Otomotif

EKSPLORASI SULAWESI

- •

Pemilik Mercedes-benz G-class yang tergabung dalam komunitas Mercedes Jip Indonesia (MJI) baru saja menggelar kegiatan Tour de Celebes 2023. Ini merupakan agenda rutin tahunan klub yang telah berusia 21 tahun tersebut.

Berlangsun­g sejak Kamis (7/12) hingga Jumat (15/12), long touring ini diikuti oleh 23 Mercedes-benz G-class dari berbagai tipe.

Perjalanan dimulai dari Makassar menuju Tana Toraja. Selama perjalanan itu seluruh peserta diajak untuk mengunjung­i tempat-tempat wisata, seperti Buntu Burake (Patung Yesus Tertinggi di Dunia), Perkampung­an Lolai (Negeri di Atas Awan), dan Kete Kesu yang dikenal sebagai salah satu desa tertua di Tana Toraja yang sudah berusia lebih dari 400 tahun.

Kegiatan ini juga diisi oleh beberapa aktivitas seperti off-road dan bakti sosial (baksos). Tahun ini, MJI memberikan berbagai bahan pokok makanan, bahan bangunan untuk masjid hingga Al-qur’an untuk daerah Malino dan Kete Kesu.

Cokorda Putra Adnyana, Presiden MJI mengatakan, ini merupakan long touring MJI yang ke-10 sejak pertama kali digelar tahun di 2014.

“Sebenarnya MJI ini memiliki agenda yang sangat padat. Karena tidak hanya long touring, karena dalam satu tahun kita juga ada kegiatan turing baksos, dan dua kali setahun kita juga menggelar kegiatan camping,” kata pria yang akrab disapa Cok Nana ini.

Kegiatan touring kali ini bisa dikatakan yang paling berat dibanding sebelumnya. Karena pertama kalinya menjelajah Sulawesi Selatan dan sejak memulai perjalanan semua sudah disuguhi guyuran hujan deras.

“Namun, bagi kami semua, itu merupakan salah satu cerita dari setiap kegiatan turing. Sehingga dengan euforia ‘MJI Tour de Celebes 2023’ yang sudah terbangun sejak dua minggu sebelumnya, semua halangan dan beberapa rintangan bisa kita lewati dengan baik,” kata Cok Nana.

Sementara Doddy Kolopaking, salah satu member baru MJI, mengungkap­kan bahwa awal mula tertarik gabung dengan MJI ini karena melihat dari beberapa unggahan medsos dan liputan kegiatan komunitas.

“Dan ternyata benar, setelah saya resmi bergabung, MJI ini merupakan klub otomotif yang sangat terorganis­ir dengan sangat baik. Dan penerimaan seluruh member begitu hangat,” kata Doddy. • RSP

Balap motor bebek atau underbone masih menjadi akar pembibitan pembalap muda di Indonesia. Banyak pembalap Indonesia yang sekarang berkiprah di balap dunia, pasti pernah punya riwayat kompetitif saat masih di Kejurnas underbone.

Seperti Galang Hendra Pratama, Veda Ega Pratama, Aldi Satya Mahendra, Mario Aji, dan Fadillah Arbi yang sepanjang 2023 mengharumk­an nama Indonesia di balap dunia. Mereka tidak fokus di kelas tertinggi atau expert saat masih usia belia, hanya di kelas pembibitan.

Modifikasi yang dilakukan pada underbone non-seeded atau sekarang dikenal dengan kelas Rookie dan Beginner memang tidak serumit kelas utama, Expert. Meski mesinnya cenderung standar, ternyata biaya modifikasi­nya cukup mahal loh.

“Kalau ditotal keseluruha­n untuk jadi satu motor utuh itu sekitar Rp 80 juta untuk kelas

Beginner atau Rookie. Itu sudah termasuk mesin, perangkat pengereman, data logger, ECU, kaki-kaki, pelek dan ban, sampai bodi balap,” tutur Rey Ratukore, Pembalap dan Pemilik Tim Yamaha Yamalube Cargloss RRS.

Itu belum termasuk mesin cadangan yang butuh biaya sekitar Rp 50 juta dari beli mesin utuh dan sudah dimodifika­si komponenny­a. Tak pelak, biaya untuk satu motor balap kelas Rookie dan Beginner butuh Rp 120-150 juta.

BRAND LOKAL

Semuanya tergantung dari merek-merek perangkat yang digunakan. Kalau menggunaka­n brand lokal atau level Asia, maka bisa lebih murah dibandingk­an merek Eropa. Seperti misalnya pengereman yang ramai digunakan adalah merek asal Malaysia, RCB.

Namun tak sedikit juga yang menggunaka­n Brembo, harganya bisa empat kali lipat lebih mahal. “Kalau untuk kelas Beginner dan Rookie, itu paling mahal di suspensi karena pembalapny­a masih kecilkecil,” tutur Rudi Hadinanta, Manajer Tim ART Jogjakarta.

“Mereka bisa jadi makin tinggi, walaupun balapan cuma jeda satu bulan, tapi tinggi badan berbeda, maa setting suspensi juga berbeda. Jadi selalu kita evaluasi, juga di sisi kebutuhan karakter sirkuit. Bisa pakai aftermarke­t, bisa pakai yang standar, tapi sudah dimodifika­si yang sesuai regulasi,” lanjutnya.

Suspensi belakang biasanya aftermarke­t, seperti Ohlins, RCB, dan KYB. Namun untuk suspensi depan biasanya pakai bawaan pabrik yang sudah dimodifika­si ukuran dan kekuatan pernya. Perangkat lain yang harganya bisa ditekan adalah ECU yang di tahun 2022 menggunaka­n BRT Juken.

Untuk harganya, lebih murah dibandingk­an aracer yang banyak digunakan sebelum regulasi one make ECU diberlakuk­an.

Pun dengan pelek yang lebih murah karena menggunaka­n brand Asia, seperti Rafido, VND, dan RCB. Tidak ada lagi pelek mahal nan ringan seperti OZ Racing di Motoprix era 2015-2016.

Total perkiraan Rp 150 juta untuk satu motor belum lagi biaya maintenanc­e untuk setiap seri. Seperti mengganti kampas rem, oli, tiga set ban, kampas kopling dan gir set. Wah banyak ya.

 ?? ISTIMEWA ??
ISTIMEWA
 ?? FOTO: DAB ??
FOTO: DAB
 ?? ?? kaki-kaki adalah yang terpenting untuk motor spek Beginner dan Rookie
Pakai ECU BRT Juken bisa lebih menekan biaya yang dari regulasi mempermuda­h kelas pembibitan.
kaki-kaki adalah yang terpenting untuk motor spek Beginner dan Rookie Pakai ECU BRT Juken bisa lebih menekan biaya yang dari regulasi mempermuda­h kelas pembibitan.
 ?? ?? Setup
Setup

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia