suku Cadang Genuine second Grade h.4
Murah & Bergarans Bergaransi
Cerita seorang rekan, sebut saja Andri, yang sedang bimbang memilih komponen genuine, non-genuine, atau aftermarket. Pemikirannya pun bercabang, mengingat apapun pilihannya, mobil yang ia kendarai sudah lewat masa garansi. Alhasil ia pun memilih suku cadang aftermarket dengan pertimbangan harganya lebih murah daripada genuine.
Nah, sebenarnya pengalaman ini juga banyak dialami oleh pemilik mobil lainnya. Dimana populasi kendaraan yang habis masa garansinya lebih memilih menggunakan suku cadang aftermarket. Tentu ini menjadi tekanan kompetitif bagi pabrikan untuk menghadirkan suku cadang berkualitas sekelas genuine dengan harga lebih terjangkau namun tetap punya garansi resmi.
Disinyalir cukup banyak konsumen yang menghilang dari bengkel resmi ketika garansi atau jasa perawatan tak lagi gratis. Daripada hanya jadi ‘penonton’, saat pesta pora suku cadang dinikmati industri aftermarket, sementara pabrikan mobil belum bisa menyediakan pengganti yang harganya terjangkau. Maka sangat rasional jika pabrikan meracik suku cadang lapis kedua (second grade), yang harganya lebih terjangkau.
Komponen lapis kedua merupakan pengembangan dari komponen genuine, yang dirancang dengan menyesuaikan value for money. Bukan berarti kualitasnya diturunkan, hanya saja mengurangi rasio pemakaian, yang berarti umur second grade parts lebih pendek dibanding genuine part. Toh harganya juga lebih murah. Dengan begitu, juga mampu mengajak pemilik mobil kembali masuk bengkel resmi.
Alhasil, kini makin banyak pabrikan yang telah menyediakan second grade parts.
Penggunaan unit segmen multi purpose vehicle (MPV) sebagai taksi memang bukan hal yang baru. Diakui oleh operator taksi Blue Bird bahwa hal ini dilakukan untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat yang menginginkan muatan lebih. “Kami melihat tren masyarakat saat ini lebih banyak yang memilih model MPV dan Van karena punya muatan yang lebih banyak sehingga bisa memuat keluarga ataupun bersama teman saat berpergian,” ungkap Amelia Nasution, Marketing Director PT. Blue Bird Group melalui sambungan telepon (12/3).
Hal tersebut dapat terlihat dari pemilihan mobil yang dilakukan konsumen dengan menggunakan aplikasi pemesanan My Blue Bird melalui smartphone. “Jadi kami pikir, oke sekarang kami tambahkan saja jumlahnya supaya customernya terlayani dengan baik,” imbuhnya.
Ia juga mengaku penggunaan unit MPV ini bukan sebagai penambahan armada baru, melainkan refreshment dari unit lawasnya. “Penggantian ini bentuknya adalah peremajaan saja dengan menggunakan MPV, jadi kami belum ada penambahan armada baru,” jelas Amelia.
Berdasarkan informasi yang diberikan, Blue Bird Group sudah menggunakan Honda Mobilio sebagai unit MPV pertamanya sejak 2015 lalu. Hingga saat ini pihaknya sudah melakukan peremajaan angkutan taksinya total sebanyak 1.272 unit untuk wilayah Jakarta saja. Secara nasional, operator berlogo burung berwarna biru tersebut saat ini sudah memiliki 1.557 unit Honda Mobilio dan 550 unit Toyota Transmover.
Ia juga mengatakan, baik taksi sedan maupun MPV tidak terlalu berpengaruh banyak, selain nilai tambah yang diberikan ke konsumen. “Secara value for money- nya untuk konsumen sudah paling jelas karena dihitung berdasarkan cost, dengan muatan yang berisi enam penumpang akan cukup efektif,” lanjut Amel, begitu Ia akrab disapa. • Dwi