Otomotif

BIKIN SESUAI PESANAN

Karena gaya retro tidak bisa disamarata­kan

- Panca

Bukan hanya motor yang tampil retro, pelindung kepala alias helm pun didesain ala zaman dahulu agar sesuai dengan kuda besi yang ditunggani. Apalagi makin banyak peerajin helm rumahan bermuncula­n dengan mendesain serta mencetak helm sendiri sesuai keinginan konsumen buat bergaya retro.

Seperti Agung Buditriono, pembuat helm handmade bernama Gung’s. ”Awalnya saya gemar dengan motor retro dan mulai mengumpulk­an aksesoriny­a dari jaket, sepatu, sampai helm. Tetapi untuk helm retro harganya sangat mahal diatas Rp 1 juta lebih, karena kebanyakan helm tersebut dari luar negeri,” jelas pria yang mempunyai workshop di Jl Zeni Tentara Pelajar Yogyakarta, Jateng itu.

Lanjut Agung,“dari situlah saya berpikir untuk membuat helm retro sendiri. Ada dua jenis helm yang saya ciptakan yaitu helm half face dan full face. Helm half face bahan dasarnya diambil dari helm hadiah beli motor dari pabrikan.

Helm itu dikerok terlebih dahulu catnya dan busanya dilepas dari batoknya lalu dicat dengan desain sesuai keinginan konsumen serta diberikan busa baru sesuai ukuran kepala pemesan.

Sedangkan helm jenis full face dicetak sendiri oleh Agung, dengan menggunaka­n bahan fiberglass. Setelah itu, terbetukla­h helm full face gaya retro tahun ’80-an yang dapat menunjang penampilan Anda. “Ketebalan helm full face mencapai 3 milimeter, dan mempunyai desain khusus yang tidak dimiliki orang lain. Waktu pemesanan sekitar 2-4 minggu dan harus dilakukan by order karena saya tidak stok helm,” tambah Agung.

Harganya yang ditawarkan Rp 250 – 600 ribu untuk helm half face atau full face. Agung mengaku mampu memproduks­i 20-30 helm setiap bulan dan pesanan dari berbagai daerah seperti Aceh sampai Papua.

Selain itu, ada perajin helm asal Solo yaitu Wahyudi Adiyuliant­o. ”Kami menghadirk­an helm replika Bell Moto3, helm pilot, dan helm retro Bogo yang dibalut dengan semi kulit. Kalau helm replika Bell Moto3 dan pilot kami cetak sendiri menggunaka­n fiberglass lalu di cat sesuai keinginan konsumen. Sedangkan helm retro Bogo, bahan dasarnya dari merek Bogo dan kami balut dengan kulit dan aksesori tambahan,” imbuh pria menyebutka­n belum punya merek dagang ini. Lokasi praktiknya di bilangan Pajajaran Utara No.2, Solo Jateng.

Setiap pemesanan mampu dikerjakan 3 hari sampai 2 minggu, yang dibandrol Rp 250 -450 ribu. Produk yang paling laris adalah helm bergaya pilot dengan warna hijau tentara, yang mampu terjual 15 helm sebulan dengan total produksi 30 helm satu bulan.

TERKENDALA SNI

“Membuat helm itu harus pengujian standar keamanan helm sesuai regulasi keamanan (SNI), agar aman digunakan di jalan raya. Setidaknya terdapat 5 tahapan pengujian antara lain pengujian batok helm, kekuatan helm terhadap getaran, kekuatan getaran dengan hantaman benda 5 kilogram dari ketinggian 230 centimeter, uji penetrasi saat helm dihantam dengan benda tajam, dan alat uji efektifita­s,” jelas Harry Suherman, President Director Cargloss Indonesia.

“Sebenarnya kita ingin mendapatka­n lisensi SNI tetapi terkendala, karena kami tidak mengetahui bagaimana dan dimana pengujian helm dengan standar SNI. Karena kami usaha kreatif rumahan yang harus didukung oleh Pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah,” jelas Wahyu. Hal tersebut juga diamini oleh Agung pemilik Gung’s helm,”bukan tidak mau, tetapi kami ingin sekali mendapatka­n label SNI juga agar industri kerajinan ini dapat berkembang. Saya juga melibatkan masyarakat sekitar untuk membuat helm tersebut dan bila berkembang dapat mengangkat perekonomi­an masyarakat daerah sekitar,” seru Agung.

Halo Kementeria­n Perindustr­ian?

musik, dan berbagai sajian kuliner tentu.

Perjalanan dimulai dari Lorong Bandung Baheula, seperti museum yang diusung ke tengah festival. Di tengah tenda memanjang ini dipajang berbagai foto-foto bersejarah koleksi museum dan lembaga-lembaga pendidikan dari seputaran Bandung.

Terpampang foto kawasan Cadas Pangeran di tahun 1786 yang masih berupa jalan tanah dikeliling sawah, gunung dan tebing-tebing batu. Ada juga stasiun Bandoeng di 1900, mobil uap pejabat perkebunan Belanda, sampai pemecah biji kopi dengan cara mengigit di tahun 1820.

Begitu keluar lorong, ada Si Dukun atau Si Gajah, sebuah bus produksi pabrik Chevrolet di Jakarta yang kini menjadi museum kelilingny­a Museum Mandala Wangsit Siliwangi. Aslinya bus ini ambulans yang aktif beroperasi antara 1957-1962 di Rumah Sakit Majalaya, Jabar.

Ia andalan menyelamat­kan korban-korban pemberonta­kan DI/TII Kartosuwir­yo di Jabar dan berbagai operasi militer lain seputaran Jabar.

Selain museum, hadir sejumlah mobil bersejarah milik kolektor. Seperti Jeep Willys 1944 dan 1945, truk Isuzu yang digunakan sebagai mobil pemadam kebakaran pada tahun 1960 yang jadi tempat foto favorit dan dipanjati anak-anak, hingga Volkswagen Type 3 Face Back 1966, mobil polisi koleksi Kasatlanta­s Cimahi. “Saya menemukan mobil ini di Riau, kondisinya masih bagus. Begitu dibawa kesini saya poles tampilanny­a ala mobil polisi. Sekarang aktif beroperasi lho, dipakai jadi mobil patroli Polwan Polres Cimahi,” kata AKP Bonifasius Surono, Kasatlanta­s Polres Cimahi.

Tur di lokasi yang sama itu berakhir ditemani aneka permen jadul seperti permen rokok dan sapi, kue balok Cihapit hangat yang baru diangkat dari oven arang, beueleum ketan dan kerupuk ojay, sampai kopi panas seduhan Koffie Fabriek Aroma, ditemani empuknya roti moka dari Toko Roti dan Kuweh Sidodadi hingga Rasa Bakery yang berdiri sejak 1930.

Bandung memang lekker, euy...

Apa yang menarik dari sebuah mobil Hyundai dengan emblem H1? Kesan pertama pastilah dimulai dengan kata prestise. Lalu kata yang keluar berikutnya adalah besar. Nah, berturut-turut bisa saja keluar kata nyaman disusul dengan aman. Bukan bermaksud untuk memuji kendaraan keluarga asal Korea Selatan tersebut, tapi itu barulah kesan yang bisa muncul apabila Anda berhadapan langsung dengan mobil yang sudah bisa Anda temui di pasar mobkas ini. Nah, bila Anda penasaran untuk mencobanya, silakan saja buka halaman 2-3 pada OTOBURSA yang sedang Anda simak ini. Tidak perlu ragu membeli produk Korea, lantaran jaringan aftersales service juga sudah mulai tersebar.

Percayalah! • Julian

 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia