Otomotif

TENAGA NAIK, TAPI…

-

Dendi Indratno awalnya senang oprek motor di rumah. Dari sini, ia iseng membuat velocity stack untuk Kawasaki Z250 SL. Dendi menggunaka­n bahan yang ada, alias homemade untuk membuat prototype velocity stack ( VS).

Ia membuat pakai material paralon di bagian tengah, yang digabung dengan dua buah ‘terompet’ karet yang biasa terdapat di airbox. Karena masih prototype, jadi masih kasar. Bagian tengah yang terbuat dari sambungan paralon dibuat menggembun­g ( Gbr.1). Menurut Dendi prinsip kerjanya seperti knalpot motor 2 tak yang gembung di tengahnya.

Lanjut, menurut pria yang tinggal di Depok, Jabar pada motor satu silinder, throttle body ( TB) hanya satu kali kerja dalam 4 siklus motor 4 tak. Yaitu pada langkah isap, dan selebihnya (kompresi, pembakaran, buang) tidak bekerja. Jadi udara yang masuk setelah TB tertutup akan tertahan. Gelembung tersebut berfungsi menyimpan udara atau back pressure yang dihasilkan.

Setelah melalui sederet eksperimen panjang-pendek VS yang berbeda serta trial & error, Dendi akhirnya berhasil meracik VS yang dirasanya pas untuk Z250 SL.

Saat dites di dynamomete­r Dynojet 250i milik Sportisi Motorsport, tenaga puncak sebesar 25,51 dk/9.780 rpm dan torsi 21.31 Nm/7.250 rpm. Standarnya 23,73 dk/9.390 rpm dan torsi 20,16 Nm/7.630 rpm. Ada kenaikan 1,78 dk dan 1,15 Nm.

Eiits, ada tapinya nih!  Kenaikan tersebut tidak serta merta dari penggunaan velocity stack. Dendi juga mengganti knalpot pakai milik Ninja 250 ( Gbr.2) dengan leher custom.

Bila hanya memasang VS tapi masih pakai knalpot standar, tenaganya naik tipis jadi 23,83 dk/9.500. Torsinya malah turun jadi 18,74 Nm/7.250 rpm. Kenaikan tenaga juga didapat di putaran atas, pada putaran mesin menengah (6-9 ribu) grafik tenaga di bawah standar.

Dendi menduga tenaga tertahan karena knalpot standar ada catalytic converter. Setelah knalpot diganti jadi lebih plong.

Hal ini diamini Brahmantio

Prayogo, owner Sportisi Motorsport. Menurutnya untuk penggunaan harian lebih baik ganti knalpot dahulu. Karena apabila hanya memasang velocity stack, tenaga yang didapat kurang signifikan. Memang ada kenaikan tapi di putaran atas yang notabene jarang digunakan untuk harian.

Masih menurut Bram, sapaan akrabnya, velocity stack dapat diibaratka­n sedotan. Lebih mudah mana menyedot minuman dengan sedotan kecil atau besar apabila panjangnya sama? Pasti sedotan kecil, karena kecepatan naiknya lebih cepat. Jadi panjang pendek dan diameterny­a sangat berpengaru­h. VS ini berhubunga­n dengan kecepatan masuk udara, apabila volumenya besar atau banyak tapi kecepatann­ya menurun malah tidak optimal hasilnya. •

 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia