Otomotif

BESAR TANGGUNGAN SUBSIDI

- Harryt

Melonjakny­a harga minyak mentah dunia sebagai dampak dari konflik Rusia– Ukraina, pemerintah masih menanggung subsidi yang cukup besar. Hal ini disampaika­n Pertamina, guna menjaga daya beli masyarakat agar perekonomi­an tetap tumbuh.

Melalui keterangan tertulisny­a (11/04), pemerintah telah memutuskan terus membantu masyarakat dengan menetapkan Pertalite sebagai Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP), agar harganya tetap terjangkau di Rp7.650 per liter.

Begitu juga dengan Biosolar harganya disubsidi pemerintah sehingga tetap Rp5.150 per liter. Meski Pertamina telah menyesuaik­an harga Pertamax, namun ditegaskan harganya masih jauh di bawah harga keekonomia­nnya yang sekitar Rp16.000.

Langkah tersebut merupakan kontribusi nyata untuk menjaga daya beli masyarakat dengan penyesuaia­n harga Pertamax menjadi Rp12.500 per liter. Artinya Pertamina masih menanggung selisih harga jual Pertamax sebesar Rp3.500 per liter.

“Pertamina menyadari, di tengah kondisi global saat ini, tetap harus menjadi katalisato­r dalam mendorong pertumbuha­n ekonomi nasional. Salah satunya dengan menjaga keseimbang­an antara daya beli masyarakat dan memastikan kemampuan keuangan perusahaan dalam rangka menjamin suplai BBM kepada seluruh masyarakat sampai ke pelosok negeri,” tulis Pertamina, yang didistribu­sikan oleh Fajriyah Usman, Vice President Corporate Communicat­ions PT Pertamina (Persero).

Besaran penyesuaia­n harga Pertamax yang dilakukan Pertamina patut diapresias­i dan dinilai banyak pihak telah mempertimb­angkan masyarakat karena masih jauh dari nilai keekonomia­n. Secara historis, selama ini pun harga BBM Pertamina selalu kompetitif atau selalu lebih rendah dibanding SPBU lain yang beroperasi di Indonesia.

Bandingkan ketika harga Pertamax (RON 92) dilakukan penyesuaia­n, maka harga BBM sejenis yang dijual SPBU lain harganya jauh di atas Pertamina, bahkan sampai lebih dari Rp16.000 per liter.

Perbedaan harga juga terlihat untuk BBM Non Subsidi jenis Pertamax Turbo (RON 98). Harga di SPBU Pertamina Rp14.500 per liter sementara SPBU lainnya ada yang menjual dengan harga Rp18.040 per liter.

Sementara itu, banyak faktor yang mendorong Pertamina harus menyesuaik­an harga BBM Non Subsidi. Pertama, harga BBM dan LPG di seluruh dunia naik karena peningkata­n aktivitas masyarakat dan peningkata­n situasi geopolitik Rusia-ukraina yang menyebabka­n berkurangn­ya supply minyak mentah dunia.

Kedua, Pertamax dan Pertamax Turbo merupakan BBM Non Subsidi, yang selama ini volume penjualann­ya hanya sebesar 14% dari total volume penjualan seluruh jenis BBM Pertamina.

“Yang membeli juga sebagian besar adalah masyarakat mampu yang menggunaka­n kendaraan mewah. Sebelum pandemi, harga Pertamax Series ini mengikuti harga pasar. Sehingga seiring pulihnya perekonomi­an nasional, Pertamina melakukan penyesuaia­n,” imbuh Fajriyah.

Lebih lanjut, secara global, harga BBM dan LPG di Indonesia termasuk yang termurah di dunia karena disubsidi pemerintah. Selain LPG 3 kg, harga Biosolar dan Pertalite pun dijaga stabil, tidak ada kenaikan.

Upaya tersebut mendukung upaya stabilitas perekonomi­an nasional dan menghindar­i terjadinya kenaikan harga logistik, baik di angkutan barang maupun orang.

Mengingat dua jenis produk tersebut merupakan BBM yang paling banyak dikonsumsi masyarakat, yaitu sebesar 83% dari total penjualan seluruh BBM retail Pertamina.

“Baik Biosolar maupun Pertalite merupakan jenis BBM yang mendapatka­n dukungan dari pemerintah dalam bentuk subsidi atau kompensasi, sehingga harganya tetap,” jelas Fajriyah.

Sebagai catatan, setiap liter Biosolar yang dibeli masyarakat, pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp7.800. Nilai subsidi ini 150% atau 1,5 kali lebih tinggi dari harga yang dijual ke masyarakat sebesar Rp5.150.

Sedangkan setiap liter Pertalite yang dibeli masyarakat, pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp4.0004.500 per liter. Nilai subsidi ini juga lebih dari 50% atau setengah dari harga jual ke masyarakat yang sebesar Rp7.650.

PERBANDING­AN SUBSIDI

Jika dibandingk­an harga rata-rata BBM di Asia, harga di Indonesia masih yang terendah. Harga rata-rata BBM tertinggi di Singapura Rp30.208 per liter, disusul Laos Rp24.767 per liter.

Sementara di Filipina Rp20.828 per liter, Kamboja Rp20.521 per liter, Thailand Rp19.767 per liter, Vietnam Rp18.647 per liter, dan Indonesia rata-rata Rp16.500 per liter.

Di bawah Indonesia memang ada Malaysia yang harga Bbm-nya relatif lebih rendah karena adanya perbedaan nilai subsidi. Sedangkan apabila menelisik harga BBM di negara-negara maju, sudah jauh lebih tinggi lagi.

Harga tertinggi adalah Hong Kong Rp36.176 per liter, Finlandia Rp34.741 per liter, Jerman Rp34.454 per liter, Italia Rp34.510 per liter, Norwegia Rp33.162 per liter.

Kemudian di Belanda Rp33.018 per liter, Yunani Rp32.733 per liter dan Portugal Rp31.728 per liter. Harga tersebut berdasarka­n kurs Rp 14.357 per dollar Amerika.

 ?? FOTO: ISTIMEWA ??
FOTO: ISTIMEWA
 ?? ?? Selisih subsidi BBM Pertamax Rp 3.500 masih ditanggung Pemerintah. Untuk BBM Pertalite dan Biosolar disubsidi penuh Pemerintah sebagai JBKP
Selisih subsidi BBM Pertamax Rp 3.500 masih ditanggung Pemerintah. Untuk BBM Pertalite dan Biosolar disubsidi penuh Pemerintah sebagai JBKP

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia