BENTENG MODERN PERTAMA DI SURABAYA
OLEH RENJANA WARGA DALAM MENYELAMATKAN REPIHAN BATERAI PERTAHANAN PESISIR YANG MENJAGA JIWA KOTA MEREKA.
SURABAYA MEMILIKI riwayat kota yang dikelilingi perbentengan. Sistem pertahanan militer itu dibangun karena kota ini memiliki titik strategis sebagai pelabuhan penting dan pangkalan angkatan laut terbesar di Hindia Belanda. Ady Erlianto Setyawan, warga pegiat sejarah dan salah satu pendiri komunitas Roodebrug Soerabaia, menyingkap repihan pertahanan pesisir kota.
Kustbatterij Kedoeng-tjowek atau baterai pesisir Kedungcowek merupakan satu dari rangkaian pertahanan pantai yang dibangun untuk melindungi kota. Baterai adalah kesatuan yang terdiri atas beberapa meriam besar dan personel. Publik lazim menyebutnya “Benteng Kedungcowek”.
“Benteng ini dibangun sebagai benteng modern pertama di Surabaya,” ungkap Ady. Sebelumnya, benteng kota yang dibangun di Surabaya adalah Fort Prins Hendrik, yang dikelilingi parit. Perkembangan teknologi artileri menyebabkan benteng ini usang, sehingga dihancurkan pada 1930. “Teknologi perbentengan berubah menjadi sistem pertahanan pantai, di mana satu benteng dengan benteng lain memiliki jarak tembak bantu.”
Sejak lima tahun silam, dia dan komunitasnya bergiat menyadarkan warga kota tentang pentingnya jejak sejarah ini. Sampai hari ini mereka masih berjuang mendapatkan status cagar budaya bagi Benteng Kedungcowek yang menjaga jiwa kota mereka. Tanpa jejak bangunan pertahanan ini, Ady khawatir, warga akan lupa tentang riwayat kota mereka.
“Benteng Kedungcowek hingga detik ini masih berdiri dengan mengenaskan, tertutup rerimbunan tanaman liar, tanpa monumen,” ungkap Ady menegaskan. “Satu-satunya penanda bahwa di tempat ini pernah terjadi pertempuran hebat adalah ratusan bekas lubang tembakan pada dinding-dindingnya.”