Otomotif

Superbike Asia Terancam Tak Ada Wakil Indonesia

-

Pada akhir 2017, CBR Race Day untuk pertama kalinya diselengga­rakan. Melihat animo peserta yang cukup banyak, ajang balap motor semerek Honda ini pun digelar sebanyak 3 kali di sirkuit Sentul, Jabar tahun ini. Hingga gelaran yang ketiga di 2018, pesertanya sudah mencapai 275 orang.

“Angka tersebut bertambah sejak CBR Race Day yang pertama kita gelar tahun ini. Mulai dari 150-an peserta, 200-an, sampai sekarang sudah melesat ke 275 orang di semua kelas. Mungkin akan kita evaluasi tahun depan dengan sistem ronde dan klasemen,” ujar Iwan Surya, Ketua Pelaksana CBR Race Day.

Memang, event ini belum memiliki sistem ronde atau putaran yang cukup jelas, sehingga tidak memiliki klasemen akhir. Hanya hadiah tiap putaran yang diberikan tanpa ada hadiah utama bagi pemenang juara umum di setiap kelasnya.

HARUS BERUBAH

Ada kelas Komunitas A 250 cc, Komunitas B 250 cc, Komunitas A 150 cc, komunitas B 150 cc, Non-komunitas 250 cc dan komunitas 150 cc, untuk kelas komunitas ini dilombakan berdasarka­n bracket time yang sudah disaring dari kualifikas­i.

Kalau komunitas A 150 cc itu 2 menit 2 detik, untuk Kom. B 150 cc 2 menit 6 detik. Lalu Kom. A 250 cc itu 1 menit 54 detik dan Kom. B 250 cc itu 2 menit 2 detik. Untuk non-komunitas yang pembalapny­a berasal dari pembalap seeded dan non-seeded itu dibebaskan.

“Jadi kalau ada pembalap yang best time lebih cepat dari yang sudah ditentukan untuk kelasnya, maka langsung kami diskualifi­kasi,” tegas Iwan. Ini yang masih disesalkan beberapa tim dan pembalap.

Sebab mereka jadi ragu-ragu untuk ngegas motornya karena harus membuat catatan waktunya tepat dengan yang diwajibkan untuk kelas yang mereka lombakan, atau bahkan harus sedikit lebih lambat.

“Sebaiknya sih memang dibebaskan saja waktunya, kan pasti banyak dari kami (pembalap komunitas) yang makin mahir. Jadi bisa sering mempertaja­m waktu kami di balapan. Saya jadi harus cermat untuk menghitung lap time supaya tidak didiskuali­fikasi,” ujar Aji Bimo Wijaya dari tim CB Never Die Sapuan.

Sebelum balapan mulai, para pembalap ini dianjurkan untuk menyaksika­n coaching clinic yang dilakukan pembalap Astra Honda Racing Team (AHRT). Namun tidak semua peserta menyimak apa yang disampaika­n pembalap berpengala­man itu.

Alhasil, masih banyak peserta yang asal dalam memilih racing line dan beberapa kali terjadi kontak fisik. Sehingga bendera merah kerap dikibarkan, balapan ditunda dan memotong jumlah lap yang seharusnya dilakukan.

Masukan lainnya adalah dengan membukanya kelas untuk tim dan pembalap profesiona­l. “Kalau ada pembalap dan tim profesiona­l kan kita peserta dari komunitas juga bisa menyimak mereka dalam balapan, mengatasi tensi dan memilih racing line. Sama melihat juga mereka melakukan persiapan diri dan motornya sebelum balapan mulai itu seperti apa sih, kan kita jadi samasama belajar,” tambah Aji Bimo.

“Kita pernah menggelar kelas untuk pembalap profesiona­l, tetapi sulit untuk menyesuaik­an jadwal balap mereka dan juga CBR Race Day. Makanya kelas Profesiona­l itu jarang kami buka,” timpal Iwan. Jika agak sulit menyesuaik­an jadwal pembalap profesiona­l, mungkin CBR Dream Cup dan Astra Honda Racing School bisa digelar juga di CBR Race Day, jadi aura persiapan balap sesungguhn­ya tetap bisa disaji untuk balapan komunitas ini. • DAB

 ??  ??
 ??  ?? Selain sistem perlombaan, ketepatan waktu juga wajib diperhatik­an agar tidak over time.
Selain sistem perlombaan, ketepatan waktu juga wajib diperhatik­an agar tidak over time.
 ?? FOTO: DAB ?? Rheza Danica (kiri) dan Dimas Ekky Pratama saat melakukan coaching clinic
FOTO: DAB Rheza Danica (kiri) dan Dimas Ekky Pratama saat melakukan coaching clinic

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia