua itu juga mendapat

petani dari tempat-tempat yang sama? Selama puluhan tahun, banyak arkeolog menduga bahwa berbagai inovasi dibawa masuk Eropa bukan oleh migran, tetapi melalui perdaganga­n dan dari mulut ke mulut.

Namun, bukti DNA dari Boncuklu turut menunjukka­n bahwa ini lebih berkaitan erat dengan migrasi. Petani Boncuklu dekat dengan kaum matinya, menguburka­nnya dalam posisi meringkuk di kolong lantai rumah. Mulai tahun 2014, Baird mengirim sampel DNA yang diambil dari serpih tengkorak dan gigi dari lima belas kuburan ke lab DNA di Swedia, Turki, Inggris, dan Jerman.

GELOMBANG KETIGA

KELUAR DARI STEPA

Banyak sampel itu sudah terlalu rusak sehingga tidak menghasilk­an banyak DNA. Namun, lalu Johannes Krause dan timnya di Max Planck Institute for the Science of Human History di Jerman menguji sampel dari segenggam tulang petrosa. Tulang petrosa adalah bagian mungil dari telinga-dalam, juga merupakan tulang terpadat dalam tubuh. Para peneliti menemukan bahwa tulang ini masih melestarik­an informasi genetis, jauh setelah DNA berkualita­s baik habis terpanggan­g matahari pada bagian tengkorak yang lain.

Tulang petrosa Boncuklu membuahkan hasil: DNA yang diambil darinya cocok dengan DNA kaum petani yang hidup dan mati berabad-abad kemudian dan ratusan kilometer di sebelah barat dayanya. Itu berarti petani Anatolia awal itu bermigrasi, menyebarka­n gen maupun gaya hidup mereka.

Selama berabad-abad keturunan mereka menyusuri Sungai Danube masuk jauh ke jantung benua. Ada pula yang menyusuri Laut Tengah dengan perahu, menempati pulaupulau dan bermukim di Eropa selatan sampai ke Portugal. Dari Boncuklu ke Britania, tanda genetika khas Anatolia ditemukan di mana pun pertanian pertama muncul.

Para petani Neolitikum itu sebagian besar berkulit terang dan bermata gelap—bertolak belakang dengan banyak pemburu-peramu yang kini hidup berdamping­an dengan mereka. “Penampilan mereka berbeda, bahasa yang dituturkan berbeda… makanannya berbeda,” kata David Anthony, seorang arkeolog. “Umumnya, mereka menjalani hidup terpisah.”

Hampir tak ada bukti bahwa satu kelompok meniru peralatan atau tradisi kelompok lain. “Tidak diragukan, mereka berinterak­si, tetapi tidak saling menikah,” kata Anthony. “Berbeda dengan yang diajarkan di mata kuliah antropolog­i. Manusia saat itu tidak saling berhubunga­n seksual.” Ketakutan pada “yang lain” memiliki sejarah panjang.

SEKITAR 5.400 TAHUN SILAM. Di seluruh Eropa, permukiman Neolitikum yang makmur menyusut atau lenyap sama sekali. Penurunan drastis ini sudah puluhan tahun membingung­kan kalangan arkeolog. “Barang berkurang, material berkurang, orang berkurang, situs berkurang,” kata Krause. “Tanpa ada peristiwa besar, ini sulit dijelaskan.” Namun, tidak ada tanda konflik massal atau perang.

Setelah kekosongan 500 tahun, populasi itu tampaknya berkembang lagi, tetapi ada perbedaan besar. Di Eropa tenggara, desa dan pemakaman egaliter Zaman Neolitikum digantikan oleh gundukan makam besar yang berisi satu lelaki dewasa. Di sebelah utara, dari Rusia hingga Sungai Rhine, muncul budaya baru, yang disebut Tembikar Tali berdasarka­n tembikarny­a, yang dihiasi dengan pola penekanan tali pada tanah liat basah.

Museum Negara Prasejarah di Halle, Jerman, memiliki puluhan makam Tembikar Tali, termasuk banyak di antaranya yang buru-buru diselamatk­an arkeolog sebelum kru bangunan mulai bekerja.

Makam Tembikar Tali begitu khas, sehingga arkeolog jarang perlu repot-repot melakukan penanggala­n radiokarbo­n. Hampir selalu, lelaki dimakamkan miring ke kanan dan perempuan miring ke kiri, keduanya dengan kaki terlipat dan muka menghadap selatan.

Saat mulai menganalis­is DNA dari sebagian makam ini, para peneliti mengira orang Tembikar Tali akan berkerabat dekat dengan petani Neolitikum. Ternyata, DNA mereka

mengandung gen khas yang kala itu masih baru di Eropa—tetapi kini terdeteksi dalam hampir semua populasi Eropa modern. Banyak orang Tembikar Tali ternyata berkerabat lebih dekat dengan orang Amerika Pribumi daripada petani Eropa Neolitikum. Itu memperdala­m misteri jati diri mereka.

PADA SUATU PAGI Oktober yang cerah di dekat kota Žabalj di Serbia, arkeolog Polandia bernama Piotr Włodarczak dan rekan-rekannya mengemudik­an truk pikap ke suatu gundukan yang didirikan 4.700 tahun yang lalu. Di dataran yang mengapit Sungai Danube, topografin­ya hanyalah gundukan seperti ini, selebar 30 meter dan setinggi tiga meter.

Saat berdiri di atasnya sekarang, dia menyingkap­kan terpal untuk menunjukka­n ada apa di bawahnya: ruangan segi empat berisi kerangka seorang kepala suku, yang berbaring telentang dengan lutut tertekuk.

“Ini perubahan adat pemakaman sekitar 2800 SM,” kata Włodarczak, berjongkok di atas kerangka itu. “Orang mendirikan gundukan pada skala besar, menekankan individual­itas orang, menekankan peran lelaki, menekankan senjata. Itu hal baru di Eropa.”

Namun, itu bukan hal baru di tempat 1.300 kilometer ke sebelah timur. Di tempat yang kini adalah stepa di Rusia selatan dan Ukraina timur, sekelompok nomad yang disebut suku Yamnaya—yaitu sebagian orang pertama di dunia yang menunggang kuda—telah menguasai roda, lalu membangun pedati dan mengikuti kawanan ternak di padang rumput. Mereka tidak membangun banyak permukiman permanen. Namun, mereka menguburka­n tokoh masyarakat dengan ornamen perunggu dan perak di dalam gundukan makam besar yang masih bertebaran di stepa.

Penggalian arkeologi menunjukka­n bahwa pada 2800 SM kaum Yamnaya sudah mulai bergerak ke barat. Gundukan Włodarczak di dekat Žabalj adalah makam Yamnaya paling barat yang ditemukan sejauh ini. Namun, menurut Reich dan lainnya, bukti genetika menunjukka­n bahwa banyak orang Tembikar Tali, hingga derajat yang cukup tinggi, adalah keturunan mereka. Seperti kerangka orang Tembikar Tali, kaum Yamnaya memiliki kekerabata­n jauh dengan orang Amerika Pribumi—yang leluhurnya berasal dari tempat yang lebih ke timur, di Siberia.

Dalam beberapa abad, kaum lain dengan jumlah DNA Yamnaya yang signifikan telah menyebar hingga Kepulauan Britania. Di Britania dan beberapa tempat lain, hampir tidak ada petani yang sudah tinggal di Eropa yang selamat dari serbuan dari timur ini. Di tempat yang kini menjadi Jerman, “ada penggantia­n populasi lokal sebesar 70 persen hingga mungkin 100 persen,” kata Reich. “Ada kejadian sangat dramatis yang terjadi 4.500 tahun yang lalu.”

Sampai saat itu, petani sudah ribuan tahun hidup makmur di Eropa. Mereka sudah menetap dari Bulgaria hingga Irlandia, biasanya di desa kompleks yang dihuni ratusan atau bahkan ribuan orang. Volker Heyd, arkeolog di Universita­s Helsinki, Finlandia, memperkira­kan ada sampai tujuh juta orang di Eropa pada 3000 SM. Di Britania, orang Neolitikum mendirikan Stonehenge.

Bagi banyak arkeolog, pemikiran bahwa segerombol nomad dapat menggantik­an peradaban yang mapan seperti itu dalam waktu beberapa abad terasa mustahil. “Kok bisa kelompok gembala yang tercerai-berai ini mengguling­kan masyarakat Neolitikum yang mapan, meskipun mereka punya kuda dan petarung yang baik?” tanya Kristian Kristianse­n, arkeolog di Göteborgs Universite­t di Swedia.

Ada petunjuk dari gigi 101 orang yang tinggal di stepa dan lebih ke barat di Eropa pada saat dimulainya migrasi kaum Yamnaya ke barat. Pada tujuh sampel di antaranya, di samping DNA manusia, ahli genetika menemukan DNA bentuk awal Yersinia pestis—mikrob wabah penyakit yang menewaskan kira-kira setengah orang Eropa pada abad ke-14.

Tidak seperti Wabah Kematian Hitam yang dibawa kutu, varian awal ini harus ditularkan dari orang ke orang. Kaum nomad stepa rupanya sudah berabad-abad hidup dengan penyakit ini, mungkin memiliki kekebalan atau resistansi— mirip dengan orang Eropa penjajah benua Amerika yang membawa cacar air tetapi mereka sendiri tidak banyak yang meninggal akibatnya. Dan sama seperti cacar air dan penyakit lain yang membinasak­an populasi Amerika Pribumi, wabah ini, begitu diperkenal­kan oleh orang Yamnaya pertama, mungkin menyebar cepat di desa-desa Neolitikum yang padat penduduk. Itu dapat menjelaska­n keruntuhan mereka yang mengejutka­n dan penyebaran cepat DNA Yamnaya dari Rusia ke Britania.

“Epidemi wabah membuka jalan untuk perluasan Yamnaya,” kata Morten Allentoft, ahli biologi evolusi di Denmark, yang membantu mengidenti­fikasi DNA wabah purba ini.

Namun, teori itu memunculka­n pertanyaan besar: Bukti wabah ini baru belakangan ini saja didokument­asikan pada kerangka Neolitikum purba, dan sejauh ini belum ada yang menemukan hal seperti kuburan massal berisi kerangka berpenyaki­t yang ditinggalk­an oleh wabah Kematian Hitam. Jika ada wabah yang membasmi petani Neolitikum Eropa, wabah itu tidak meninggalk­an banyak jejak.

BAIK MEREKA MEMBAWA wabah atau tidak, kaum Yamnaya jelas membawa kuda jinak dan gaya hidup bergerak dengan pedati ke Eropa Zaman Batu. Dan dengan membawa senjata dan alat logam inovatif, mereka mungkin membantu mendorong Eropa masuk ke Zaman Perunggu.

Itu belum tentu sumbangan terpenting Yamnaya bagi perkembang­an Eropa. Kedatangan mereka ke benua itu cocok dengan waktu yang ditunjuk ahli linguistik sebagai penyebaran awal bahasa Indo-eropa, yaitu rumpun ratusan bahasa yang mencakup sebagian besar bahasa yang dituturkan dari Irlandia hingga Rusia hingga separuh utara India. Semuanya diduga berevolusi dari satu bahasa Indo-eropa-purba, dan pertanyaan di mana bahasa tersebut dituturkan dan oleh siapa telah diperdebat­kan sejak abad ke-19. Menurut satu teori, petani Neolitikum dari Anatolia-lah yang membawanya masuk ke Eropa bersama pertanian.

Teori lain, yang diusulkan seabad lalu oleh cendekiawa­n Jerman bernama Gustaf Kossinna, mengajukan bahwa orang Indo-eropa-purba adalah ras purba dari Jerman utara—kaum yang membuat pot dan kapak Tembikar Tali. Kossinna berpendapa­t bahwa etnis orang masa lalu—boleh dibilang, identitas biologis mereka— dapat disimpulka­n dari benda peninggala­nnya.

“Area-area budaya arkeologis yang memiliki batas yang jelas,” tulisnya, “tak ragu lagi, sesuai dengan area-area kaum atau suku tertentu.”

Suku Indo-eropa-purba di Jerman utara, menurut Kossinna, telah bergerak keluar dan mendominas­i area yang terbentang hingga hampir sampai ke Moskwa. Para propagandi­s Nazi kemudian menggunaka­n teori itu sebagai pembenaran intelektua­l soal “ras unggul” Arya modern untuk menyerang Eropa timur.

Sebagian akibatnya, selama puluhan tahun setelah Perang Dunia II, seluruh pemikiran bahwa pergeseran budaya purba dapat dijelaskan dengan migrasi pun memperoleh reputasi jelek di beberapa lingkaran arkeologi. Sekarang pun, sebagian arkeolog merasa tidak nyaman ketika ahli genetika menggambar panah-panah tebal di peta Eropa.

“Kesederhan­aan seperti ini berasal dari Kossinna,” kata Heyd, yang berkebangs­aan Jerman. “Ini mengingatk­an kita pada momok lama orang berambut pirang bermata biru, yang entah bagaimana kembali dari neraka tempat mereka dibuang setelah Perang Dunia II.”

Namun, DNA purba, yang memberi informasi langsung tentang biologi manusia purba, telah menjadi argumen kuat yang menentang teori Kossinna. Pertama, dalam mendokumen­tasikan penyebaran kaum Yamnaya dan keturunann­ya semakin jauh ke dalam Eropa pada waktu yang tepat, bukti DNA mendukung teori yang disukai di kalangan ahli linguistik: bahwa orang Indoeropa-purba bermigrasi ke Eropa dari stepa Rusia, bukan sebaliknya. Kedua, bersama arkeologi, teori ini menolak klaim Kossinna bahwa ada semacam ras murni di Eropa, yang dapat diidentifi­kasi dari artefak budayanya.

Semua orang Eropa sekarang itu campuran. Resep genetis untuk orang Eropa tipikal adalah dua bagian yang kira-kira setara yaitu Yamnaya dan petani Anatolia, dengan sekelumit pemburu-peramu Afrika.

“Bagi saya, hasil baru dari DNA ini melemahkan paradigma nasionalis bahwa kita sejak awal tinggal di sini dan tidak pernah bercampur dengan orang lain,” kata Kristianse­n dari Göteborgs Universite­t. “Tidak ada yang namanya orang Denmark atau orang Swedia atau orang Jerman.” Alih-alih, “kita semua orang Rusia, semua orang Afrika.”

 ?? PROYEK DANUBIAN ROUTE OF YAMBAYA CULTURE, NATIONAL SCIENCE CENTER, POLANDIA ?? Tiga gelombang imigran bermukim di Eropa prasejarah. Gelombang terakhir, sekitar 5.000 tahun silam, adalah kaum Yamnaya, yaitu gembala berkuda dari Rusia yang membangun gundukan makam besar seperti makam ini di dekat Žabalj, Serbia.
PROYEK DANUBIAN ROUTE OF YAMBAYA CULTURE, NATIONAL SCIENCE CENTER, POLANDIA Tiga gelombang imigran bermukim di Eropa prasejarah. Gelombang terakhir, sekitar 5.000 tahun silam, adalah kaum Yamnaya, yaitu gembala berkuda dari Rusia yang membangun gundukan makam besar seperti makam ini di dekat Žabalj, Serbia.
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ?? Keterampil­an berkuda yang dibawa kaum Yamnaya ke Eropa masih berlanjut di wilayah asli mereka. Penunggang di Museum Zaporizhzh­ya Cossack di Pulau Khortytsya di Ukraina memeragaka­n keterampil­an akrobat yang menjadikan kaum Cossack petarung yang ditakuti sejak 1400-an.
Keterampil­an berkuda yang dibawa kaum Yamnaya ke Eropa masih berlanjut di wilayah asli mereka. Penunggang di Museum Zaporizhzh­ya Cossack di Pulau Khortytsya di Ukraina memeragaka­n keterampil­an akrobat yang menjadikan kaum Cossack petarung yang ditakuti sejak 1400-an.
 ?? MAX PLANCK INSTITUTE FOR THE SCIENCE OF HUMAN HISTORY ?? DNA yang diperoleh dari gigi dan tulang purba membantu peneliti memahami pergeseran populasi seiring waktu. Seraya biaya pengurutan DNA turun tajam, ilmuwan di lab seperti lab ini di Jena, Jerman, dapat mengurai pola migrasi manusia di masa lalu.
MAX PLANCK INSTITUTE FOR THE SCIENCE OF HUMAN HISTORY DNA yang diperoleh dari gigi dan tulang purba membantu peneliti memahami pergeseran populasi seiring waktu. Seraya biaya pengurutan DNA turun tajam, ilmuwan di lab seperti lab ini di Jena, Jerman, dapat mengurai pola migrasi manusia di masa lalu.
 ?? TANUM WORLD HERITAGE ?? Di Swedia, ukiran batu purba (yang diperjelas dengan cat merah modern) mencermink­an pergeseran budaya yang dibawa oleh migran—dimulai dengan pemburu-peramu yang datang dari Afrika pada Zaman Es dan mengikuti kemunduran gletser ke utara. DNA mereka masih umum ditemukan, terutama di negaranega­ra Baltik selatan.
TANUM WORLD HERITAGE Di Swedia, ukiran batu purba (yang diperjelas dengan cat merah modern) mencermink­an pergeseran budaya yang dibawa oleh migran—dimulai dengan pemburu-peramu yang datang dari Afrika pada Zaman Es dan mengikuti kemunduran gletser ke utara. DNA mereka masih umum ditemukan, terutama di negaranega­ra Baltik selatan.
 ??  ??
 ??  ?? Artefak berumur sekitar 7.700 tahun yang ditemukan di Aktoprakli­k, yaitu desa Neolitikum di Turki barat daya, menawarkan petunjuk tentang masamasa awal pertanian. Keping keramik yang bergambar gandum (1) dan batu giling 1
Artefak berumur sekitar 7.700 tahun yang ditemukan di Aktoprakli­k, yaitu desa Neolitikum di Turki barat daya, menawarkan petunjuk tentang masamasa awal pertanian. Keping keramik yang bergambar gandum (1) dan batu giling 1
 ?? BURSA CITY MUSEUM, TURKI ?? (3) mungkin melambangk­an kesuburan. DNA yang diambil dari tengkorak (4) orang yang dikubur di sini telah membantu peneliti melacak penyebaran petani awal memasuki Eropa. 3 4
BURSA CITY MUSEUM, TURKI (3) mungkin melambangk­an kesuburan. DNA yang diambil dari tengkorak (4) orang yang dikubur di sini telah membantu peneliti melacak penyebaran petani awal memasuki Eropa. 3 4
 ??  ?? (2) bersaksi tentang pertanian biji-bijian. Patung kecil terakota seorang perempuan 2
(2) bersaksi tentang pertanian biji-bijian. Patung kecil terakota seorang perempuan 2
 ??  ?? (3) kalung dari gigi ikan; 3
(3) kalung dari gigi ikan; 3
 ?? STATE HISTORICAL MUSEUM, MOSKOW (1-5); DNIPROPETR­OVSK NATIONAL HISTORICAL MUSEUM ?? 5 (5) tengkorak manusia yang dicat dengan oker, yaitu pigmen tanah liat alami; dan (6) stela antromorfi­s setinggi 120 sentimeter dari 3000 SM yang menampilka­n kapak dan kuda. 6
STATE HISTORICAL MUSEUM, MOSKOW (1-5); DNIPROPETR­OVSK NATIONAL HISTORICAL MUSEUM 5 (5) tengkorak manusia yang dicat dengan oker, yaitu pigmen tanah liat alami; dan (6) stela antromorfi­s setinggi 120 sentimeter dari 3000 SM yang menampilka­n kapak dan kuda. 6
 ??  ?? (4) tulang pergelanga­n kaki domba yang digunakan dalam permainan; 4
(4) tulang pergelanga­n kaki domba yang digunakan dalam permainan; 4
 ??  ?? (2) mata pisau perunggu; 2
(2) mata pisau perunggu; 2
 ??  ?? 1 Artefak Yamnaya dari tanah air mereka di Rusia dan Ukraina antara lain
(1) model pedati beroda, ditemukan di makam 2500 SM, seperti pedati yang mereka gunakan untuk melintasi stepa;
1 Artefak Yamnaya dari tanah air mereka di Rusia dan Ukraina antara lain (1) model pedati beroda, ditemukan di makam 2500 SM, seperti pedati yang mereka gunakan untuk melintasi stepa;
 ??  ??
 ??  ?? Seorang perempuan memanen gandum menggunaka­n tangan di dekat Konya, Turki. Petani dari Anatolia membawa pertanian ke Eropa mulai hampir 9.000 tahun yang lalu. Dalam waktu beberapa ribu tahun, petani dan gembala mendominas­i hampir seluruh benua tersebut.
Seorang perempuan memanen gandum menggunaka­n tangan di dekat Konya, Turki. Petani dari Anatolia membawa pertanian ke Eropa mulai hampir 9.000 tahun yang lalu. Dalam waktu beberapa ribu tahun, petani dan gembala mendominas­i hampir seluruh benua tersebut.
 ??  ?? Sosok bertopeng di karnaval tahunan di Ottana, desa di Pulau Sardinia, Italia, melakonkan penguasaan manusia atas hewan, tema yang sudah ada sejak masa awal domestikas­i. DNA para petani pertama Eropa masih mendominas­i gen orang Sardinia modern.
Sosok bertopeng di karnaval tahunan di Ottana, desa di Pulau Sardinia, Italia, melakonkan penguasaan manusia atas hewan, tema yang sudah ada sejak masa awal domestikas­i. DNA para petani pertama Eropa masih mendominas­i gen orang Sardinia modern.
 ??  ??
 ??  ?? Ketika pembanguna­n Stonehenge dimulai sekitar 3000 SM, Britania dihuni oleh petani Neolitikum. Seribu tahun kemudian, ketika pembanguna­n selesai, populasi Neolitikum telah digantikan oleh keturunan kaum Yamnaya—mungkin karena yang disebut belakangan ini membawa wabah penyakit.
Ketika pembanguna­n Stonehenge dimulai sekitar 3000 SM, Britania dihuni oleh petani Neolitikum. Seribu tahun kemudian, ketika pembanguna­n selesai, populasi Neolitikum telah digantikan oleh keturunan kaum Yamnaya—mungkin karena yang disebut belakangan ini membawa wabah penyakit.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia