National Geographic Indonesia

Pesawat (dan Kereta) dan Mobil

OLEH

- OLEH SUSAN GOLDBERG

KITA TENGAH BERADA dalam salah satu revolusi—dan akan segera hadir revolusi lainnya. Pergolakan ini, keduanya mengarah ke masa depan yang lebih berkelanju­tan, bukanlah akibat dari konflik, namun adalah produk kecerdasan manusia. Sederhanan­ya, kita menciptaka­n kembali bagaimana cara kita bergerak, dari sini ke sana.

“Mobil dan truk sedang mengalami perubahan citra terbesar sejak kemunculan mobil lebih dari seabad lalu,” catat penulis Craig Welch pada kisah pertama dari dua cerita transporta­si masa depan yang hadir di bulan ini. Nyaris dalam waktu semalaman, mobil-mobil elektrik menyebar, sementara mesin dengan pembakaran internal penghasil karbon dioksida mengarah pada senarai spesies terancam punah.

Pada transporta­si udara, saat kami menguji model lain, perubahann­ya lebih bertahap. Terdapat perkembang­an yang menjanjika­n pada bahan bakar penerbanga­n berkelanju­tan yang dibuat dari produk-produk limbah. Pesawat menggunaka­n bahan bakar hidrogen “hijau”. Wahana udara pun tanpa emisi, dengan mesin listrik bertenaga baterai.

Kebanyakan perubahan di tingkat pasar masih berada di garis cakrawala. Contohnya, kata penulis Sam Howe Verhovek, tidak ada baterai yang dapat membawa Boeing 747 dari New York ke London: “Itu akan mengambil inti dari 4,4 juta baterai laptop hanya untuk lepas landas. Tanpa itu, jet jumbo tersebut tidak akan pernah bisa terangkat dari tanah: Baterainya akan memiliki berat tujuh kali lipat dari berat pesawat.”

Perhatian tentang perubahan iklim mengakibat­kan pergeseran ekonomi dan konsumen. Namun perkembang­annya terlalu lama: Kesehatan planet kita tergantung pada nol emisi karbon dioksida, paling lambat pada 2050, ujar ahli perubahan iklim.

Ini adalah kenyataan yang menenangka­n. Namun ada alasan untuk optimis pada liputan edisi ini, dari apa yang sudah kita capai sekarang (dengan mobil) dan apa yang siap kita capai (dengan pesawat). Penjualan global tahunan kendaraan elektrik diharapkan melonjak dari lebih dari tiga juta di hari ini, hingga 14 juta pada 2025. Hingga 2040, mobil listrik mungkin memenuhi 70 persen mobil dunia. Untuk pesawat, kami menggambar­kan pesawat masa depan dalam grafis, yang terlihat seperti bumerang terbang dengan kursi penumpang di sayapnya.

Di Amerika Serikat, elektrifik­asi kereta api secara praktis adalah nihil. Namun di Eropa, Tiongkok, dan India, lebih dari 55 persen kereta dialiri oleh listrik, dan India bertujuan mendekati 100 persen per 2024. Meskipun nilai rel kereta hanya satu persen dari emisi transporta­si secara global, namun setiap hal kecil ini membantu.

Terima kasih untuk membaca National Geographic.

APA TEMUAN MANUSIA yang berpengaru­h besar sejak revolusi industri sampai hari ini?

Banyak. Akan tetapi, peralatan listrik dan plastik telah mengubah cara pandang kita terhadap diri dan lingkungan. Peradaban listrik dan plastik, ibarat penjelajah­an, telah mendefinis­ikan siapa sejatinya kita.

Semenjak Thomas Alva Edison (1847-1931) menemukan lampu pijar listrik pada 1879, manusia berpikir betapa potensialn­ya listrik bagi kehidupan. Peralatan listrik terawal yang membantu kerja manusia adalah bor listrik dari Jerman pada 1895. Sejak itu kehidupan kita sangat berkelinda­n dengan listrik dari pembangkit tenaga listrik, komunikasi massa, perekaman suara, kesehatan, transporta­si, rancang bangun, sampai film dan hiburan.

Kini, semua peranti yang berkait dengan kata "teknologi" bertaut pula dengan listrik—dan juga plastik. Peralatan listrik sudah sedekat urat nadi kita. Gawai cerdas nyaris tak pernah lepas dari genggaman sejak kita sarapan sampai menuntaska­n hajat besar di peturasan.

Lebih dari seabad penemuan lampu pijar, banyak peralatan memanfaatk­an listrik. Namun, kenapa mobil dan sepeda motor bertenaga listrik seolah tertinggal dari dinamika industri otomotif dunia? Barangkali butuh investasi besar pada riset dan prasarana pengembang­annya. Ataukah, kendaraan jenis ini mendapat halangan terkait kebijakan industri minyak bumi global? Semua permulaan memang selalu sulit.

Pada edisi ini kami menyajikan kisah pengguna kendaraan berdaya listrik dari Jakarta. Fikri Muhammad dan fotografer Donny Fernando dalam tajuk Perjumpaan Kita dengan Kendaraan Listrik menunjukka­n bahwa inovasi bisa menyelamat­kan Bumi, meski tidak instan. Tujuan akhirnya, peluang perjalanan lebih ramah lingkungan.

"Suatu saat nanti kita akan beralih ke kendaraan listrik. Lebih baik mulai dahulu ketimbang menunggu tren," kata Fikri. "Penugasan ini menggugah perencanaa­n perjalanan saya, bahwa berhitung dulu sebelum sampai tujuan akan berguna di masa depan."

Donny memotret gairah baru dalam upaya mendukung kendaraan berdaya listrik. "Saya masuk ke LIPI untuk melihat bagaimana mereka tidak tinggal diam dalam revolusi ini."

Kita mendukung pemanfaata­n listrik untuk perjalanan lestari, bersilatur­ahmi dengan Bumi, dan tetaplah bijak menggunaka­n peranti plastik.

 ?? FOTO OLEH DAVIDE MONTELEONE ?? Para insinyur, terlihat dari atas, bekerja pada purwarupa taksi udara lima penumpang di Munich yang dibangun oleh perusahaan angkasa luar Jerman, Lilium. Dalam penerbanga­n pertamanya pada 2019, model ini memperagak­an bahwa tenaga kipas elektrik bisa mendorong lepas landas dan pendaratan secara vertikal sebaik penerbanga­n horizontal. Perusahaan ini meningkatk­an teknologi yang sama untuk tujuh penumpang, yang akan terbang dengan kecepatan tertinggi 280 kilometer per jam, dengan jarak penerbanga­n kurang lebih 250 kilometer.
FOTO OLEH DAVIDE MONTELEONE Para insinyur, terlihat dari atas, bekerja pada purwarupa taksi udara lima penumpang di Munich yang dibangun oleh perusahaan angkasa luar Jerman, Lilium. Dalam penerbanga­n pertamanya pada 2019, model ini memperagak­an bahwa tenaga kipas elektrik bisa mendorong lepas landas dan pendaratan secara vertikal sebaik penerbanga­n horizontal. Perusahaan ini meningkatk­an teknologi yang sama untuk tujuh penumpang, yang akan terbang dengan kecepatan tertinggi 280 kilometer per jam, dengan jarak penerbanga­n kurang lebih 250 kilometer.
 ?? FOTO: DONNY FERNANDO ?? Ari, salah satu kelompok Elders Garage, menghabisk­an sebagian besar waktunya untuk membangun sebuah kendaraan yang layak dipakai kembali. Ia sedang menciptaka­n kendaraan bermotor listrik dari bangkai sebuah motor Vespa. Untuk mengawali kendaraan ramah lingkungan tidak harus berbelanja miliaran rupiah.
FOTO: DONNY FERNANDO Ari, salah satu kelompok Elders Garage, menghabisk­an sebagian besar waktunya untuk membangun sebuah kendaraan yang layak dipakai kembali. Ia sedang menciptaka­n kendaraan bermotor listrik dari bangkai sebuah motor Vespa. Untuk mengawali kendaraan ramah lingkungan tidak harus berbelanja miliaran rupiah.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia