Otosport
Ronde pertama Asia Talent Cup (ATC) digelar di sirkuit Losail, Qatar (17-18/3). Menjadi pembuka tahun kelima digelarnya ajang pembibitan balap motor prototype ini di Asia. Indonesia memiliki lima pembalap dan jumlah ini menjadi salah satu jumlah peserta terbanyak yang mewakili negara.
Mereka adalah Mario Surto Aji, M. Adenanta Putra, Afridzasyach Agung Didu senang bisa mencetak pole position pada balapan internasional pertamanya
INDONESIA LEBIH MENDOMINASI FOTO: ATC
ditorehkan Mario SA. Ia berhasil meraih podium kedua setelah bersaing ketat untuk posisi pertama dengan pembalap Jepang, Haruki Noguchi. Jika dilihat dari pemilihan racing line dan gaya balap, Mario lebih unggul bahkan mencatatkan waktu tercepat pada balapan pertama.
“Saat balapan saya sangat menikmati bersaing dengan Haruki Noguchi, saling bertukar posisi, dan melakukan overtake. Tapi pas menjelang garis finish saya sedikit terlalu cepat melakukan slipstream untuk menyerang. Podium kedua ini tetap memuaskan di balapan pertama,” tutur Mario yang baru saja ulang tahun ke-14.
Balapan kedua (18/3) lebih menarik bagi pembalap binaan PT. Astra Honda Motor (AHM) ini sebab empat pembalapnya mencicipi posisi terdepan. Agung, Mario, Adenanta, dan Afridza kerap mengancam untuk memimpin jalannya lomba.
Namun mereka harus menerima kenyataan karena podium tidak berhasil direngkuh satu pun dari mereka. Apalagi pesaing di barisan depan kini bertambah dengan adanya Toshiki Senda (Jepang) dan Bill Van Eerde (Australia) yang menang pada balapan kedua. Jadi tidak seperti balapan pertama ketika Mario berduel dengan Noguchi sepanjang balapan.
“Di grup depan, ada beberapa pembalap yang bersaing memperebutkan posisi pertama. Saya berusaha tetap konsisten sepanjang balap. Namun, pada lap ketiga menjelang finish, saya membuat kesalahan dan terpisah dari rombongan depan, jadi harus puas posisi empat,” pungkas Mario.
Tak menunggu lama, para pembalap Indonesia ini akan menuju sirkuit Buriram di Thailand untuk ronde kedua ATC akhir pekan ini (24-25/3). Berbeda dengan Losail saat hampir semua pembalap buta dengan sirkuit ini, di Buriram, Mario dan Adenanta sudah cukup kenal karena lulusan Thailand Talent Cup ( TTC). Bukan hal baru bagi keduanya membesut Honda NSF250R di Buriram. • DAB
lomba
Sirkuit jalan raya, Punta del Este di Uruguay menjadi lokasi perhelatan balap Formula E putaran enam (18/3). Sirkuit dengan panjang 2,785 kilometer ini membuktikan kalau power elektrik di Formula E bukanlah segalanya.
Terbukti dengan podium utama yang digondol oleh Jean-eric Vergne. Pembalap asal Jerman ini menyebut kalau pertarungan di Formula E sangat ketat. Bahkan untuk seri-seri berikutnya. “Balap selanjutnya pasti akan lebih ketat dan sulit. Sebab, seperti diketahui, pembalap lain punya performa yang kuat dan mobil kencang. Sedangkan, saya sendiri pakai mobil bukan yang tercepat,” ungkap pembalap andalan tim Techeetah (baca : Ta-chi-ta, red).
Dengan tenaga mobil yang cukup terbatas, Vergne mampu mengatasi lomba. Setelah sebelumnya di seri Meksiko dirinya tak bisa berbuat banyak dan kehilangan podium. Sebenarnya ini merupakan podium Vergne kedua di musim kompetisi 2017/2018.
Vergne mampu mengatasi ‘ fight’ dengan Lucas di Grassi (Audi Sport Abt Schaeffler) yang merupakan tim pabrikan. “Kami balap tanpa beban. Jadi, kami bisa sangat agresif sejauh yang kami inginkan. Menempel ketat Vergne jadi hal yang sangat menarik, karena dirinya benar-benar bersih tak pernah berbuat salah di trek,” ungkap di Grassi.
Meski fight cukup ketat, tapi keduanya sama-sama berperilaku sportif. Tidak ada senggolan body contact yang merupakan kerugian bagi salah satu atau bahkan kedua pembalap.
“Saya rasa, saya mampu mengatasi pertarungan dengan baik pada lomba kali ini. Saya sendiri merasa tak melakukan kesalahan sedikitpun. Pertarungan kami sangat ketat. Tapi kami juga menghormati satu sama lainnya. Bisa saja melakukan tindakan yang buruk terhadap di Grassi, demikian juga dirinya terhadap saya. Hal itu sangat mungkin dilakukan, tapi kami berdua memilih tidak. Berbagi podium untuk jadi yang terbaik,” sebut Vergne.
Menarik juga mencermati kiprah di Grassi dalam lomba. Karena pembalap pabrikan, maka yang diberikan terbilang mumpuni. Lihat saja ketika seri Meksiko beberapa waktu lalu. Dirinya mampu membabat habis kejuaraan tersebut dan menjadi yang terbaik, tanpa ada masalah teknis apapun. Bahkan di seri Uruguay ini, sudah sangat dengan podium satu.
“Ini jadi lomba yang berat untuk saya. Kami punya mobil yang cepat dan tim yang hebat. Kembali meraih podium menjadi hal yang sangat saya rindukan. Untuk meraih juara dunia Formula E, jelas saya dan tim inginkan. Tapi secara pribadi, saya lebih mencari kemenangan dalam setiap event. Menatap juara dunia bisa mudah, tapi kehilangannya juga sangat mudah. Jadi, mari konsentrasi untuk kemenangan tiap seri,” sebut di Grassi.
Putaran berikutnya akan di Roma, di Grassi, Vergne dan Buemi akan bertarung semakin ketat. Buemi sendiri saat di Uruguay tak bisa menyelesaikan lomba.
‘ kretek-kretek’? Karena hal tersebut saya rasakan jika ada jalan yang sedikit bumpy.
Sekian dulu pertanyaannya, mohon maaf jika pertanyaan saya banyak. Insya Allah OTOMOTIF akan selalu menjadi referensi utama bagi para pembacanya. Wassalam! Fahreza I.P Condet - Jakarta Timur
Wa’alaikum salam wr.wb! Betul, untuk mobil bertransmisi matik model torque converter, saat berhenti kurang dari 1-2 menit, disarankan posisi gigi tetap berada di D. Karena transmisi model ini bekerja secara hidrolis Sementara yang jenisnya CVT kayak Innova, sebaiknya posisi transmisi di N. Ini karena jika dibiarkan di D, belt berserat baja pada sistem Cvt-nya, lama kelamaan akan menggerus puli, sehingga dikhawatirkan cepat aus dan mudah slip.
Di posisi P boleh, terutama jika nantinya mobil Anda akan bergerak mundur terlebih dulu. Namun jika ritual memanaskan mesinnya tidak lama dan mobil akan langsung dikendarai dan pergerakkannya maju, sebaiknya diposisikan ke N saja. Ini untuk menghindari ada jeda gesekan antara komponen kopling, saat pindah dari P ke N lalu ke D(biasanya lewat R dulu).
Oli transmisi matik lazimnya disarankan dikuras dan ganti baru setiap 30 ribu – 40 ribu kilometer.
Selama menguji MPV Toyota ini, kami belum pernah menemui bunyi-bunyi tersebut. Coba Anda minta ke mekanik beres Toyota, untuk diperiksan bagian dasbor yang dicurigai timbul bunyibunyi tersebut. Mungkin saja ada bagian yang pengencangannya kurang kuat.
Tak sedikit jas hujan yang dilengkapi dengan tudung atau penutup kepala. Jelas tujuannya agar tidak membasahi kepala, lalu bagaimana dengan pengendara motor yang sudah menggunakan helm sebagai penutup dan pelindung kepala?
Tudung jas hujannya dipakai di dalam helmnya. Ini bisa mengurangi air masuk dari bagian kerah bisa membasahi badan. Namun ada dampak negatif yang ditimbulkan jika menggunakan tudung jas hujan di dalam helm.
“Ini bisa mengganggu kenyamanan berkendara, dan itu bisa mempengaruhi atau mengurangi konsentrasi. Sebaiknya, pilih jas hujan yang tidak ada tudungnya, atau kalau tudungnya bisa dilepas, sebaiknya dilepas saja,” ujar Jusri Pulubuhu, pendiri dan instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC).
Nah menggunakan tudung jas hujan di dalam helm juga bisa mengurangi tingkat pendengaran pada telinga. Sebab, selain tertutup dengan helm, tudung tersebut juga menutup telinga sehingga terlalu kedap. Bahaya kan kalau kita tidak mendengar peringatan dari pengendara lain atau terjadi masalah pada motor kita.