GUNAKAN INJEKTOR SOLENOID
Yang menarik, mesin Tucson ini justru menggunakan injektor berjenis solenoid dan telah meninggalkan piezo-injector. Hmm, bukannya piezo lebih canggih ya?
Teorinya, piezo-injector menggunakan piezoelectric crystal untuk mengontrol semprotan bahan bakar dan diklaim jauh lebih cepat dan presisi, sehingga dapat menginjeksikan bahan bakar beberapa kali per siklus bakarnya. Meski begitu, penggunaannya bukan berarti sempurna.
“Piezo-injector itu sangat ringkih, tidak bisa diperlakukan sama dengan injektor biasa. Bila ada mekanik yang asal bersihkan, bisa langsung merusak injektornya,” ujar Boyke Setiawan, Product Planning Head PT Hyundai Mobil Indonesia.
Di Indonesia, kakak dari Tucson sendiri, Hyundai Santa Fe CRDI telah menggunakan piezo-injector pada mesin R 2.2-nya. Selain brand Korea ini, pabrikan Eropa seperti Mercedes-benz dan BMW diesel pun menggunakan jenis injektor canggih ini, termasuk Mitsubishi Pajero Sport Dakar dengan mesin 4N15 barunya. Namun mengingat tidak semua bengkel umum mendapat pelatihan mengenai kecanggihannya, terutama di luar kota-kota besar, penggunaanya di unit yang cenderung terjangkau seperti All New Hyundai Tucson CRDI EVGT ini terkesan kurang tepat. “Makanya di mesin EVGT Tucson Diesel ini digunakan lagi injektor solenoid. Tapi jangan salah, tekanannya mencapai 2.000 bar, bahkan melebihi beberapa piezoinjector lainnya,” tambah Boyke lagi. Efek positif lainnya, durabilitas juga lebih terjaga, meski tetap diingatkan untuk tidak menggunakan solar berkualitas buruk.