Otomotif

JARAK TEMPUH, BIAYA OPERASIONA­L

-

Dalam pengetesan kami juga mengukur jarak tempuh terjauh EM1 e: dengan masing-masing Riding Mode, STD dan ECON. Metodenya dengan menghabisk­an daya satu baterai hanya dalam masing-masing Riding Mode tanpa diganti- ganti, dengan gaya berkendara normal.

Hasilnya dalam mode STD didapat jarak terjauh sebesar 46 km sampai baterai benar-benar mati. Kemudian di mode ECON berhasil meraih jarak 53,2 km. Kedua capaian kami lebih jauh dari klaim Honda sebesar 41,1 km (WMTC).

Ketika baterai sudah 0%, ternyata EM1 e: masih bisa menempuh jarak sekitar 5 km sampai benar-benar mati. Kecepatan maksimal turun jadi hanya 37 km/ jam dan berangsur menurun, di mode STD ketika logo kura-kura mulai mengedip kecepatan maksimal hanya 22 km/jam saja. Sementara itu di mode ECON, top speed tidak berubah saat baterai 0% (32 km/jam) dan juga berangsur turun jadi 22 km/jam saat logo kura-kura berkedip.

Lalu berapa sih biaya per kilometern­ya pakai EM1 e: ini? Tentunya menggunaka­n rumus kapasitas kwh baterai (1,494 Wh atau 1,49 kwh) x tarif dasar listrik (Rp 1.440,70) /jarak tempuh.

Pertama perhitunga­n jarak tempuh terjauh yang kami dapat (53,2 km), menghasilk­an angka sebesar Rp 40,35 per km. Kemudian jarak tempuh paling dekat atau yang paling boros selama pengetesan (39 km), hasilnya Rp 55,04 per km. Sementara itu jika pakai klaim Honda sejauh 41,1 km (WMTC) didapat angka Rp 52,22 per kilometer. Murah banget ya!

Kemudian kalau menggunaka­n metode swap yang sekali tukar memakan biaya Rp 8 ribu per energi atau per baterai, maka jika satu baterai bisa menempuh jarak 41,1 km, berarti biaya per km adalah Rp 194,6.

Menariknya biaya konsumsi listrik dengan metode swap mirip dengan biaya BEAT pakai Pertalite yang satu liternya (Rp 10 ribu) bisa untuk sekitar 51 km.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia