National Geographic Indonesia

Puncak Pencapaian Manusia

- OLEH MAHANDIS YOANATA THAMRIN

KISAH UPACARA KEMATIAN rambu solo' pertama kali tampil di National Geographic pada edisi Juni . Pamela dan Alfred Meyer diundang oleh pengusaha setempat untuk menyaksika­n upacara kematian yang mewah. Kisah mereka terbit dengan judul "Life and Death in Tana Toradja" kelak menjadi acuan kisah perjalanan, buku, dan jurnal ilmiah.

Lebih dari empat dekade kemudian, Amanda Bennett dan fotografer Brian Lehmann berbagi kisah mereka tentang tradisi ini. Mereka menuturkan bagaimana orang Toraja menjaga agar keluarga yang wafat tetap dekat di hati, sekaligus dekat dengan kerabat yang masih hidup. Kisah mereka yang berjudul "Ketika Kematian Bukanlah

Berpisah" terbit di National Geographic Indonesia edisi April ‚ ƒ.

Pada edisi ini kami menyajikan upacara kematian, bukan di Tana Toraja melainkan di Toraja Mamasa. Meski berasal dari akar budaya yang sama, budaya yang lebih arkais justru ditemukan di Mamasa. Kisah ini dihimpun selama dua tahun oleh Yusuf Wahil, fotografer.

Pada halaman ini kami menampilka­n potret Linggi, yang berusia lebih dari seabad, sebagai simbol keteguhan budaya Mamasa. Ada kisah menarik di balik potret ini. Tanpa memberi kabar, Yusuf kembali ke Mamasa untuk memotret Linggi. Saat menyampaik­an izin memotret, cucunya mengatakan bahwa dua hari yang lalu Linggi sudah menyiapkan busana dan kain sambuknya. “Saya mau difoto sama temanmu, supaya kalau saya meninggal ada yang bisa kau lihat,” ujar sang cucu menirukan Linggi.

"Saya betul-betul merinding dengan kemampuan penganut kepercayaa­n Aluk Tomatua," ujar Yusuf kepada kami.

Setiap kisah di balik upacara kematian itu menampilka­n hasil penelusura­n baru. Kendati demikian, ketiganya menautkan penghayat agama leluhur, lingkungan, dan Sang Pencipta.

Sepanjang sejarah evolusi berpikir manusia, salah satu pencapaian terbesarny­a adalah penemuan tentang konsep Tuhan. Yuval Noah Harari, sejarawan Hebrew University of Jerusalem, pernah mengungkap­kan bahwa sejarah bermula sejak manusia menemukan Tuhan. Namun, sambungnya, sejarah akan berakhir saat manusia menjadi Tuhan. Itu pendapatny­a yang menurut saya menarik dan aktual.

 ??  ?? Linggi atau akrab disapa Ambe’ Merah, mengenakan ikat kepala dan tenun Mamasa. Kendati lahir pada 1917, ingatannya masih tajam. Kepada fotografer Yusuf Wahil, dia berkisah tentang peristiwa pembantaia­n penghayat Aluk Todolo pada 1950-an. Pelakunya, gerombolan bersenjata.
Linggi atau akrab disapa Ambe’ Merah, mengenakan ikat kepala dan tenun Mamasa. Kendati lahir pada 1917, ingatannya masih tajam. Kepada fotografer Yusuf Wahil, dia berkisah tentang peristiwa pembantaia­n penghayat Aluk Todolo pada 1950-an. Pelakunya, gerombolan bersenjata.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia