Suara-suara yang Nyaris Hilang
MELESTARIKAN MUSIK TRADISI NUSANTARA
“SELAMA INI BARANG-BARANG ini tidak pernah dikeluarkan,” ujar Nusi Lisabilla Estudiantin, “Semuanya di storage.” Sore itu saya cukup beruntung bisa menyaksikan pameran koleksi Jaap Kunst yang baru keluar dari ruang penyimpanan Museum Nasional. Selama ini tidak seorang pun tahu apa konteks koleksi ini sesungguhnya, termasuk tifa raksasa dari Papua yang menjadi sampul edisi ini.
Pameran temporer itu digelar di tempat Nusi bekerja, Museum Nasional, pada Desember 2019. Tajuknya, Melacak Jejak Jaap Kunst, Suara dari Masa Lalu. Gelarannya tepat seabad Kunst tiba di Hindia Belanda, dan terpikat gamelan di Pakualaman, Yogyakarta. Cinta memang tak kenal waktu, tempat, dan asal usul kita.
Kunst adalah etnomusikolog autodidak. Lulusan sekolah hukum, pemain biola yang bersama grup trionya berkeliling Hindia Belanda. Dia memang bukan perintis penelitian musik tradisi Nusantara, melainkan peneliti pertama yang terjun langsung dalam mendokumentasikannya—foto, suara, dan film. Ada semangat sains dan penjelajahan dalam setiap misinya sepanjang 1919 hingga 1934, dari Aceh sampai Papua.
Kunst pernah menyerahkan seribu koleksi alat musik dari seantero Nusantara kepada Bataviaasch Genootschap—kini Museum Nasional. Saat persiapan pameran, setidaknya Nusi telah menemukan 471 koleksi dan sisanya dalam pencarian.
Salah satu pelat kaca positif yang dipamerkan itu menampilkan kesenian yang direkam Kunst saat di Sangihe, Sulawesi Utara. Pelat itu berlabel “Sangihe—tagonggongmuziek met dansers en danseressen”.
Saat ini musik tagonggong mulai terdesak, pemusiknya kian sedikit. Seorang warga Sangihe mengungkapkan kepada saya bahwa dahulu mereka memiliki delapan irama musik ini, kini tinggal empat.
Di pameran itu saya berjumpa juga dengan Palmer Keen asal Amerika Serikat. Selama satu dekade ini, setidaknya, dia telah menjelajahi 20-an provinsi di Indonesia dengan dana sendiri. Merekam audio visual lebih dari 100 jenis musik tradisi, lalu mengunggahnya di laman “Aural Archipelago”. Keen ditakdirkan untuk melanjutkan misi Kunst untuk mendokumentasikan musik Nusantara. Saat Kunst mendengar, mengumpulkan, dan merefleksikan musik-musik tradisi Nusantara, sejatinya sudah ada kesenian tradisi yang nyaris punah. Kini, tugas kita lebih berat lagi: melanjutkan misinya sekaligus melestarikan, dan mencari suara-suara yang telah hilang. Selamat Hari Musik Nasional!