ARCHITECT TOUCH
Dunia arsitektur kental akan desain rancang bangun sebuah bangunan. Namun, bagaimana kalau seorang arsitek mendesain motor custom? Mungkin jadinya seperti ini, paduan desain rumit nan futuristis tanpa meninggalkan sisi fungsionalitas.
Desainernya, Julian Palapa, menceritakan motor ini merupakan solusi untuk mobilitas arsitek di Jakarta. Contohnya kalau mau ketemu klien naik mobil macet, tapi kalau naik motor biasa kurang enak dilihat oleh klien. Jadi semua didesain memenuhi kebutuhan Julian sebagai seorang arsitek.
Desain ini ia ajukan ke kompetisi RE Build yang diadakan oleh Royal Enfield. Ia turut memasukkan filosofi arsitektur, yaitu Firmitas (Struktur), Utilitas (Fungsi), dan Venustas (Keindahan). Tiga hal tersebut merupakan elemen dasar desain.
Proses implementasi konsep ke motor, Julian bekerja sama dengan bengkel Garuda yang berlokasi di
Jl. Raya Bogor, Jakarta Timur, yang sebenarnya bengkel mobil.
“Mereka biasa bikin mobil reli dan balap lainnya, secara spek welder-nya oke dan ada orang struktur,”jelas Julian.
Proses dimulai dengan melucuti semua hal yang tak perlu hingga tersisa sasis dan mesin. Kemudian dibuatkan bodi baru dari material pelat galvanis. Bagian subframe baru menggunakan besi seamless 2 mm. Dibikin kotak dan dibending ke atas.
Tangki sebelumnya hanya memakai kondom. Tapi setelah berpikir panjang, akhirnya dibuat ulang agar lebih proper. Bahannya menggunakan pelat galvanis setebal 2,5 mm.
Bagian detail ada yang unik, yakni desain lampu depan.“ada yang bilang bentuknya kayak TV atau kamera televisi jadul, dan helm Stormtrooper,” ujar Julian. Lampu depan ini didesain segaris dengan bodi, menyesuaikan bentuk tangki. Kaki-kaki pun terkena upgrade signifikan, sok depan upside down copotan Kawasaki Ninja ZX-6R 636 serta swing arm Suzuki DR350. Penggantian lengan ayun karena bawaan Himalayan terlalu kecil dan panjang.
Pelek pakai aftermarket yang diberi finishing powder coating. Yang belakang ditambah cover dari pelat spandek 0,9 mm yang biasa digunakan untuk atap kanopi sebagai sentuhan arsitek. Ban pakai Shinko E-805 dengan pattern kasar, agar tetap fungsional saat ingin meninjau proyek di medan tanah.
Bodi dilabur paduan kelir silver, hitam, dan kuning. Menurut Julian, yang belum tercapai, joknya bisa naik turun menyesuaikan postur pengendaranya.
“Secara teknis di bengkel sudah ready pakai motorized-nya jok mobil, hanya belum diimplementasikan saja,” tutupnya. •