CAIRAN PENYELAMAT
Pada kendaraan bermotor, rem menjadi peranti penting yang berfungsi memperlambat dan menghentikan laju kendaraan, tak terkecuali pada motor. Untuk dapat bekerja, pada rem jenis hidraulis membutuhkan brake fluid atau cairan rem.
Cairan ini berfungsi untuk meneruskan tekanan dari master ke kaliper rem, sehingga piston di kaliper bisa menekan kampas yang kemudikan menjepit cakram sehingga laju bisa dikurangi. Maka OTOMOTIF akan mengulas mengenai cairan yang langsung berhubungan dengan nyawa pengendara tersebut.
GLYCOL ATAU SILICON
Dimulai dari bahan dasarnya, brake fluid terbuat dari glycol ether dan silicon. Glycol umumnya menjadi bahan dasar cairan rem berspesifikasi DOT 3, 4, dan 5.1. Sedangkan silicon untuk DOT 5.
“Glycol ramah dengan seal di sistem rem. Sedangkan silicon biasanya diperuntukkan untuk balap yang komponen remnya banyak menggunakan metal. Untuk harian silicon jarang dijual karena tidak baik untuk seal,” jelas Riadly Fasha sebagai Training & Technical Engineer Motul
Indonesia.
Keunggulan dari masing-masing material ini yaitu kemampuan menahan panas. Untuk glycol sekarang ini sudah mampu menahan suhu tinggi, sampai 345°C. Hal ini berkaitan dengan DOT. Nah, apakah DOT itu?
“Standar DOT adalah standar yang dibuat oleh Department of Transportation (DOT) di Amerika yang menjadi acuan untuk standar internasional,” ujar Peter Dionisius, Manajer Promosi PT. Autochem Industry.
DOT mengklasifikasikan cairan rem berdasarkan rating, contohnya seperti DOT 3 dan DOT 4. Masingmasing DOT memiliki kemampuan menahan suhu yang berbeda-beda. “Biasanya di botolnya akan dikasih tahu DOT 3, 4, 5 atau 5.1. DOT berdasarkan kemampuan menahan suhu,” tambah Rialdy.
DRY ATAU WET BOILING POINT
Suhu titik didih pada cairan rem dibagi lagi menjadi dua, dry boiling point dan wet boiling point. Dry point itu di mana minyak rem pertama kali dituang ke sistem rem, kondisi bukan ditambah tapi setelah cairan dikuras.
Berdasarkan berjalannya waktu, dalam selang rem ada namanya kelembapan yang akan menimbulkan air. Batas maksimum kadar air yang terkandung sebanyak 3 persen, itulah yang disebut wet point.
“Kandungan air lebih dari 3 persen, berarti minyak rem kurang optimal. Jika sudah kurang optimal ketika kena panas, maka akan timbul yang namanya penguapan. Jika sudah menguap maka dapat menyebabkan rem menjadi blong atau kempos,” jelas Rialdy.
Rialdy mencontohkan, untuk cairan rem racing Motul RBF 660, dry boiling point mencapai 325°C, sedangkan wet boiling point 204°C. Kemudian DOT 5.1 dry boiling point 270°C dan wet boiling point 185°C. Terakhir DOT 3 & 4 dry boiling point 245°C wet boiling point 158°C. Tentu masing-masing merek cairan rem lain memiliki angka titik didih yang berbeda-beda.
Untuk mengetahui tingkat kandungan air biasanya ada alat tesnya. Alat ini berguna untuk mengetahui kemampuan panas. Dari kemampuan panas itu bisa diketahui, apakah temperatur sudah di bawah wet point atau belum.
Timbulnya kadar air pada sistem rem merupakan sesuatu yang pasti. Menurut Dion, DOT 2, 3, 4, 5.1 memiliki bahan dasar glycol ether yang bersifat higroskopis atau menyerap air.
Rialdy juga menambahkan, selang rem yang terbuat dari karet identik akan terjadi kelembapan. Timbulnya kelembapan juga disebabkan oleh panas saat pengereman.
Mengganti selang rem dengan tipe braided tidak serta merta dapat menghilangkan kelembapan, karena tetap akan terjadi. Tapi dengan tipe ini dapat memperlambat kelembapan pada minyak rem.
Balik ke standar DOT, pada kendaraan harian biasanya menggunakan tipe DOT 3 atau 4. Karena paling ramah pada sil dan range suhunya terbilang pas pada penggunaan harian. Selang karet pada motor standar performanya juga lebih dari cukup. Menggunakan DOT 5.1 bisa saja, tapi biasanya sil tidak mampu menahan panasnya.
“Kebanyakan orang mengganti seal- nya juga untuk mendukung DOT 5.1 seperti mengganti selang braided,” tambah Rialdy.
Untuk perawatan, cairan rem harus rutin diganti setiap tahun agar kadar air dalam cairan rem tak lebih dari 3 persen. Pada motor sekitar setahun atau 10.000 km karena posisi resevoir di luar atau terekspos langsung dengan udara.
“Karena kalau sudah ada air sebanyak 3 persen, titik didih langsung drop menjadi 155°C untuk DOT 4 atau 140°C untuk DOT 3,” ujar Dion, sapaan akrabnya.
Masalah lain adalah piston di kaliper rem yang macet akibat air yang mengendap. Macet akibat korosi pada piston. Untuk mencegahnya rutin mengganti cairan rem.
“Kalau diganti secara rutin otomatis airnya akan turut terbuang, tapi kalau sudah bikin karat mau gak mau harus diservis kaliper remnya,” lanjut Dion.
Bagaimana sedikit tercerahkan? Performa rem yang maksimal ada di tangan Anda. •