National Geographic Indonesia

Garda Laut-laut Nirwana

- OLEH DIDI KASPI KASIM

EMBUSAN NAPAS kawanan paus edeni (bryde) menyeruak dari lautan. Mereka menandai awal dari perjalanan kami menelusuri Kepulauan Rajaampat, Papua Barat. Sebuah pemandanga­n yang tak biasa melihat sekeluarga paus naik sejenak ke permukaan untuk sekadar mengumpulk­an udara. Perairan negeri ini sejatinya menjadi jalur nirwana bagi satwa-satwa migrasi. Namun, kini jalur itu perlahan berubah. Jalur migrasi itu terlalu sibuk, bising, dan kotor oleh ulah kita.

Sering kali kita terjebak dalam diskusi permasalah­an yang terlalu pelik. Saya pikir umumnya kita lupa tentang hal-hal paling mendasar ketika berbicara tentang persoalan manusia dan alam. Kita kerap mengambil kasus dari ujung belahan Bumi lain, tanpa mengingat tentang uniknya negeri beribu pulau dengan keragaman budaya penghuniny­a. Ruang-ruang diskusi terasa sesak dengan pembicaraa­n yang jauh dari kenyataan.

Kami percaya penjelajah­an dapat membuat kita melihat lebih baik. Berhenti sejenak, kemudian menentukan langkah-langkah bijak untuk solusi yang membawa dampak. Begitu juga perjalanan kali ini, mengelilin­gi beberapa pulau dan tinggal dengan para sahabat Papua. Sekali lagi, ini membuat saya tersadar akan begitu banyaknya pekerjaan rumah kita.

Kami menyaksika­n kemuraman dan pukulan hebat yang diterima oleh pelosok negeri dari situasi pandemi. Sistem pendidikan, upaya-upaya konservasi, dan kegiatan ekonomi melambat. Penginapan-penginapan dengan debu tebal, pos pemantauan satwa tengah laut yang terlihat gontai menghadapi gelombang laut.

Dalam Edisi Khusus Laut, kita ingin memusatkan perhatian kepada laut-laut nirwana di Nusantara. Kami mengusung wacana bahwa berbicara tentang laut tidak boleh lepas dari persoalan di darat—konsep sirkular yang kita yakini akan membawa kepada kehidupan yang lebih baik. Setiap upaya pasti membawa dampak. Namun, kita harus bersama belajar memahami keterkaita­n setiap upaya sehingga mampu membawa hasil.

Sahabat, mari kembali memuliakan laut-laut kita dengan perilaku hidup di darat. Percayalah, hal terkecil yang kita ubah akan berdampak terhadap kehidupan saudara-saudara kita di pesisir negeri. Kami berharap ada berkah di balik pandemi untuk menata langkah, memulai kembali kehidupan dengan cara yang lebih bijak.

Selamat membaca, tebarkan inspirasi kesejahter­aan laut negeri untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.

 ??  ?? Riska, 11 tahun, warga asli Pulau Mutus, Kepulauan Rajaampat, Papua
Barat. Ia menghabisk­an waktu luangnya dengan memancing ikan di perairan pesisir.
Riska, 11 tahun, warga asli Pulau Mutus, Kepulauan Rajaampat, Papua Barat. Ia menghabisk­an waktu luangnya dengan memancing ikan di perairan pesisir.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia