DUNIA IBARAT SANDAL
Sungguh kasihan orang yang pergi tanpa sempat mengenal Tuhannya. Sungguh kasihan orang yang mengira kehidupan dunia adalah untuk bermain-main, mencari kesenangan dan kepuasan nafsu semata-mata.
Kasihan! Kasihanilah diri kita sendiri. Namun, sekiranya kita mengasihani diri kita tanpa mengambil apa-apa tindakan, tidak berguna.
Jadi, marilah kita berazam hendak khusyuk dalam solat. Sungguh, gerbang utama kita agar boleh memasuki ruang khusyuk dalam solat adalah memahami dengan betul untuk apa kita diciptakan?
Dunia sebenar
Ramai orang mempunyai impian. Mereka berasa impiannya sangat besar. Impian mahukan kereta mewah, harta banyak, suami kacak yang kaya lagi beriman, keluarga bahagia dan rumah besar. Ada juga yang mengimpikan empayar perniagaan yang sangat maju - paling terkenal di Malaysia dan seluruh dunia.
Impian tidak salah, bahkan bagus mempunyai impian. Apa yang paling dibimbangi ialah kita ini belum dapat pun lagi apa yang dicita-citakan itu, tapi kita sudah mula lupa.
Lupa pada Dia yang memberikan kesenangan kepada kita. Kita meletakkan dunia di dalam hati sepenuhnya.
Tidakkah kita risau, kalau kita dapat semua yang kita impikan itu, makin parah kita lupakan Dia? Cepat-cepatlah kembali bertanya diri, untuk apa kita diciptakan?
Sebab kita manusia
Cepat sungguh lupa, dunia ini tempat persinggahan kita. Kadang-kadang kita lupa, kita kejar dunia sehingga kita lupa akhirat.
Dunia sepatutnya cuma di tangan, bukan di hati. Kuasailah dunia dengan 1,001 pencapaian, tapi di hati akhirat tetap keutamaan.
Kadang-kadang kita lupa bahawa nikmat yang kita sedia terima tanpa kita sujud pada-Nya itu dinamakan istidraj.
Kita lupa tugas utama kita di dunia iaitu untuk menyembah Dia.
Nabi SAW bersabda, mafhumnya: “Sesungguhnya perumpamaan dunia dan diriku adalah seperti seseorang yang beristirahat sejenak di bawah sebatang pohon pada siang yang amat panas, kemudian dia pergi dan meninggalkannya.” (Riwayat Ahmad sahih di sisi al-Albani)
Baginda SAW juga bersabda mafhumnya: “Dunia itu terlaknat dan terlaknat pula segala yang ada di dalamnya, melainkan zikrullah (menyebut dan mengingati Allah) serta perkara yang mendukungnya, seorang yang alim (tahu dan berilmu) atau seorang yang belajar (menuntut ilmu).” (Riwayat Ibnu Majah)
Sabda Baginda SAW lagi, mafhumnya: “Apakah ertinya dunia? Apakah ertinya dunia dan hartaku?” (Riwayat ad-Darimi)
Dalam riwayat Muslim, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad, Baginda SAW bersabda, mafhumnya: “Setiap manusia berangkat pada pagi hari untuk menjual dirinya. Maka, terserah dia hendak membebaskan atau menahannya.”
Bahkan, Baginda SAW bersabda, mafhumnya: “Kalaulah dunia di sisi Allah senilai dengan sayap nyamuk, pastilah Dia tidak pernah memberi minum seorang kafir walaupun setitis.” (Riwayat at-Tirmizi)
Kata seorang ulama: “Dunia itu ibarat sandal.”
Orang ramai pun kehairanan, tapi ulama ini tetap berkeras dan
Kehadiran kita di sini semata-mata menyembah Yang Maha Esa
mengatakan: “Ya, dunia seperti sandal. Meskipun kita tidak begitu memerlukan sandal, kita tentu tidak boleh berjalan tanpa alas kaki.
“Begitu juga dunia, kita tidak begitu memerlukannya tapi kita harus memanfaatkannya. Namun, pernahkah kita mendengar rasa cinta yang terjalin antara seseorang dengan sandalnya?”
Beginikah hakikat dunia yang ada di dalam hati kita?
Kita perlu selalu ingat, hadirnya kita di dunia ini semata-mata untuk menyembah Tuhan kita. Berusahalah untuk mengenali Dia dan mengetahui sebab kita diciptakan.
Berusahalah untuk khusyuk dalam solat.
Penulis ialah pendakwah dan penulis buku