BERGUNA UNTUK PENGENDARA AWAM
Electronic Stability Control (ESC)
Istilah atau nama fitur satu ini, pasti sering Anda dengar atau dapatkan ketika membaca review mobilmobil baru. Pengucapannya di tiaptiap merek mobil, kadang berbeda. Tapi, paling sering terdengar disebut dengan Electronic Stability Control atau ESC.
Nah, mungkin banyak yang belum tahu mengenai fungsi atau kegunaan dari fitur ini. Cukup penting loh untuk diketahui, karena kini fitur tersebut mulai dijadikan fitur keselamatan standar di beberapa mobil keluaran terkini. Yuk, simak penjelasannya berikut ini!
Untuk diketahui, Electronic Stability Control adalah salah satu sistem keselamatan, yang kerap diaplikasikan di mobil-mobil modern kelas menengah ke atas. Bahkan kini ada juga yang disematkan di mobil entry level. ESC sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Mercedes-benz pada pertengahan era ‘90-an, dengan nama Electronic Stability Program (ESP).
Fungsi utamanya untuk meningkatkan performa dan mencegah mobil selip ( oversteer atau understeer) pada lintasan yang sulit, seperti tikungan tajam, jalan licin atau ketika melakukan pengereman mendadak. Secara umum, sistem ini membuat kendaraan tetap stabil dengan memberikan yaw moment (diperoleh dari rem di setiap roda) dan menyesuaikan arah roda sesuai arah yang diinput pengendara ke kemudi.
Memang dulu hanya mobil-hanya premium saja yang dibekali teknologi ini. Tapi sekarang, hampir semua pabrikan besar di Indonesia menawarkan produk yang dilengkapi dengan ESC. Bahkan
CARA KERJA
pendatang baru macam Wuling Motors, juga sudah mengaplikasikannya di produk yang mereka jual di Indonesia, mulai model entry levelnya macam Confero, hingga MPV kelas menengah yang baru, yaitu Cortez 1.8.
“Kami sadar betul konsumen Indonesia sudah sangat pintar dalam memilih produk baru. Dan salah satu yang jadi pertimbangan adalah fitur safety. ESC sebagai salah satu fitur pembantu berkendara, yang sekaligus sistem keselamatan, pastinya harus ada di dalam semua produk Wuling,” bilang Arief Ramadhi, Product Planning Specialist Wuling Motors Indonesia. Mobil biasanya bergerak tidak sama persis dengan posisi stir, ketika pengendara berbelok tajam atau saat di jalan licin pada kecepatan tinggi. Nah, pada kondisi ini laju kendaraan bisa mengalami understeer atau oversteer. Kondisi oversteer adalah mobil belok melebihi arah tikungan yang diinginkan pengemudi. Hal ini karena roda belakang kehilangan traksi terhadap permukaan jalan. Sementara understeer adalah kebalikannya.
Pada kondisi normal, pengemudi melihat arah jalan kemudian menyesuaikan arah mobil dengan jalan menggunakan kemudi. Ketika sistem sensor ESC mendeteksi bahwa pengemudi akan kehilangan control mobil, ESC memberikan yaw moment secara otomatis dengan mengaktifkan rem berdasarkan perbedaan antara arah stir dari pengemudi dan arah mobil yang sebenarnya dan membantu pengemudi membawa mobil kembali pada jalur yang seharusnya.
“ESC akan berfungsi ketika salah satu ban terbaca kehilangan traksi, misal ketika lewat jalan licin atau ketika berbelok tajam. Sistem ESC akan mengembalikan traksi ban ke kondisi semula, sampai laju kendaran stabil lagi,” jelas Sartono, Technical Leader Auto2000 Bintaro, Tangsel.
Sistem ESC biasanya ditandemkan dengan sistem Traction Control ( TCS) dan Anti-lock Braking System (ABS). “Saat ada roda yang kehilangan traksi, maka sistem ini (ESC dan TCS) akan memerintahkan sistem pengereman di roda lainnya untuk ngerem sedikit, sampai roda yang kehilangan traksi kembali normal lagi,” terang Audi Tarantini, EC, Advance Stage Evaluation Departement Test and Validation Division PT Astra Daihatsu Motor (ADM) beberapa waktu lalu pada OTOMOTIF.