Relik Suram Pascaperang
LEBIH DARI SEPULUH TAHUN terakhir saya tertarik studi selter atau bungker yang dibangun militer Jepang di pesisir Jawa. Saya beruntung bisa berbincang dengan warga yang turut membangunnya. Kini, bangunan beton itu bagian relik pendudukan Jepang yang singkat.
Pada edisi ini Ekahindra dan fotografer Rahmad Azhar Hutomo membingkiskan kisah mereka tentang para penyintas “ianfu”. Kami menerbitkan kisah ini bertepatan dengan peringatan Hari Ianfu Internasional. Sebagai peneliti “ianfu” selama lebih dari 20 tahun, Eka memiliki catatan perjumpaan dengan para penyintas.
Semua penyintas dalam kisah ini—cerita dan foto—telah wafat, kecuali Ronasih asal Sukabumi yang tampil menjadi foto sampul.
Kisah sampul ini bertajuk "Nona Djawa"—dengan ejaan lama. Pertama, "Mengingatkan bahwa ejaan masa itu seperti dalam iklan rekrutmen 'ianfu'." Kedua, "Untuk mengungkapkan ke publik bahwa korban terbesar praktik 'ianfu' di Indonesia berasal dari pulau Jawa," imbuh Eka.
Kendati Perang Asia Timur Raya sudah berakhir sejak 75 tahun silam, lara dan nestapa para penyintas “ianfu” masih menganga. Kami menggunakan titik awal Perang Asia Timur Raya pada 1931, ketika Jepang menyerbu Mukden di Manchuria. Demi menguasai Asia Pasifik, Jepang harus mencaplok Tiongkok dahulu.
Jelang edisi ini terbit, Eka menunjukkan foto kondom lusuh dan tampak berlubang di ujungnya kepada awak redaksi kami. Menurut kesaksian salah seorang penyintas, dia memaparkan, kondom jatah ianjo mutunya rendah karena berbahan plastik kasar, mudah mengerut dan bocor. Akibatnya kondom ini sangat menyiksa para "ianfu".
Eka menambahkan bahwa kondom ini produk perusahaan Okamoto, yang memonopoli bisnis kondom selama perang. Pada waktu itu kondom yang diproduksi diberi nama Totsugeki Ichiban yang bermakna 'serangan sang juara'. “Nama ini sangat provokatif dalam konteks seksual,” ungkapnya.
“Kondom ini pernah beredar di Indonesia pada masa pendudukan Jepang yang berkait dengan sejarah ianfu,” imbuh Eka. “Ironisnya, merk kondom itu masih bisa kita jumpai di Indonesia, bahkan kini dijual di minimarket di dekat rumah kita.”