PORPOISING BIKIN PUSING
Era baru mobil F1 digelar tahun ini dengan bentuk aerodinamika yang jauh berbeda dibandingkan tahun lalu, serta ukuran roda yang lebih besar, ring 18 inci. Membuat tes pramusim berperan penting untuk menunjukkan hasil bentuk baru mobil F1 ini.
Khususnya aerodinamika yang dinilai berperan penting dalam laju dan kecepatan mobil F1 tahun ini.
Hanya saja ada momok yang jadi beban pikiran setiap insinyur F1 di semua tim, yaitu porpoising.
Ini adalah gerakan naik turun dari mobil F1 karena masalah aerodinamika. Penyebabnya adalah aliran angin yang tidak bisa menahan laju mobil dari atas dan stabil di bawah. Aliran udara ada di atas dan di bawah membuat mobil berpantul di kecepatan tinggi. Apakah berbahaya? Jelas.
Menyebabkan laju mobil F1 tak terkendali, serta mengganggu visibilitas pembalap yang juga membuat mereka menjadi pusing karena gerakan memantul itu. Tim-tim yang mengalami masalah ini adalah Mercedes AMG Petronas, Aston Martin F1 Team, Williams Racing, dan Scuderia Alphatauri.
Alfa Romeo Orlen, Mclaren Racing, dan Alpine F1 Team sedikit mengalami porpoising, tetapi tidak parah. Tim yang benar-benar bisa mengatasi masalah ini adalah Scuderia Ferrari F1 Team, Red Bull Racing Oracle, dan HAAS F1 Team.
“Kami mengulik banyak pilihan dan mencoba mengobati pantulannya. Kami punya arah untuk bisa memperbaikinya tapi sulit menemukan keseimbangan antara pantulan dan performanya yang menjadi tantangan utama,” ungkap Andrew Shovlin, Direktur Trackside Mercedes AMG Petronas.
“Kami punya pekerjaan banyak tapi soal ketahanan mobil sudah cukup bagus setelah dipakai jarak jauh dan menjalankan seluruh program kami,” jelasnya. Mercedes pun tampil biasa saja sepanjang tes pramusim.
Ada beberapa pihak yang menilai Mercedes sedang sandbagging alias sengaja tak mengeluarkan kecepatan sebenarnya. Padahal W13 sudah memangkas sidepod untuk membawa aliran angin lebih deras di atas dan menekan mobil ke bawah saat melaju di kecepatan tinggi.
TAK DIDUGA
Saat ‘ The Silver Arrow’ bermasalah, maka sudah hal biasa jika Red Bull Racing yang amankan peringkat pertama atau dominasi tiga besar. Menjadi tidak bisa jika
Scuderia Ferrari yang tercepat, bahkan HAAS F1 Team yang notabene tim papan bawah tahun lalu.
“Jika memang ini saatnya kami bangkit, kami memang sangat serius dalam membangun mobil ini yang sudah kami lakukan sejak akhir 2020. Masalah ini sudah kami perhitungkan dan kami pelajari untuk mengatasinya. Sekarang kami harap ini bisa konsisten sampai seri pertama pekan depan,” urai Mattia Binotto, Pimpinan Scuderia Ferrari F1 Team.
Pun riset panjang dilakukan HAAS F1 Team yang memang rela tidak meriset mobil 2021. Gelontoran dana besar dari perusahaan Rusia untuk meriset mobil 2022 berjalan baik dan hasilnya, Mick Schumacher konsisten di 1 menit 31 detik pada tes pramusim, hanya tertinggal 0,5 detik dari Max Verstappen.
Tak heran kalau seri pembuka F1 Bahrain di sirkuit Sakhir (18- 20/3) mendatang diprediksi masih didominasi Max Verstappen dan rekan setimnya, Sergio Perez. Pembalap Scuderia Ferrari F1 Team dan HAAS F1 Team benar-benar akan menjadi kuda hitam untuk di lima besar. •