SANG MALAIKAT ITU BERNAMA DOULA
Mereka ikut merencanakan, mendampingi saat hamil, ketika melahirkan, bahkan seusainya. Dan mereka tak akan bikin cemburu suami, juga ibu mertua.
Jika sosok seorang doula bagi sang calon ibu bak malaikat, tak salah juga. Karena, doula betulbetul mendampingi si calon ibu. Bukan hanya pada saat melahirkan, tapi juga sejak mengandung, bahkan pada saat kita berencana mau hamil.
“Kalau perlu sebelum hamil, antara doula dan ibu hamil bisa membicarakan rencana kehamilan hingga proses melahirkan lebih detail,” jelas Ashtra Ashri Dymach, yang berprofesi sebagai doula.
Tapi, siapa sih sebetulnya doula itu?
Meskipun peranan doula penting buat ibu hamil, keberadaannya bukan berarti menggantikan peran tenaga medis.
“Doula itu kerja mental, karena membantu berbagai hal yang bisa menghambat ibu hamil dalam persalinan. Misalnya dia tak bisa kontraksi karena hatinya masih merasa tak nyaman, sehingga secara tak langsung menghambat proses kelahiran,” jelas Irma Syahrifat, juga seorang doula.
Senada dengan Irma, menurut Ashtra, doula akan mendampingi ibu hamil hingga melahirkan dengan rasa nyaman. Tentu setiap orang punya rasa nyaman yang berbeda-beda, tergantung karakter dan kebutuhan mereka. Di situlah peran doula. “Jadi doula tak melakukan tindakan medis,” kata Ashtra.
Lantas, apa sih yang dilakukan doula? Menurut Irma, doula akan menemani ibu hamil paling tidak untuk 4 kali pertemuan. Dimulai dari kelas edukasi tentang kehamilan. Di sini doula akan mengajarkan ibu hamil tentang berbagai gerakan yang bisa melancarkan persalinan kelak. Kemudian ada birth plan—doula dan ibu hamil akan membicarakan berbagai hal tentang persalinan. Terus ada sesi relaksasi, yakni doula akan memberikan stimulasi positif untuk mempermudah kelahiran si bayi.
“Terakhir ada sesi curhat, di mana doula mendengarkan apa saja keluhan yang dialami ibu hamil selama masa kehamilan hingga proses kelahiran kelak. Terutama yang dirasakan dalam diri si ibu, termasuk kalau dia sedang galau,” tambah Irma.
Sesi ini dimaksudkan agar doula bisa membuat ibu hamil mampu melewati masa persalinan dengan santai. “Jadi doula harus bisa bikin si ibu lebih percaya diri, sehingga semua proses berjalan lancar,” tambah Ashtra.
Tapi, apa cukup doula dan kita hanya bertemu empat kali saja?
Tenang. Di luar pertemuan itu, seorang doula tetap bisa dihubungi setiap saat. “Jadi sebenarnya dukungannya seperti tak pernah putus, bahkan jika usia kehamilan sudah di atas 37 minggu, doula sering harus siaga 24 jam. Kapan saja bisa dipanggil,” ungkap Irma tersenyum.
Toh yang membutuhkan doula, tak melulu si calon ibu. Bisa juga keluarganya, mau itu suami, bahkan ibunya. Jadi pendampingan yang dilakukan doula mencakup mereka semua. “Suami tak mungkin cemburu, karena dia juga ikut masuk dalam tim. Bahkan kalau perlu termasuk dokter kandungan si ibu hamil tahu keberadaan doula,” kata Irma.
Doula Ditelepon
Anda mulai tertarik menggunakan jasa doula? Mudah kok. Memang keberadaan doula tak sepopuler di luar negeri, namun gampang ditemukan. Beberapa rumah sakit bahkan bisa membantu jika ibu hamil membutuhkan doula. Selebihnya, doula justru mudah didapat melalui media sosial. “Aku sering dapat klien karena mereka tahunya dari akun Instagramku,” seloroh Irma.
Nah, begitu dikontak, doula tentu akan menjelaskan apa saja yang akan dilakukan doula terhadap klien. Perlu diingat, jasa doula ini terbagi menjadi dua. Pertama birth
doula, yaitu membantu ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan. Kedua,
postpartum doula, yakni menemani ibu pascamelahirkan. Bukan tak mungkin, ibu hamil membutuhkan keduanya. Terus, berapa sih tarif doula? Tentu bervariasi, tergantung doula-nya itu sendiri. Baik Irma maupun Ashtra menyebut angka yang tak beda jauh saat ditanya tarif doula. Kisarannya sekitar Rp1,5 juta-Rp6 juta per paket melahirkan. “Itu di luar biaya kelas edukasi, yang biasanya sekitar Rp1,5 juta sendiri,” ungkap Irma.
Lantas, bagaimana memilih doula yang baik untuk ibu hamil? Menurut Irma, langkah pertama yang harus dilakukan oleh calon pengguna jasa doula adalah mengenali karakter diri sendiri dan mencari tahu kebutuhan yang diinginkan. Baru kemudian mencari doula yang karakternya cocok dengan dirinya sendiri. “Tentu itu akan membantu kelancaran ibu hamil itu sendiri.”
Tapi yang terpenting, menurut Irma maupun Ashtra, dalam proses persalinan si calon ibu harus rajin-rajin berkomunikasi dengan bayi dalam kandungannya. Sehingga itu akan membantu diri mereka sendiri. “Sering-seringlah berkomunikasi dengan anak dalam kandungan, sebenarnya dia mau apa? Termasuk proses persalinannya mau yang seperti apa? Kan justru si anak yang jadi aktor utamanya.”
Nah, kalau tengah melakukan ini, justru Andalah yang sedang menjadi “malaikat”.