POTENSI GANGGU KINERJA EKSPOR
Selain mengganggu pasokan domestik, potensi kelangkaan palladium bisa merembet pada terganggunya kinerja ekspor mobil dan motor dari Indonesia. Merujuk data Kementerian Perindustrian, pangsa pasar ekspor produk otomotif Indonesia telah menembus lebih dari 80 negara.
Kinerja ekspor 2021 tercatat sebanyak 294 ribu unit kendaraan CBU dengan nilai sebesar Rp52,90 triliun, 91 ribu set CKD dengan nilai sebesar Rp1,31 triliun, dan 85 juta pieces komponen dengan nilai sebesar Rp29,13 triliun.
“Kami menargetkan pada 2025 ekspor kendaraan roda 4 di Indonesia bisa setiap tahunnya mencatat angka 1 juta,” sebut Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian.
Tentu gangguan terhadap ekspor kendaraan bikinan Indonesia, sangat merugikan rantai pasok industri otomotif nasional. Bicara data lagi, kinerja ekspor Januari 2022 adalah 24 ribu unit kendaraan CBU dengan nilai sebesar Rp4,7 triliun, 6 ribu set CKD dengan nilai sebesar Rp0,137 triliun, dan 6 juta pieces komponen dengan nilai sebesar Rp2,68 triliun.
Industri otomotif nasional saat ini terdiri dari 21 perusahaan industri kendaraan bermotor roda 4 atau lebih, dengan kapasitas produksi sebesar 2,35 juta unit per tahun. Penyerapan tenaga kerja baik direct maupun indirect sekitar 1,6 juta tenaga kerja.
Selain itu, melibatkan rantai nilai industri yang cukup panjang. “Backward linkage dan forward linkage yang panjang dan yang menjadi kebanggaan adalah telah melibatkan banyak industri kecil dan menengah di Indonesia, khususnya IKM di bidang komponen,” imbuh Menperin Agus, dalam gelaran Seremoni Ekspor All New Honda BR-V (16/3).
Masih menurutnya, nilai investasi di sektor otomotif nasional di 2021 tercatat sebesar Rp22,5 triliun, atau naik sebesar 220 persen dari nilai investasi di tahun 2020. Wah, luar biasa peran industri otomotif terhadap perekonomian nasional, terlebih dimasa pandemi Covid-19, yang mampu menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi.