Otomotif

YANG BEBAS MEMANG LEBIH ENAK

- • Rindra

Putaran akhir Kejurnas Super Adventure Offroad TeamIndivi­dual semakin seru. Seri empat yang jadi putaran terakhir di 2018 ini berlangsun­g di Gunung Bohong, Cimahi, Jabar (89/12). Selain itu, dari ajang adventure off-road ini, kerap lahir inovasi-invoasi terbaru dari workshop peserta.

Apalagi karena bermain di tengah alam, perubahan cuaca tidak menjadi halangan peserta. Seperti di Cimahi ini, lomba digelar dalam keadaan hujan. “Memang seri terakhir ini berlangsun­g saat curah hujan sedang tinggi, dan tanah di Gunung Bohong cukup lembut. Sehingga gampang sekali hancur saat terkena air,” ucap Agung Set, perwakilan Genta Auto & Sport sebagai penyelengg­ara.

Adaptasi IFS

Karena faktor itulah, workshop dituntut lebih kreatif dalam membuat performa mobil. Kali ini, bukan saja mesin, tapi suspensi. Seperti yang dapat dilihat di lapangan, kini mulai banyak kendaraan kompetisi offroad menggunaka­n suspensi Independen­t Front Suspension (IFS).

Artinya konstruksi masing-masing sisi suspensi depan kerja secara individu. Tidak saling bergantung antara kiri dan kanan. “Memang konstruksi suspensi seperti ini sangat menguntung­kan untuk manuver,” ucap Nanang Sinjay dari tim Sukapura Adventure, Tasikmalay­a, Jabar.

Penampakan kendaraan dengan format suspensi IFS pun sudah mulai banyak. Beberapa tim sudah ada yang menggunaka­n seperti Sukapura Adventure dari Jabar, Galena Logistics dan Grage Donkas dari Jatim. Dan beberapa tunggangan peserta yang bertanding di individual.

“Melihat karakter trek adventure saat ini, handicap sudah tidak terlalu berat. Kontur tanahnya lebih cocok buat kencang. Untuk kondisi seperti ini suspensi IFS jauh lebih unggul ketimbang yang depannya masih gardan solid,” ucap Dek Ray, offroader asal Bali yang tahun ini sudah menggunaka­n suspensi IFS.

Apalagi buat peserta yang menggunaka­n mesin kapasitas ‘gaban’ seperti di kelas G4. “Buat mobil power besar, pakai IFS bikin mobil gampang dikendalik­an. Mobil lebih ‘diem’ dan presisi, jadi yakin buat main high speed,” papar Ari Stahl pemakai tubular suspensi IFS dari Jember, Jatim.

Dan terbukti, walau kondisi trek licin dan penuh dengan lubang beralur, Dek Ray dengan tubular IFS garapan bengkel Master 4x4 di Bali, dapat mencetak waktu tercepat di SS 5 tanpa kesulitan.

Sayangnya dari hasil point keseluruha­n selama empat seri berlangsun­g, peserta yang menggunaka­n suspensi IFS belum bisa mencapai podium tertinggi. Karena acap kali mengalami kendala saat bertanding.

Karena suspensi ini fully custom karya workshop anak bangsa, masih harus riset lebih jauh. “Karena sistem suspensi IFS butuh hitungan cukup rumit dalam bagian geometry suspensi dan sistem steering,” jelas Wahyu Lamban, yang akan menggunaka­n sistem ini di 2019.

Semoga tahun depan lebih seru! Selamat buat pemenang.

 ??  ?? Dek Ray (kanan) sekarang semakin lincah di trek berkat adopsi suspensi IFS
Dek Ray (kanan) sekarang semakin lincah di trek berkat adopsi suspensi IFS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia