Pesawat (dan Kereta) dan Mobil
OLEH
KITA TENGAH BERADA dalam salah satu revolusi—dan akan segera hadir revolusi lainnya. Pergolakan ini, keduanya mengarah ke masa depan yang lebih berkelanjutan, bukanlah akibat dari konflik, namun adalah produk kecerdasan manusia. Sederhananya, kita menciptakan kembali bagaimana cara kita bergerak, dari sini ke sana.
“Mobil dan truk sedang mengalami perubahan citra terbesar sejak kemunculan mobil lebih dari seabad lalu,” catat penulis Craig Welch pada kisah pertama dari dua cerita transportasi masa depan yang hadir di bulan ini. Nyaris dalam waktu semalaman, mobil-mobil elektrik menyebar, sementara mesin dengan pembakaran internal penghasil karbon dioksida mengarah pada senarai spesies terancam punah.
Pada transportasi udara, saat kami menguji model lain, perubahannya lebih bertahap. Terdapat perkembangan yang menjanjikan pada bahan bakar penerbangan berkelanjutan yang dibuat dari produk-produk limbah. Pesawat menggunakan bahan bakar hidrogen “hijau”. Wahana udara pun tanpa emisi, dengan mesin listrik bertenaga baterai.
Kebanyakan perubahan di tingkat pasar masih berada di garis cakrawala. Contohnya, kata penulis Sam Howe Verhovek, tidak ada baterai yang dapat membawa Boeing 747 dari New York ke London: “Itu akan mengambil inti dari 4,4 juta baterai laptop hanya untuk lepas landas. Tanpa itu, jet jumbo tersebut tidak akan pernah bisa terangkat dari tanah: Baterainya akan memiliki berat tujuh kali lipat dari berat pesawat.”
Perhatian tentang perubahan iklim mengakibatkan pergeseran ekonomi dan konsumen. Namun perkembangannya terlalu lama: Kesehatan planet kita tergantung pada nol emisi karbon dioksida, paling lambat pada 2050, ujar ahli perubahan iklim.
Ini adalah kenyataan yang menenangkan. Namun ada alasan untuk optimis pada liputan edisi ini, dari apa yang sudah kita capai sekarang (dengan mobil) dan apa yang siap kita capai (dengan pesawat). Penjualan global tahunan kendaraan elektrik diharapkan melonjak dari lebih dari tiga juta di hari ini, hingga 14 juta pada 2025. Hingga 2040, mobil listrik mungkin memenuhi 70 persen mobil dunia. Untuk pesawat, kami menggambarkan pesawat masa depan dalam grafis, yang terlihat seperti bumerang terbang dengan kursi penumpang di sayapnya.
Di Amerika Serikat, elektrifikasi kereta api secara praktis adalah nihil. Namun di Eropa, Tiongkok, dan India, lebih dari 55 persen kereta dialiri oleh listrik, dan India bertujuan mendekati 100 persen per 2024. Meskipun nilai rel kereta hanya satu persen dari emisi transportasi secara global, namun setiap hal kecil ini membantu.
Terima kasih untuk membaca National Geographic.
APA TEMUAN MANUSIA yang berpengaruh besar sejak revolusi industri sampai hari ini?
Banyak. Akan tetapi, peralatan listrik dan plastik telah mengubah cara pandang kita terhadap diri dan lingkungan. Peradaban listrik dan plastik, ibarat penjelajahan, telah mendefinisikan siapa sejatinya kita.
Semenjak Thomas Alva Edison (1847-1931) menemukan lampu pijar listrik pada 1879, manusia berpikir betapa potensialnya listrik bagi kehidupan. Peralatan listrik terawal yang membantu kerja manusia adalah bor listrik dari Jerman pada 1895. Sejak itu kehidupan kita sangat berkelindan dengan listrik dari pembangkit tenaga listrik, komunikasi massa, perekaman suara, kesehatan, transportasi, rancang bangun, sampai film dan hiburan.
Kini, semua peranti yang berkait dengan kata "teknologi" bertaut pula dengan listrik—dan juga plastik. Peralatan listrik sudah sedekat urat nadi kita. Gawai cerdas nyaris tak pernah lepas dari genggaman sejak kita sarapan sampai menuntaskan hajat besar di peturasan.
Lebih dari seabad penemuan lampu pijar, banyak peralatan memanfaatkan listrik. Namun, kenapa mobil dan sepeda motor bertenaga listrik seolah tertinggal dari dinamika industri otomotif dunia? Barangkali butuh investasi besar pada riset dan prasarana pengembangannya. Ataukah, kendaraan jenis ini mendapat halangan terkait kebijakan industri minyak bumi global? Semua permulaan memang selalu sulit.
Pada edisi ini kami menyajikan kisah pengguna kendaraan berdaya listrik dari Jakarta. Fikri Muhammad dan fotografer Donny Fernando dalam tajuk Perjumpaan Kita dengan Kendaraan Listrik menunjukkan bahwa inovasi bisa menyelamatkan Bumi, meski tidak instan. Tujuan akhirnya, peluang perjalanan lebih ramah lingkungan.
"Suatu saat nanti kita akan beralih ke kendaraan listrik. Lebih baik mulai dahulu ketimbang menunggu tren," kata Fikri. "Penugasan ini menggugah perencanaan perjalanan saya, bahwa berhitung dulu sebelum sampai tujuan akan berguna di masa depan."
Donny memotret gairah baru dalam upaya mendukung kendaraan berdaya listrik. "Saya masuk ke LIPI untuk melihat bagaimana mereka tidak tinggal diam dalam revolusi ini."
Kita mendukung pemanfaatan listrik untuk perjalanan lestari, bersilaturahmi dengan Bumi, dan tetaplah bijak menggunakan peranti plastik.