JOGLO TEPI SAWAH
Manisan beriktikad menjadi restoran dengan koleksi menu Indonesia terlengkap di Ubud. Tapi kuliner bukan daya tarik satu-satunya.
secara lengkap. Dari situlah tercetus ide Manisan,” ujar Wahyu Putra, General Manager Alaya Ubud. Manisan adalah bagian dari Alaya, tapi restoran ini diletakkan agak terpisah dari hotel.
Sehari-harinya, dapur Manisan dipimpin oleh Made Siharta, koki yang pernah bekerja untuk Spa Village dan Kayumanis. Seluruh hidangannya merujuk resep tradisional, tapi pemilihan bahan dan gaya presentasinya mengadopsi pendekatan modern. Untuk sate Purwakarta misalnya, Made memakai Sedangkan untuk mi Aceh, emping tak disertakan, mungkin karena kandungan kolesterolnya. Manisan menampilkan area dan
yang berkapasitas total 128 tamu. Tegelnya yang antik dicetak di Tabanan. Piring dan mangkuknya dipesan dari Gaya. Sementara mebelnya dirancang oleh Made Wijaya, desainer kondang yang mangkat beberapa minggu sebelum Manisan diresmikan pada September 2016. Menuju ke belakang restoran, kita akan menemukan sebuah joglo renta asal Rembang yang bisa disulap menjadi pelaminan.
Di sekitar kompleks Manisan sebenarnya terdapat daya tarik lain yang cukup memukau, tapi mudah luput dari perhatian: lampu taman. Terinspirasi ornamen budaya lokal, lampu-lampu ini memakai batang tembaga yang diukir menyerupai bambu dan dilengkungkan layaknya penjor, sementara tudung bohlamnya didesain mirip perangkap babi liar. Sentuhan estetis ini dibuat oleh Pintor Sirait, seniman yang sepertinya memiliki magnet di kalangan Pintor jugalah yang mendesain instalasi di lobi Artotel Sanur dan Alaya Kuta. Melalui ikhtiarnya, Manisan tanpa disadari tengah menawarkan “Untuk pertama kalinya, kita bisa menikmati kreativitas Pintor Sirait, Made Wijaya, dan William Wongso di satu tempat.