Pengertian sebenar puasa
Latih diri memahami kesusahan hidup saudara seagama Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat seksa-Nya”
Surah al-Maidah, ayat 2
Ibadat puasa memberikan pengertian yang begitu tinggi terhadap nilai kemanusiaan. Sekiranya kita dapat hayati dengan mendalam pasti akan membenihkan perasaan kemanusiaan yang murni.
Sebagai umat Islam yang beriman, puasa mengajak kita merasai betapa perit getirnya menahan lapar dan minum seperti saban hari dideritai golongan miskin.
Memang benar, selama ini kita terpanggil untuk turut membantu menerusi kaedah bersedekah sama ada dalam bentuk wang ringgit atau apa saja pertolongan lain.
Ketika sedang khusyuk menunaikan ibadat puasa, ada baiknya sesekali kita merenung diri, inilah penderitaan saudara kita yang selama ini dihambat kelaparan dan kebuluran.
Lihatlah saudara kita yang berada di negara sedang bergolak. Kehidupan mereka bukan saja diancam bedilan peluru tetapi mereka juga berdepan kekurangan makanan.
Kita pastinya amat sedih apabila situasi itu dialami sendiri bayi dan anak kita yang masih belum mengenal dunia yang terpaksa melalui penderitaan itu.
Sebaiknya, cuba kita bandingkan apakah menu yang kita nikmati setiap petang ketika waktu berbuka. Adakah mewah dengan pelbagai aneka hidangan atau kita berbuka ala kadar saja?
Seandainya kita menikmati juadah berbuka puasa seperti ‘melepaskan geram’ maka kita sebenarnya masih tidak mampu serapkan rasa derita insan lain dalam jiwa.
Sebab itulah kita sangat dianjurkan untuk sentiasa memandang orang di sekeliling bagi melihat insan lain yang mungkin jauh lebih susah kehidupannya.
Kita tidak seharusnya sekadar menjaga kepentingan diri dan seisi keluarga saja sedangkan pada waktu sama terdapat jiran yang berada dalam kepayahan.
Inilah masanya kita membuang jauh perasaan sombong dan pentingkan diri sendiri itu bagi membolehkan insan lain juga turut sama merasai apa yang kita kecapi.
Allah SWT berpesan kepada hamba-Nya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat seksa-Nya.” (Surah al-Maidah, ayat 2)
Demikian juga sekiranya kita meneliti Surah al-Baqarah ayat 77, terkandung peringatan
Allah SWT dalam membantu sesama Muslim.
Allah SWT berfirman yang bermaksud: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikatmalaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan solat, dan menunaikan zakat dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
Kita perlu menyerap apa saja nilai baik yang disampaikan Nabi Muhammad SAW termasuk menghidupkan jiwa dan semangat untuk membantu golongan lain.
Satu hadis seperti diriwayatkan Imam Bukhari, Baginda SAW bersabda bermaksud: “Seorang Muslim itu saudara bagi Muslim yang lain.
“Ia tidak boleh menganiaya dan tidak boleh menyerahkannya (kepada musuh). Barang siapa membantu keperluan saudaranya, Allah akan (membalas) membantu keperluannya. Barang siapa membebaskan seorang Muslim dari kesusahan, Allah akan membebaskan satu kesusahan dirinya dari beberapa kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa menutupi aib seorang Muslim, Allah akan menutupi aibnya kelak pada hari kiamat.”