Otomotif

SAFETY JADI PERTIMBANG­AN

-

ada putaran terakhir Indonesia Retro Race di sirkuit Sentul, Bogor, Jabar (26/11), banyak keluhan yang disampaika­n para pembalap. Salah satunya jadwal balapan yang selalu digelar sore hari. Hal ini karena hujan selalu mengguyur saat penghujung hari di kota dengan julukan Kota Hujan tersebut.

Pembalapny­a pun jadi punya kecemasan tersendiri saat balapan. Kecelakaan dan tabrakan jelas jadi alasan kecemasan utama. Selain membahayak­an diri, ini juga bisa membahayak­an bagi kondisi mobilnya.

Loh kok malah mobilnya? “Soalnya cari spare part mobil jadul begini kan susah. Semisalnya ada, pasti harganya sudah mahal banget. Enggak jarang juga suka nyari secara online atau nitip ke teman yang pergi keluar negeri,” papar Bimo Variant dari Yuasa Ecurie Cinere yang mengendara­i Mercy 190 E.

Semisal ada waktu luang, Bimo juga suka ‘memburunya’ di sekitaran Jakarta. “Apalagi kalau ada event OTOBURSA Tumplekble­k itu. Lumayan kan bisa buat cadangan mobil kalau nemu headlamp, lampu sein, atau spion gitu,” sambungnya.

Bimo yang dinobatkan sebagai juara umum Retro 2000 Max 2017 ini juga kadang suka melakukan subtitusi untuk mengakali suku cadang dari Mercedes-benz tipe lain. Bahkan, tak sedikit pula sampai yang harus membuat komponen itu sendiri.

Seperti yang dilakukan Izzudin Prasetyo. Pembalap privateer ini harus pintar-pintar mengakali kelangkaan suku cadang bagi Daihatsu Charmant miliknya. Misalnya kampas rem yang paling dibutuhkan, tapi juga paling langka.

“Kadang bikin sendiri itu kampas. Bubut sendiri di tempat bubut langganan saya. Soalnya kalau cari yang asli sudah susah banget. Pernah balapan pakai kampas rem palsu, cuma tahan 5 lap, kan bahaya. Lebih baik pakai kampas rem bikinan sendiri, masih awet sampai satu seri,” pungkas pembalap yang akrab disapa Udin itu.• DAB

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia