DUCATI HARUS INSTROPEKSI
Keperkasaan para pembalap yang menggunakan Ducati memang harus diakui saat Motogp Amerika Serikat (8- 10/4). Lima pembalap mendominasi lima terdepan starting grid sirkuit Austin.
Bahkan hal itu sudah ditunjukkan sepanjang sesi latihan bebas. Namun ada yang perlu dicermati dari dominasi Ducati yang rapuh ini.
Pasalnya empat dari lima pembalap itu menggunakan Ducati Desmosedici GP22 dan semuanya kedodoran. Hanya Enea Bastianini yang menggunakan versi GP21 dan berhasil selesaikan balap sebagai pemenang.
Tak heran kalau kemenangan pembalap
Gresini Racing
Ducati itu seperti mempecundangi para pembalap tim pabrikan. Juga dari empat seri berlalu, hanya Bastianini yang menyumbangkan kemenangan bagi pabrikan asal Bologna, Italia itu.
Direktur Teknik Ducati Corse, Gigi Dall’igna pun mencermati apa yang menjadi kekurangan Desmosedici GP22 saat balapan. Mereka kerap fluktuatif, bahkan kalah dari pembalap yang menggunakan GP21 baik itu Enea Bastianini atau pembalap Mooney VR46 Racing Team, Luca Marini. “Motor baru kami (GP22) tidak berubah jauh dibandingkan versi lamanya (GP21), tetapi ada masalah kecepatan yang tidak stabil saat suhu mesin mulai tinggi. Juga berdampak pada kinerja ban yang membuat ban pembalap GP22 cepat habis,” urai Dall’igna.
SOSOK PENGUASA
“Kami harus mengevaluasi dan membawa ini untuk dipelajari lebih lanjut,” lanjutnya. Bahkan duo Pramac Racing, Johann Zarco dan Jorge Martin dengan mudah dilewati Marc Marquez.
Padahal pembalap Repsol Honda Team itu melakukan kesalahan di awal lomba dengan menekan tombol pit limiter, sehingga saat start kecepatannya tertahan di 60 km/jam dan membuatnya berada di posisi paling belakang.
Bukan ‘King Of Austin’ namanya kalau Marc menyerah. Dari posisi 24, ia sudah berada di posisi 16 di lap kedua. Satu per satu dilalui pembalap 29 tahun itu.
Hingga akhirnya Marc finish di posisi enam dan mendulang sembilan angka. Cukup baik bagi pembalap yang absen dua balapan, melakukan kesalahan dan mendahului 18 pembalap di depannya.
Bisa dipastikan Marc akan mempertahankan kemenangan jika ia tetap start di posisi sembilan dan berduel dengan para pembalap Ducati. Namun ia harus mengambil sisi positif kalau diplopia atau pengelihatan gandanya kini tak mengganggu performanya di balapan yang sengit.
“Kesal, tapi juga senang. Karena usai kualifikasi yang buruk, saya punya kecepatan yang baik untuk menang, seharusnya saya membawa pulang 25 point dan mempertahankan kemenangan tahun lalu,” kata Marc Marquez.
“Namun itu yang harus dibayar karena saya memperbaiki beberapa posisi sepanjang balap dan mendahului banyak pembalap. Setidaknya saya tahu motor makin kompetitif dan kondisi fisik saya sudah cukup baik untuk melanjutkan kemenangan di sisa musim,” imbuh ‘The Spanish Rodeo’ julukannya.
Apresiasi juga patut diberikan kepada Alex Rins. Pembalap senior di Team Suzuki Ecstar itu meraih podium kedua usai konsistensinya berhasil mengacak-acak dominasi Ducati sejak awal.
Podium keduanya juga menegaskan kalau dia pernah menang di Austin 2019 silam, juga menjadi podium ke-500 dalam keikut sertaan Suzuki di kancah Grand Prix. Jelas meski podium kedua, ini adalah yang pertama bagi Alex Rins musim ini.
“Saya tidak menduga podium sedari awal, hanya fokus finish dan tetap dapat point. Saat melihat para Ducati tercecer, saya manfaatkan momen untuk mendapatkan posisi yang lebih baik. Lalu di dua lap terakhir, saya upayakan untuk posisi kedua dan sayangnya Bastianini sudah jauh. Podium ke- 500 bagi Suzuki, terasa spesial karena Austin tak mudah bagi kami,” papar Rins.
Ronde kelima mendatang di Portimao, Portugal (22-24/4). Zona Eropa yang ditunggu banyak pembalap karena persaingan akan jauh lebih ketat di sana. •