Puisi Minggu Ini
MAWAR MEKAR INDAH
Mawar nan indah kau anggun senantiasa memukau bisu para pria menimbul cemburu para jelita bibir mu delima merekah mata mu panah berbisa lantas keruan melanda getar dada goyah resah gelora jiwa berapi membara tiada siapa sebegitu memuja melainkan sang kesatria bertahun pun usia bertambah kasih ini tak akan berubah selagi malam dan siang senada berada pada paksinya selagi pantai dan gunung seirama berada pada sempadannya kau bertakhta selama-lamanya Mawar mekar indah.
JAKARIA DASAN UMS 9.2.2021 MAWAR INTAN BAIDURI
Mawar intan baiduri anggun bugar berseri indah tak terperi bak sirna bidadari langsung terpukau diri tertusuk pun jari dek tangkai berlilit duri tidak sakit diperi malah senyuman ku beri saban saat batin diuji tak pernah rajuk pergi sekelip hilang pun dicari tanda setia terpatri mati tiada terbilang hari mawar ku puja... masih.
JAKARIA DASAN UMS 9.2.2021 MAWAR NAN INDAH
Duhai mawar nan indah kelopak mu dari baldu daun mu dari sutera tangkai mu dari berlian haruman mu dari jannah sekaligus anggun mempesona tika kembang mu ghairah seisi dunia waktu kuncup mu pegun alam maya sendirian... engkau bangkit jiwa bertiga... engkau pukau cinta sejambak... engkau rapatkan raga dalam halaman taman dunia engkau jelmakan bahagia duhai mawar nan indah jangan engkau layu sebelum masa pergi ku tiba.
JAKARIA DASAN 13.6.2020 UMS MAWAR KESATRIA
Mawar kesatria gigih menyiram kelopaknya lembut membelai daunnya teliti menggapai tangkainya asyik menghirup aromanya ghairah melindungi anggunnya kembanglah si mawar dari rimbunan kasih kesatria kuncup pun mawar sekadar beradu seketika kelak ingin segera jaga untuk kembali merindui puja pada deklarasi sejiwa sendirian... membuka sukma bertiga... melafaz rahsia sejambak... menyimpul raga tiadalah gentar tiupan gelora mawar melukut pada setia sang kesatria.
JAKARIA DASAN UMS 19.2.2021 DIA AYAHKU (sempena hari lahirnya ke-73)
Wajahnya saling tumpah di mataku sebagai kesejukan hujan rindu lahirnya bak tunas yang mekar harum di taman anugerah ketika waktunya menganjak muda ke dewasa dia cekal berjuang di temulang masa tanpa mengerti lelah dan kalah.
Di bahunya tergalas segunung perih yang dipendam dalam-dalam pada akar sanubari ketika keluhan ini menjerat semangat menjadi hampir lumpuh tegas tuturnya telah jauh menuntunku mengenali kehidupan hari ini.
Dialah ayahku laki-laki yang gagah menelusur pelataran hidup berusia emas tanggal hari kelahiran ini hanya doa tulus yang kuangkat semoga Tuhan mengurnia lautan bahagia buatmu sampai syurga.
Mohilis Kota Belud LAKI-LAKI YANG TERTUMPAH KERINGAT
Perlahan-lahan keringat meluncur ke wajah tenang itu biarpun matari dan hujan bersilih menjadi cuaca tergagah di tubuh hari di sukmanya bertakung selaut iman dan kecekalan yang terus tumbuh di pantai-pantai kemanusiaan.
Jejaknya kian menghambat erti cinta di telapak kota dan serata lembah lalu mekarlah kelopak ketulusan mengharum nekad mencari saudara-saudara yang terpuruk jaun menahan kesakitan miskin dan tak upaya.
Dia mengasihi seluruh umat tanpa ada sisihan beda tiap zarahnya pada insan dan seisi alam bernoktahkan air mata dan syukur yang menanti di hujung harapan pada doa-doanya tersimpul kekuatan dan kasih sayang pada Tuhan.
Dialah laki-laki yang tak pernah lemas tewas di sungai kelelahan dia ditunjang segunung semangat tanpa sekalung darjat dan pangkat dialah Ebit Lew penjunjung kasih umat sejagat.
Mohilis Kota Belud HUJAN DI MATAMU
Datang dari keheningan yang hampir gelap Rintik paling tipis telah berkelip Mula membanjiri matamu yang terbakar Serta kesetiaan yang semakin meningkat
Jadi sebelum hari Sabtu Dedaun menyambut bulu matamu yang keriting tanpa ragu-ragu Menjelma tiang lampu jalan Dan lampu bersinar lembut ketika hujan
Mungkin pada teratai Aku menemui nama kita untuk mentafsirkan mimpi Sehingga kenangan di matamu tumpah Dan secara tidak sengaja membelai bulan sehingga berdarah.
(Pamekasan, 2020) MEMBACAMU
Membacamu Layaknya minum kopi Tak jelas pahit manis, tetap kucecapi Dimana kucelupkan bintangbintang Sebelum pagi benar-benar menyambang
Legit kuntum bunga mawar Kutemukan kelopaknya adalah lembaran-lembaran Yan di setiap halamannya
Terukir jelas nama kita
Tapi membacamu Telah kujumpa senja Yang membentang seluas samudera Untuk kita berjalan Menuju pelaminan berdua.
(Pesisir Branta, 2020)
UNTAIAN SAJAK UNTUK BAPAK Tetap untukmu pak, Rekah bunga-bunga bermekaran Di taman belukar Sebelum datang angin sakal Yang selalu kukir dengan tinta kerinduan
Sedang air mata bercucuran Menggenangi kesepian di seberang jalan Untuk kutunggu engkau datang Memungut serakan rindu yang bertebaran
Di wajahmu pak, Kutanam benih-benih pengharapan Supaya kebeningan malam Menumbuhkan ilalang yang mekar di ingatan
Sedangkan, hanya wangi peluhmu pak, Barangkali menjelma selendang bianglala Sehingga gemetar aku membaca Pada siluet senja yang aku sebut sebagai derita. (Pesisir Branta, 2020)