JANGAN JADI ANAK TIRI DONG!
Kompetisi Motoprix menjadi kancah pembibitan yang cukup serius selama bertahun-tahun. Bahkan berjalan beriringan di era Indoprix sebagai kasta tertinggi kancah balap underbone di masanya.
Namun kini Motoprix justru menjadi anak tiri kala Kejurnas Oneprix lebih diutamakan. Baik itu dari segi jadwal, pemilihan pembalap dan juga lokasi balapan.
Tahun 2023 saja, Motoprix yang masih menjalani sistem regional berdasarkan pulau, nyaris tidak terselenggara. Khususnya untuk Region B atau Pulau Jawa.
Karena tiga ronde Motoprix Jawa seakan seperti dipaksakan untuk sekadar syarat. Juga jadwal grand final Motoprix yang mendadak, bersamaan dengan jadwal ARRC.
“Padahal bentrok jadwal Kejurnas dan balap Asia itu seharusnya tidak terjadi,” kata Rey Ratukore, Pimpinan Tim Yamaha Yamalube Carglos RRS.
Alasannya, kata Rey, “Karena balap Asia seperti ARRC dan ATC sudah publikasi jadwal sebelum awal tahun, jadi jadwal balap nasional termasuk Motoprix bisa mengacu. Pembalap yang ikut Motoprix juga bisa tidak harus absen karena bentrok (balap) Asia,” lanjutnya.
Tentu saja hal ini disesalkan tim-tim lain yang fokus di Motoprix, tetapi sempat kehilangan gelar juara karena pembalapnya harus mendahulukan balap Asia.
Seperti kasus Honda BKJU kala pembalapnya, Reykat Yusuf Fadillah berkesempatan besar juara nasional kelas Rookie, tetapi harus absen di ronde penentu karena mendahulukan ATC (Asia Talent Cup).
“Jadwal ATC dan ARRC sudah terlihat, jadwal Kejurnas Sport (Mandalika Racing Series) juga sudah didahulukan. Jadi harusnya balap-balap nasional bisa mengacu ke sana, supaya tidak ada yang bentrok. Motoprix juga harusnya didahulukan karena ini balapan resmi untuk pembibitan,” tutur Dedy Mulyana, Pemilik Tim Honda BKJU.
REGULASI BARU
Selain jadwal yang harus diperhatikan lainnya adalah regulasi untuk Motoprix dan Oneprix. Baik itu regulasi teknis, pembatasan usia dan pengalaman. Seperti pembalap yang sudah berkompetisi di level Asia, seharusnya ia berkompetisi di level yang lebih tinggi melebihi usianya.
Misalnya, pembalap tersebut sudah berlomba di ATC tetapi usia masih di bawah 16 tahun dan balapan di kelas Rookie. Karena pengalamannya sudah lebih tinggi dibandingkan mayoritas rivalnya, maka ia harus naik ke kelas Novice yang memang lebih banyak pembalap berpengalamannya.
Lalu regulasi teknis baru yang akan diterapkan di Motoprix dan Oneprix adalah one make ECU atau ECU satu merek untuk semua kelas.
Pada tahun ini, OM ECU ini sudah dilakukan pada kelas Beginner dengan ECU BRT Juken. Nantinya ECU ini akan wajib digunakan di semua kelas yang selama ini mayoritas sudah pakai aracer. Tanggapannya?
“Pasti akan banyak berubah karena aracer itu kan sudah digunakan sampai ke Asia (ARRC, red). Jadi kita yang balapan di Kejurnas, sudah punya data kalau balap sebagai wildcard di ARRC, tapi kalau Ecu-nya beda, pasti akan sulit lagi cari datanya,” kata Akbar Abud, pembalap tim Kawahara Djava Racetech Sixty Racing.
Kini yang sedang menunggu ketok palu adalah regulasi mesin yang akan berubah drastis. Kelas Expert dan Novice akan menggunakan spesifikasi kelas Novice, yang membedakan adalah usia dan pengalaman pembalapnya saja.
Pun dengan kelas Rookie dan Beginner yang akan menggunakan regulasi mesin Beginner yang merupakan mesin standar, juga hanya usia pembalap yang membedakan. Nah menarik nih.