RIDING POSITION & HANDLING
Kalau duduk di pocket bike buat yang tingginya 170 cm pasti kaki akan sangat melipat, makanya footstep mesti dipindah ke belakang, beda di GP12 ini yang agak mendingan. Dengan tinggi jok 668 mm, kedua kaki enggak terlalu menekuk. Footstep- nya tinggi khas besutan balap, agar lebih percaya diri ketika melahap tikungan, juga lebih mudah knee down pastinya.
Posisi setang jepitnya hampir sejajar dengan jok, tentu membuat pundak merunduk maksimal! Posisi berkendaranya mirip GP Mono atau Moriwaki MD250 milik 43 Racing School yang pernah dicoba OTOMOTIF. Tangki bahan bakar berkapasitas 10 liternya ramping, menguatkan kesan GP Mono versi mungil.
Bobot kering motor ini ringan, hanya 85 kg. Tapi ketika masuk sirkuit, seperti GP Mono, pengendara benar-benar harus beradaptasi untuk dapat mengendalikan GP12. Terutama karena posisi duduknya yang nunduk banget.
“GP12 ini memang posisinya mirip GP Mono. Jadi urutan untuk penjenjangan balap itu mulai dari Mini GP, lanjut GP12 ini, baru GP Mono supaya riding style pembalap sudah terbiasa bawa motor tipe sport,” tambah Setiawan.
Dengan bobot yang begitu ringan, handling GP12 sangat lincah melahap tiap tikungan Sentul kecil. Namun suspensi depan standarnya untuk rider berbobot 57 kg terasa limbung, karena tendangan balik suspensinya cepat. Wah mesti dioprek nih biar lebih enak dipakai rebah. Kalau monosoknya aman, terasa stabil, apalagi dilengkapi setelan preload yang bisa disesuaikan.
Bicara grip kedua rodanya, tak perlu diragukan. Ban CST tipe slick berukuran 100/80-12 untuk depan dan 120/80-12 di belakang cengkramannya cukup menjanjikan, jarang sekali hilang traksi saat pengetesan. Begitu juga dengan remnya, yang menggunakan cakram 210 mm untuk depan dan 180 mm di belakang, punya respons pengereman yang cepat ketika handel diremas.