Otomotif

BANGUN AUDIOFROG BERSAMA INDONESIA

-

Enggak hanya mobil atau motor kelas dunia yang world premier launchingn­ya memilih di Indonesia. Sebuah merek produk In Car Entertainm­ent(ice) bernama Audiofrog, pekan ini (26/5) resmi diluncurka­n pertama kali di Jakarta untuk kawasan Asia. Bahkan dedengkot car audio dunia, yakni Andy Wehmeyer, Gary Biggs dan Marcus Yeo berkumpul di kantor PT. Sumber Berkat untuk proses peluncuran bersama 50-an instalatur setanah air.

Bukan itu saja, beberapa pebisnis ICE dari Singapura, Vietnam dan China juga muncul. “Pilih Indonesia karena penting sekali,” terang Marcus Yeo, President Asia Pasific Audiofrog yang berkantor di Singapura ini.

Memang pertama kali komponen ICE yang dijual mulai Rp 8 juta sampai Rp 30 jutaan ini, dikenalkan ke publik di Las Vegas, AS, awal tahun ini. Dilakukan saat perhelatan CES (Consumer Electronic Show).

Produk baru ini juga turun di berbagai kontes car audio yang dilakukan di Indonesia. “Kami akan ikut kontes tersebut untuk membuktika­n kualitas speaker dan subwoofer Audiofrog,” terang mantan profesiona­l di Harman

BILLY

GOMBAK

urainya yakin.

Selain itu hobi yang pas, katanya juga ikut menunjang semangat pekerjaann­ya. Ini karena hati selalu senang begitu ya. Apa sih hobinya? Ternyata ia hobi memelihara burung merpati dan kenari buat lomba.

Tetap lomba ya jiwanya?

Istilah motor kuntet, belakangan mulai kembali bergaung. Definisi motor kuntet yang dimaksud adalah mini bike yang direstoras­i kembali orisinil. Bahkan kini sudah jadi sebuah genre, yakni kriteria dalam bentuk seni yang memiliki istilah tersendiri sesuai dengan bentuknya. Tak hanya dibatasi dalam konsep tertentu saja, namun memiliki kategorisa­si tanpa batasan ataupun menggabung­kan dari bentuk-bentuk

FOTO: HARRYT

yang telah eksis sebelumnya.

Tadinya motor kecil seperti ini ditujukan sebagai besutan anak-anak, namun seiring waktu malah jadi mainan orang dewasa. “Mini bike ini dulunya memang terbilang murah, kini seiring dengan kelangkaan dan nilai historis maka harga jualnya kian melambung. Harganya berkisar di atas Rp 25 juta, bahkan hingga ratusan juta rupiah,” buka Faisal Sanad, yang mengoleksi 32 unit mini bike.

TIGA KATEGORI

Menurut Faisal, di Indonesia terdapat 3 kategori mini bike yang dibedakan berdasarka­n asal-muasalnya. Kategori pertama adalah mini bike buatan Tiongkok atau lokal. “Brandnya yang terkenal adalah Gazgaz dan Skyteam. Range harganya mulai dari Rp 15 juta, sudah ada faktur pajak tinggal bayar BBN (Bea Balik Nama) saja,” ungkap pria kelahiran Jakarta, blasteran Arab ini.

Kategori kedua adalah mini bike original, yang asli buatan Jepang. Sebut saja Honda Monkey, Yamaha GT50, Suzuki Evo, Honda Motocompo, Yamaha PW50, Suzuki Gags dan lain sebagainya. “Range harganya mulai dari Rp 25 hingga Rpp 40 juta up, itu baru bahannya saja,” lanjutut sobat yang tinggal di bilangan Kebon Kacang,ang, Jakpus ini.

Selanjutny­a adalah kategori campuran, yakni penyempurn­aan dari kategori original dengan kanibalisa­si dari komponen asal Tiongkok ataupun lokal. “Prinsipnya adalah modifikasi. Rangka dan bodi biasanya original. Mesinnya diganti pakai mesin milik motor lain, misalnya mesin motor bebek Honda Cup series. Engine mounting- nya sama, kalaupun ada ubahan hanya sedikit,” imbuh ayah dua puteri ini.

HANYA SATU DI INDONESIA

Seperti halnya mengoleksi batu akik yang tengah beken saat ini. Koleksi mini bike pun memiliki nilai nominal yang menakjubka­n. Semakin

langkalang­kamakamaka harganya bisa tak ternilai. “Saya punya Honda Dream 50 tahun 1984, satu-satunya di Indonesia. Kemudian Honda ST50M, yang juga cuma saya yang punya. Saya juga punya sejumlah mini bike yang terbilang langka, diantarany­a Honda ST70 1968 model front fork release, Honda Chaly, Honda Solo, Honda Monkey R dan lain sebagainya,” tunjuk Faisal.

Tak hanya buat pajangan saja lho, Faisal bersama komunitas Indo Classic Minibike kerap kopi darat hingga turing. “Kalau kopi darat kita naikin motornya… hehehe tentu dilihat banyak orang. Kita juga pernah touring ke Gunung Sindur hingga ke Cipanas Puncak, Bogor, Jabar,” kekehnya lagi.

 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia