JANGAN TERLALU DRASTIS
Modifikasi yang mengarah pada performa di skutik, seringkali bersentuhan dengan mengganti roller CVT (Gbr.1). Umumnya dengan yang bobotnya lebih ringan, biasanya agar akselerasi lebih cepat.
Tapi ternyata, hal tersebut juga memiliki efek buruk. Apa sih efeknya?
Misalnya roller CVT skutik bawaan motor mempunyai bobot 15 gram, kemudian diganti jadi 9 gram. “Penggantian roller yang terlalu ringan (Gbr.2) akan membuat tarikan motor pada rpm tinggi jadi lebih berat,” ucap Krisna Marlie Kiantoro, pemilik brand Spectro, merek part upgrade CVT.
Saat akselerasi atau rpm rendah hingga menengah, memang tarikan motor terasa lebih enteng. “Namun ketika mencapai kecepatan 70 sampai 80 km/jam kenaikan kecepatannya jadi lebih lambat, atau susah kalau pakai roller terlalu enteng,” jelas Krisna.
Hal tersebut tentunya karena dengan bobot roller ringan, gaya sentrifugal yang dihasilkan lebih kecil dibanding saat pakai roller yang lebih berat, sehingga puli depan (Gbr.3) terbukanya sulit sampai maksimal.
Jadi, pemakaian roller terlalu enteng dapat memotong top speed motor. “Kemudian lontaran atau gerak roller yang terlalu ringan jadi lebih cepat,” ungkap Krisna.
“Efeknya suara CVT jadi semakin kasar karena rpm cepat tinggi atau lebih cenderung untuk menggerung,” tambahnya. Krisna berpesan untuk menghindari pemakaian roller CVT skutik yang terlalu ringan.
“Jika ingin cari akselerasi yang lebih enteng, cukup pakai roller yang lebih enteng 2,5 sampai 3 gram (Gbr.4) lebih enteng saja selisihnya dari roller bawaan,” tutupnya saat ditemui di Jl. Pondok Duta Raya No.16, Cimanggis, Depok, Jawa Barat.
Selain itu, dengan putaran mesin yang terlalu mudah teriak, tentunya juga bisa berefek pada konsumsi bensinnya, yang cenderung akan lebih boros. Makanya jangan heran roller standar skutik Honda yang konsumsi bensinnya irit, rata-rata bobot rollernya relatif berat (Gbr.5) biar mesin tak mudah teriak.
Nah, sekarang sudah paham kan? • Isal