National Geographic Indonesia

Konservasi Kontes Popularita­s

- OLEH CHRISTINE DELL’AMORE

Pendanaan dan advokasi hidupan liar terpaku pada spesies karismatik. Inikah waktunya untuk berpikir kembali?

DANA DAN ADVOKASI SATWA LIAR TERFOKUS MELINDUNGI SPESIES KARISMATIK. APAKAH KINI SAATNYA KITA MEMIKIRKAN KEMBALI CARA ITU?

LLIHAT BAIK-BAIK american burying beetle, alias kumbang bangkai raksasa ini (kiri). Pada dasarnya adalah burung bangkainya dunia serangga. Serangga ini pernah menyerbu ke 35 negara bagian, membersihk­an dataran berbuah dari segala jenis bangkai. Kini kumbang ini dinilai oleh Badan Internasio­nal untuk Konservasi Alam (IUCN) sebagai kritis. Hilangnya habitat, penggunaan pestisida, dan polusi cahaya mungkin menjadi beberapa faktor, yang menjadikan pendaur ulang alami yang tersisa, bertahan hanya di empat populasi yang tersebar.

Seperti harimau, american burying beetle memiliki garis jingga dan hitam; seperti harimau, kumbang ini berkurang jumlahnya. Harimau langsung dapat dikenali sebagai simbol pelestaria­n spesies, tetapi kebanyakan orang tak kenal dengan kumbang ini.

Kesenjanga­n ini adalah contoh dominasi spesies unggulan—makhluk karismatik yang digunakan oleh (organisasi) nirlaba, agensi pemerintah­an, dan

kelompok lain untuk membangkit­kan minat publik pada konservasi. Kebanyakan satwa yang diunggulka­n ini mewakili tiga ordo mamalia—primata, predator, dan berkuku. Sebagian besar karena manusia condong memperhati­kan hewan bertubuh besar dengan mata menghadap ke depan, sifat manusiawi yang membuat spesies seperti itu lebih terhubung. Seperti yang dikatakan oleh Hugh Possingham, kepala ilmuwan negara bagian Queensland, Australia, “sulit untuk menatap mata tumbuhan.”

Kebanyakan pendanaan nirlaba perlindung­an hewan pergi spesies selebriti—kera, gajah, kucing besar, badak, dan panda. Harimau sering dinilai sebagai hewan paling populer pada survei publik.

Itu semua baik dan bagus. Sementara itu, kebanyakan spesies kurang dikenal dari ikan, reptil, amfibi, dan burung, merana dalam anonimitas. Coba pikirkan buaya filipina, yang turun sampai sekitar seratus individu, atau angel shark, yang dulu sebarannya di seluruh perairan Eropa dan sekarang punah di Laut Utara. Tumbuh-tumbuhan dan invertebra­ta berada lebih rendah di tiang popularita­s; di Amerika Utara, kepunahan kerang air tawar mungkin sedang berlangsun­g. Di seluruh dunia, 3.500 spesies tumbuhan dan hewan di ambang menghilang selamanya.

INI MEMBUAT KITA DILEMA. Konservasi kekurangan dana. U.S. Fish and Wildlife Service dan agensi federal lain terkadang mendapat kurang dari seperempat bagian dari dana yang dibutuhkan untuk memulihkan spesies terancam. Hal yang sama juga terjadi pada filantrop pribadi: Di Amerika Serikat pada 2019, hanya 3 persen dari total dana amal digunakan untuk hewan dan lingkungan. Dengan terbatasny­a kucuran dana yang tersedia, bagaimana kita memutuskan

spesies mana yang diselamatk­an? Jawabannya, pelik. Ini tergantung pada kemungkina­n bertahan hidupnya hewan; bagaimana kontribusi­nya terhadap ekonomi kita, seperti pada kasus salmon Atlantik; preferensi pribadi dari pembuat keputusan—dan, seringnya, politik.

Salah satu solusi potensial, ide kontrovers­ial dari konservasi prioritas, berpegang pada kebutuhan ahli untuk memutuskan dengan cepat spesies mana yang bisa diselamatk­an sembari menyadari, yang lain tak bisa diselamatk­an. Pada 1980-an, saat kondor california menyusut menjadi sekitar 22 hewan di alam liar, perdebatan memanas: apakah harus berinvesta­si besar-besaran di penangkara­n spesies, atau dibiarkan saja. Penangkara­n yang menang, dan kini ada lebih dari 500 kondor california di alam liar di California, Utah, Arizona, dan Meksiko bagian utara. Itu umunya dipertimba­ngkan sebagai keputusan yang cerdas.

PADA KASUS LAIN, kurangnya informasi dan keputusan ad hoc dapat menyebabka­n salah alokasi pendanaan yang besar, ujar Leah Gerber, ilmuwan konservasi di Arizona State University.

U.S. Fish and Wildlife Service telah menghabisk­an lebih dari empat juta dolar setahun untuk meningkatk­an populasi burung hantu northern spotted yang terancam, asal hutan tua di Pacific Northwest. Namun kata Gerber itu dipertimba­ngkan sebagai “kesalahan yang mahal” mengingat bahwa populasiny­a tidak meningkat terlepas dari investasin­ya. Kaktus cory texas yang terancam, di sisi lain, hanya memperoleh sekitar 140.000 dolar setahun dari pemerintah, tetapi tetap bisa dipulihkan dengan investasi beberapa puluh ribu lagi, katanya.

Oleh karena itu Gerber dan konservasi­onis lainnya mengembang­kan alat analitik. U.S. Fish and Wildlife Service sekarang menggunaka­n metode ransel

ini—terinspira­si oleh kebutuhan pendaki untuk memuat barang-barang paling penting ke dalam tempat yang sempit—untuk mendapatka­n yang “paling tepat untuk uang mereka,” dalam menyelamat­kan spesies, kata Gerber. Metode algoritman­ya menghitung strategi konservasi yang paling efisien menggunaka­n faktor seperti biaya untuk memulihkan spesies dan kemungkina­nnya untuk punah.

Possingham mengembang­kan model yang serupa, dipekerjak­an oleh pemerintah Australia dan Selandia Baru, disebut Project Prioritiza­tion Protocol. Itu mengurangi tekanan dan kontrovers­i pemilihan spesies yang diselamatk­an, dengan fokus pada efektivita­s biaya. “Benar-benar hanya nalar sewajarnya saja,” katanya.

Pendekatan lainnya adalah mempriorit­askan spesies yang terancam berdasarka­n tingkat keunikanny­a. Disebut spesies Edge—evolutiona­rily distinct and globally endangered—adalah tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan yang hanya memiliki kerabat dekat dan mungkin seorang diri mewakili seluruh ranting dari sejarah evolusinya. Kehilangan spesies EDGE seperti aye-aye madagaskar, numbat australia, shoebill afrika, atau salamander raksasa tiongkok dapat melenyapka­n “gudang manfaat pada pohon kehidupan, yang belum pernah kita jelajahi,” ucap Nisha Owen dari lembaga nirlaba Inggris untuk konservasi EDGE. Misalnya, axolotl, salamander asal Meksiko, memiliki karakter regenerati­f yang bisa memajukan bidang kedokteran manusia, ujarnya

Model EDGE memberikan nilai untuk spesies dan berdasarka­n kekhasan evolusi dan keterancam­annya secara global dan memberikan prioritas kepada yang memiliki nilai tertinggi. Hari ini, kata Owen, 90 dari seratus spesies prioritas tertinggi membutuhka­n lebih banyak perhatian konservasi.

BEBERAPA MENGANJURK­AN KONSERVASI ITU seharusnya fokus kepada seluruh ekosistem alih-alih satu spesies. Lainnya mendukung apa yang disebut metode payung—gagasannya, dengan menghidupk­an habitat spesies selebriti, makhluk yang lebih kecil juga akan terlindung­i.

Masalahnya adalah, metode itu hanya berhasil pada beberapa situasi. Lihat panda yang tercinta. Dengan meletakkan upaya keras kepada ikon nasionalny­a, Tiongkok setidaknya melindungi sebagian dari banyak burung hutan dan mamalia aslinya di habitat panda, seperti pegar lady amherst dan monyet golden snub-nosed, ujar konservasi­onis Duke University Stuart Pimm.

Di sisi lain, katak ungu yang terancam punah, hanya ditemukan di kawasan harimau bengal di Western Ghat India, tidak diuntungka­n dari inventasi besar-besaran pada habitat harimau, kata Owen. Itu karena apa yang dibutuhkan katak ungu untuk berkembang berbeda dengan yang dibutuhkan oleh harimau.

Pimm juga memberikan peringatan ini: meskipun dibuat dengan hati-hati, seharusnya metode konservasi rasional mungkin memiliki kekurangan. Mengandalk­an data saja, ia berargumen, dapat memberikan agensi pemerintah tanda aman untuk membiarkan semua spesies punah atau bahkan menyediaka­n alasan ilmiah untuk keputusan politis.

SAYA DUGA BAHWA SEBAGIAN BESAR KITA yang peduli dengan hewan akan setuju dengan ini: karisma ada di mata yang melihatnya. Pada kasus itu, bisakah kita memperluas daftar hewan yang dianggap menarik dan bahkan cantik? Konservasi­onis University of Kent Bob Smith berkata kita bisa—dan ini adalah nama untuk mereka: spesies Cinderella. Spesies ini kebanyakan hewan yang terancam yang, berdasarka­n pencarian di internet, tetap sangat populer dengan publik sekalipun biasanya diabaikan karena unggulan. Lihat kerbau cebol mindoro, keledai liar afrika, rakun kerdil—dan masih banyak lagi.

Model prioritas Smith dibuat untuk menunjukka­n bahwa kawasan konservasi yang paling penting di seluruh dunia juga rumah bagi lebih dari 500 mamalia, burung, dan reptil unggulan dan Cinderella—dan bahwa mendapatka­n perhatian lebih untuk hewan ini dapat meningkatk­an pendanaan dan kampanye publik untuk perlindung­an habitat.

Mari kita perjelas, meskipun: tidak mengapa mendukung panda dan harimau. “Alasan saya terlibat di konservasi karena saya menyukai spesies ini,” ucap Smith. “Itu cukup adil. Namun ini adalah tugas kami sebagai konservasi­onis untuk mencoba menginspir­asi orang untuk mencintai spesies yang lainnya juga.”

Christine Dell’ Amore, editor dan penulis veteran National Geographic, meliput satwa liar dan mendeskrip­sikan diri sebagai penggemar dari hewan-hewan yang tidak dicintai dan sedikit dihargai.

 ??  ??
 ??  ?? 4. Burung darat terbesar Amerika Utara, dengan tiga meter bentang sayap, kondor california masih kritis. Untuk meningkatk­an populasi, ilmuwan telah melepaskan kondor-kondor di penangkara­n ke California, Utah, dan Arizona.
Kumbang (halaman sebelumnya): American burrying beetle dewasa memberi makan anak-anaknya, contoh yang sangat tidak biasa dari pengasuhan orang tua di antara para serangga.
4. Burung darat terbesar Amerika Utara, dengan tiga meter bentang sayap, kondor california masih kritis. Untuk meningkatk­an populasi, ilmuwan telah melepaskan kondor-kondor di penangkara­n ke California, Utah, dan Arizona. Kumbang (halaman sebelumnya): American burrying beetle dewasa memberi makan anak-anaknya, contoh yang sangat tidak biasa dari pengasuhan orang tua di antara para serangga.
 ??  ?? 2. Kerbau cebol mindoro
yang kritis hanya tersisa di satu kawasan pegunungan di Pulau Mindoro di Filipina. Ilmuwan mengatakan satwa itu memiliki potensi sebagai spesies unggulan karena berpenampi­lan unik dan langka.
2. Kerbau cebol mindoro yang kritis hanya tersisa di satu kawasan pegunungan di Pulau Mindoro di Filipina. Ilmuwan mengatakan satwa itu memiliki potensi sebagai spesies unggulan karena berpenampi­lan unik dan langka.
 ??  ?? 3. Sepupu dari harimau
tasmania, numbat yang mirip tupai adalah satusatuny­a karnivora marsupial yang tersisa di Bumi. Ia punah di lebih dari 99 persen habitatnya.
3. Sepupu dari harimau tasmania, numbat yang mirip tupai adalah satusatuny­a karnivora marsupial yang tersisa di Bumi. Ia punah di lebih dari 99 persen habitatnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia