PERFORMA & HANDLING
Soal performa, kami angkat jempol untuk jagoan PT Honda Prospect Motor (HPM) ini. Mesin L15 yang juga dipakai di berbagai varian Honda, seperti Jazz, City, Freed, Mobilio dan HR-V, memang terasa sangat bertenaga.
Di atas kertas, mesin L15 BR-V paling bertenaga dibanding 2 rival barunya. Tenaga maksimum yang mampu dimuntahkannya mencapai 120 PS atau setara 118 dk di putaran 6.660. Sementara torsi puncaknya mencapai 145 Nm di 4.600 rpm.
Dengan tenaga dan torsi yang lebih besar, saat pedal gas BR-V Prestige bertransmisi otomatis CVT ini kami kick down dari kondisi diam, ia mampu melesat hingga 100 km/jam hanya dalam waktu 11,5 detik saja. Sementara untuk menempuh jarak 402 meter, ia hanya butuh 18,2 detik. Torehan tersebut paling cepat di kelasnya untuk yang sama-sama bertransmisi otomatis.
Dari putaran rendah hingga kecepatan menengah (sekitar 60 km/jam), kenaikan rpm terasa sangat responsif terhadap injakan pedal, sehingga membuat overtaking jadi mudah dan menyenangkan. Namun di atas itu, perlu sedikit berusaha dan tahan mendengarkan deruan CVT.
Sementara mengenai handling, dengan ground clearance yang 201 mm dan penyematan fitur Vehicle Stability Assist, kami rasakan cukup stabil saat diuji manuver ekstrem di tikungan parabolik. Rasanya ia pantas kalau ditempatkan di bawah BMW Gran Tourer soal handling.
Sayangnya, bantingan suspensinya kami rasakan agak sedikit keras. Namun konsekuensinya membuat mobil jadi tidak mudah limbung saat menikung pada kecepatan agak tinggi.
Meski Xpander Cross dijejali roda berdiameter 17 inci dengan profil ban 205/55R17, namun tarikannya masih terasa enteng, meski bukan yang terbaik di kelasnya. Dapur pacu berkode 4A91 yang diusungnya sama dengan Xpander biasa, berkapasitas silinder 1.500 cc, DOHC 16 katup dengan teknologi MIVEC.
Mesin ini mampu memuntahkan tenaga maksimum hingga 103 dk di 6.000 rpm dan torsi 141 Nm di 4.000 rpm. Dengan performa segitu, Xpander Cross bertransmisi otomatis 4-percepatan yang kami uji mampu mencapai kecepatan 100 km/jam dari kondisi diam dan AC hidup, dalam waktu 13 detik. Sementara untuk mencapai jarak 0-402 meter, ditempuh dalam 19,4 detik. Sementara soal handling, MPV cross andalan pabrikan berlambang tiga berlian ini kami rasakan masih cukup menyenangnya, walau bantingan suspensinya terasa sedikit lebih keras dibanding saudara, yaitu Xpander biasa.
Hal ini lantaran adanya perubahan pada suspensinya, yakni dengan melakukan penyetelan ulang pada rebound spring. Menurut pihak Mitsubishi, suspensi Xpander Cross disetting sedikit lebih keras bertujuan agar mobil tidak mudah limbung saat diajak bermanuver. Maklum, itu imbas dari ground clearance yang dibikin tinggi, yakni mencapai 225 mm.
Nah, kelebihan dari ground clearance yang dibikin tinggi tersebut itu membuat kami pede saat melintasi genangan air yang tinggi, seperti saat banjir yang melanda Ibu Kota Jakarta pada awal tahun ini.
MPV cross andalan Suzuki ini juga menggunakan mesin yang sama dengan saudaranya, All New Ertiga, yakni K15B. Mesin ini punya tenaga maksimum 104,7 PS (103,2 dk) pada 6.000 rpm, dan torsi puncak 138 Nm di 4.400 rpm.
Meski tenaganya tidak sebesar BR-V dan torsinya paling kecil kelasnya, namun kami rasakan entakan tenaganya dari putaran bawah sampai atas tenrus ‘ngisi’. Dan anehnya, meski torsi paling kecil, tingkat efisiensi bahan bakarnya luar biasa. Mungkin karena racikan rasio transmisinya pas, membuat mobil ini begitu irit dipakai dalam berbagai kondisi (lihat boks Data Tes).
O iya, dari hasil pengukuran akselerasi menggunakan Racelogic, untuk mencapai kecepatan 100 km/jam dari kondisi diam, XL 7 tipe Alpha bertransmisi otomatis 4-percepatan yang kami tes, mampu menyelesaikannya hanya dalam waktu 12,7 detik. Sementara untuk menempuh jarak 402 meter dari kondisi diam, mampu dituntaskan dalam waktu 19 detik bersih.
Nah, bicara soal handling, mungkin ini salah satu keuntungan dari ground clearance yang tidak terlalu tinggi, yakni hanya 200 mm. Pertama, settingan suspensi tetap bisa dibikin nyaman. Saat kami jajal melibas jalan keriting, marka kejut, hingga jalur semi off-road, bila dibanding rival-rivalnya, ia yang paling nyaman batingannya.
Meski begitu, soal kestabilan saat dipakai untuk manuver-manuver berat, XL7 bisa diandalkan. Sepertinya para insinyur Suzuki tetap fokus menjaga hal ini. Penyematan fitur Electronic Stability Program (ESP) yang dulu sempat ditiadakan di All New Ertiga, rasanya memang lebih pas diterapkan di MPV cross-nya ini.
Saat kami jajal menikung dalam kecepatan cukup tinggi, yaitu sekitar 80 km/jam di tikungan parabolik, kami sama sekali tidak merasakan ada gejala limbung, maupun oversteer atau understeer.
Radius putarnya yang kecil, yakni hanya 5,1 meter, juga terasa sangat membantu ketika harus parkir atau putar balik di area atau jalan yang sempit. Apalagi putaran setir juga cukup ringan di kecepatan rendah, sehingga membuat tangan tidak mudah pegal.