Editor’s LETTER
Saya pernah membuat satu tulisan yang komprehensif mengenai haute couture. Lebih dari dua dekade yang lalu ketika dunia itu belum mengenal istilah resesi. Couture adalah tentang fantasi dan eksklusivitas. Sebuah rancangan dibuat sesuai dengan ukuran, sebagian besar prosesnya dibuat dengan tangan dan teknik/cutting yang canggih, serta diikuti dengan banyak persyaratan lain yang memenuhi standar untuk bisa menyandang sebutan couture. Chanel, Dior, dan Valentino adalah rumah mode yang masih menjalankan prinsip proses pembuatannya itu. Kita sekarang harus dihadapkan kenyataan beberapa rumah mode menjauhi proses tradisional couture, dan lebih memilih pendekatan industri demi hasil yang lebih dianggap relevan, sehingga lebih pas rasanya bila disebut sebagai luxury ready to wear. Untuk musim semi/panas tahun ini kami melihat beberapa couturier atau rumah mode yang pantas diapresiasi, termasuk tiga nama besar di atas. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah karya John Galliano untuk Maison Margiela yang mengeluarkan koleksi bersiluet dekonstruktif dengan bentuk yang tetap terjaga dan potongan yang indah. Satu iconic look-nya adalah sebuah coat putih plus tulle hitam yang memunculkan ilustrasi wajah. Valentino adalah pilihan Didi Budiardjo. Ia mengatakan,”that's what couture is all about.” Segalanya dengan pendekatan couture dan eksklusif, sampai musiknya dibuat secara khusus oleh Alexander Desplat. Simak karya solo pertama Pierpaolo Piccioli itu dan beberapa couturier lainnya dalam liputan spesial couture kali ini (hal 77). Aksesori diangkat pula secara khusus di edisi April. Ada sejumlah aksesori yang kami pilih sebagai highlight-nya. Tas super kecil seperti yang dikeluarkan Hermes, tas ekstra besar salah satunya ditawarkan Mulberry, dan beberapa aksesori lain seperti wristlet, pin, sampai kaus kaki. Lalu ada satu aksesori yang secara khusus diangkat, yaitu sepatu berdesain vintage. Mari kita rayakan kembali desain cantik masa lalu itu bersama dengan Chanel, Dior, Gucci, Miu Miu dan lainnya. Edisi ini juga menjadi edisi travel, dan kali ini Bazaar Indonesia 'berpesiar' ke Bali. Belum lama ini Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud, dengan rombongannya yang berjumlah 1.500 orang berkunjung ke Pulau Dewata itu. Bahkan sampai memperpanjang kunjungannya. Bali memang tidak pernah kehilangan pesonanya. Hal itu pula dikatakan oleh Biyan, Carlo Pessina, Chitra Subyakto, Salvita Decorte dan Sri Luce Rusna. Karena itu kami mendedikasikan sebagian dari edisi ini untuk Bali. Semoga menginspirasi. Temukan logo ini pada halaman majalah dan nikmati pengalamannya.