SIAP SAINGI THAILAND
Dukungan pemerintah dengan memberikan subsidi pembelian kendaraan listrik, sebagai bentuk dukungan terhadap industri otomotif agar bisa bersaing dengan negara lain. Salah satunya Thailand, yang sejak lama telah menjadi rival industri otomotif nasional.
“Tadi sudah disampaikan manfaat luar biasa besar apabila percepatan ini, (menjadi) momentum baik kita kejar-kejaran dengan negara lain, salah satunya Thailand. Presiden bilang kalau bisa kasih lebih dari Thailand untuk kejar investasi produsen EV (Electric Vehicle) masuk Indonesia,” tegas Menperin Agus, di Gedung Kemenko Marves, Jakarta (6/3).
Masih menurutnya, melalui prasyarat TKDN minimal 40%, diharapkan mampu menarik investasi asing untuk berproduksi di dalam negeri. Alhasil, selain berdampak menguatkan struktur industri otomotif nasional, pemerintah juga meyakini kebijakan ini mampu mengurangi subsidi bahan bakar yang selama ini masih impor.
“Banyak produsen EV diajak masuk Indonesia. Kami percaya mereka makin tertarik karena dasarnya bantuan ini, prinsipnya dia paling enggak punya fasilitas produksi di Indonesia, dan kami tingkatkan sampai ke TKDN,” urainya melanjutkan.
Dalam kesempatan yang sama, Menko Marvest Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan, pengembangan kendaraan listrik di Indonesia harus didukung. Melalui insentif, Indonesia bisa mencapai target ambisius melalui program percepatan KBLBB.
Masih menurut Luhut, pihaknya belajar dari keberhasilan Norwegia. Yakni sebagai negara pelopor KBLBB dengan penjualan kendaraan listrik per kapita tertinggi. Keberhasilan tersebut terwujud berkat dukungan pemerintah.
“KBLBB didorong untuk efisiensi peningkatan ketahanan energi. Serta, terwujudnya kualitas udara bersih, ramah lingkungan, serta terpenting mengurangi ketergantungan impor BBM. Dan ini sesuai dengan komitmen Indonesia mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK),” papar Menko Luhut.
Lebih lanjut, Indonesia juga diuntungkan dengan berlimpahnya bahan baku industri kendaraan listrik. Membuat pengembangan kendaraan listrik di Indonesia bisa terus berkelanjutan, sehingga mendorong terciptanya ekosistem dari hulu hingga hilir.
“Hilirisasi kita akan lebih lengkap jika tercipta kendaraan listrik yang menggunakan hasil hilirisasi industri critical minerals dan industri baterai yang saat ini kita bangun. Ini akan menciptakan tenaga kerja, teknologi baru, inovasi lain, dan juga akan meningkatkan pendapatan negara,” tuturnya menegaskan.
Oleh karenanya, menurut Luhut, pemerintah memandang percepatan adopsi kendaraan listrik dinilai sangat krusial untuk digenjot. Maka dari itu, selain dukungan regulasi nonfiskal, pemerintah juga perlu memberikan dukungan fiskal melalui insentif. “Bantuan pemerintah. Agar Indonesia menjadi tempat yang menarik bagi produsen KBLBB,” tegasnya lagi.