Saatnya Berkolaborasi Demi Kebaikan Untuk Bumi
Apa yang bisa kita berikan untuk menjaga masa depan Bumi? Marilah bijak dalam menggunakan plastik, dan berubah mulai dari diri sendiri.
“Kalau kita membahas mengenai sampah, tantangannya adalah pengumpulan,” ungkap Karyanto Wibowo, Sustainable Development Director Danone Indonesia. “Bagaimana kita pilah hingga dikumpulkan itu yang menjadi tantangannya. Kita berkomitmen untuk mengumpulkan lebih banyak plastik daripada yang telah diproduksi di tahun 2020 mendatang.”
Karyanto mengungkapkan persoalan sampah itu dalam forum diskusi bertajuk “Bersama Ciptakan Kebaikan untuk Bumi” yang digelar pada akhir Juli di Jakarta Selatan. Untuk mencapai visi tersebut dibutuhkan implementasi dan sinergi lintas sektor. Pemerintah, pelaku industri, dan khususnya komunitas masyarakat bersamasama mencari solusi dan saling berkolaborasi untuk kebaikan Bumi. Sebagai negara peringkat ketiga dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, Indonesia telah
memainkan sejumlah peranan strategis dalam pertumbuhan industri dan ekonomi global. Aktivitas konsumsi dan produksi tak terelakkan turut menyebabkan beberapa implikasi di bidang lingkungan. Salah satu dampak lingkungan dari perkembangan industri adalah menggunungnya sampah. Setiap tahun, tercipta 65 juta ton sampah di negeri ini. Pun, 16 persen dari timbulan sampah tersebut adalah sampah plastik, yang artinya memperlihatkan tren peningkatan sejak 2011. “Pemerintah mempunyai kebijakan pengelolaan sampah rumah tangga untuk mencapai target pengurangan dan penanganan sampah sebanyak 30 persen serta adanya pendaurulangan dan pemanfaatan energi,” tambah Agus Supriyanto, Kepala Seksi Bina Peritel Direktorat Pengolahan Sampah KLHK. “Pendaurulangan sangat bergantung pada produsen, mulai dari perencanaan kemasan sampai kemudian ada daur hidupnya hingga berujung di mana. Yang kita harapkan, semua kemasan di Indonesia harus bisa didaurulang, dan itu kita dorong.” Plastik menjadi salah satu penemuan terpenting dalam peradaban manusia, namun pemahaman tentang sampah plastik itu tampaknya masih rendah. Menurut Agus, masih banyak orang yang tidak tahu bahwa plastik itu terbuat dari minyak bumi, sehingga masih perlu edukasi atas hal tersebut. Jessica Hanafi, Founder of Life Cycle Indonesia, mengatakan, “Pada saat kita mempunyai barang, kita harus mulai berpikir bahwa barang ini terbuat dari mana, dari apa, berapa lama masa penggunaannya hingga nantinya akan menjadi apa di akhir masa penggunaannya.” Setiap tahapan dalam hidup selalu menyisakan footprint dan memiliki dampak, ungkap Jessica. Dia pun begitu prihatin karena tidak sedikit masyarakat Indonesia yang memiliki persepsi bahwa sampah yang mereka ciptakan nantinya akan ada yang membereskan. Dia mendesak bangkitnya kesadaran masyarakat untuk turut bertanggung jawab dan mengubah perilaku mereka. Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo berkomitmen untuk mengurangi 70 persen sampah pada 2025. Tentu saja, cita-cita itu tidak dapat terwujud apabila hanya sebagian masyarakat yang mengimplementasikannya. Indonesia memerlukan dukungan dari beragam komunitas dan industri untuk bersinergi.
Pendapat senada juga disampaikan oleh Edi Susilo, Kepala Bidang Jejaring Inovasi Pariwisata Bahari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia. “Tidak sedikit fenomena dampak sampah tak terolah dan berdampak langsung terhadap lingkungan,” ujarnya. “Tempo lalu ditemukan ikan paus tewas dan perutnya berisikan sampah berbahan plastik sebanyak 5,9 kilogram. Kami tidak bisa hanya sendiri mengatasinya, kami perlu bersinergi untuk mewujudkan komitmen tersebut.” Pada Oktober 2018, dalam Our Ocean Conference (OCC) di Bali, AQUA mengumumkan dan memperkenalkan botol minuman dari 100% plastik daur ulang dan 100% dapat didaur ulang berukuran 1,1 liter ini. Tidak hanya produk daur ulang, kemasan baru ini juga tidak menggunakan label plastik atau dekorasi tambahan. Bersamaan dengan peluncuran kemasan ramah lingkungan ini, Danone-aqua meluncurkan gerakan #Bijakberplastik yang sejalan dengan misi pemerintah dalam mengurangi 70 persen sampah plastik di laut pada 2025. #Bijakberplastik memiliki tiga pilar yang meliputi Collection (mengumpulkan lebih banyak plastik untuk didaur ulang dibanding yang diproduksi), Education (mengedukasi publik mengenai Reduce, Reuce dan Recycle (3R), kemudian mengembangkannya ke sekolahsekolah), serta Innovation (meluncurkan kemasan botol AQUA LIFE yang dibuat dari 100% PET daur ulang). Langkah AQUA dalam mendaur ulang botol plastik mungkin terdengar tidak populer bagi sebagian masyarakat, tetapi inovasi ini berperan dalam mewujudkan Indonesia yang lebih bersih. Bagaimana tidak, botol kemasan tidak akan dibiarkan terbuang di lingkungan, melainkan ditangkap kembali dan didaur ulang menjadi kemasan baru. Terobosan ini juga memiliki jejak karbon yang lebih sedikit dibandingkan dengan botol plastik lain yang ada di pasaran, sehingga aman bagi lingkungan. AQUA LIFE adalah bukti Danone-aqua sedang membangun sebuah ekosistem untuk menciptakan rangkaian produk yang berkelanjutan. Sampai dengan saat ini, 70 persen dari produk AQUA sudah memiliki kemasan berkelanjutan. Mereka menargetkan untuk menjadi sepenuhnya sirkular pada 2025. “Dengan #Bijakberplastik, Danone-aqua ingin berkontribusi pada lingkungan,” kata ungkap Karyanto. “Saya melihat bahwa di masa depan, bisnis itu harus berujung kepada kebaikan, business for good. Memang
sangat menantang, tapi ini sudah menjadi komitmen kami dalam mengatasi masalah sampah.” Karyanto menjelaskan bahwa sejauh ini Danone-aqua telah berupaya melakukan hal tersebut. Pada 1984, perusahaan ini meluncurkan produk inovatif, AQUA Jugs, untuk mengurangi pemakaian plastik sekali pakai serta menjadi langkah awal ke arah bisnis yang lebih sirkular. Kemudian, pada 1993, Danoneaqua memperkenalkan AQUA PEDULI untuk upaya daur ulang. Dan sejak 2010, program daur ulang Danone-aqua telah berhasil mengumpulkan lebih dari 12 ribu ton sampah plastik melalui enam pusat pengumpul. Kolaborasi dalam mengelola sampah plastik ini tentu tidak akan lengkap tanpa dukungan media dan komunitas. Didi Kaspi Kasim, Editor in Chief National Geographic Indonesia mengatakan, dua hal ini berperan dalam menyadarkan masyarakat agar lebih peduli pada isu sampah. National Geographic Indonesia menggelar kampanye global melalui #Sayapilihbumi yang bertujuan membentuk wacana dan perubahan perilaku dalam masyarakat. “Dengan adanya informasi dan edukasi melalui kolaborasi antara media, komunitas dan industri ini dapat menciptakan perubahan perilaku. Tujuan besarnya, kami berharap masyarakat bisa memahami permasalahannya, sehingga mereka tergerak untuk melakukan perubahan itu,” pungkasnya.