LIBURAN PENUH MAKNA
Menjadi relawan adalah aktivitas yang memberi kepuasan. Apa pun alasannya, mulai dari mengatasi kemiskinan dan meningkatkan kehatan serta pendidikan dasar, menangani masalah lingkungan, hingga meringankan akibat bencana alam dan konflik dengan kekerasan, kerja relawan telah berkontribusi bagi kesejahteraan orang-orang dan komunitasnya. Pada dasarnya orang-orang memiliki kebutuhan untuk berpartisipasi dalam masyarakat, dan merasa bahwa mereka penting bagi sesamanya. Itulah yang membuat kita puas setelah menjadi relawan. Etos kesukarelaan mengandung nilai-nilai solidaritas, timbal balik, kepercayaan, rasa memiliki, dan pemberdayaan, yang semuanya penting bagi peningkatan kualitas hidup. Belum lama ini Bazaar beruntung mendapat kesempatan menjadi relawan bersama Bank Permata, sambil berwisata menikmati keindahan alam dan keunikan budaya Yogyakarta. Mengikuti program Permata Hati milik Bank Permata, Bazaar berpartisipasi dalam sesi berbagi pengetahuan kepada siswa SDN Pundong di Bantul, Yogyakarta. Bazaar bercerita tentang jurnalisme, berbagi inspirasi tentang sebuah pilihan profesi yang mungkin tidak terpikirkan oleh para siswa SD di sebuah kota kecil. SDN Pundong ini sendiri memiliki hubungan yang baik dengan Bank Permata, karena pernah menerima bantuan selepas gempa Yogyakarta pada 2016. Bantuan ini antara lain berupa taman bacaan, gazebo, dan perlengkapan marching band yang dimanfaatkan dengan baik. Perjalanan ini juga sampai di Bumi Langit Institute, sebuah institusi yang menjalankan permaculture. Pendiri Bumi Langit, Iskandar Waworuntu, menjelaskan bahwa inti permaculture adalah menjaga hubungan baik antara manusia dengan alam. Beberapa prinsipnya adalah perencanaan yang baik dan bijak, pemanfaatan sumber alam dengan hati-hati, serta pendekatan yang etis pada segala aspek kehidupan. Contoh sederhana perwujudan permaculture di Bumi Langit adalah menu makanan di restorannya yaitu Warung Bumi, yang terbuat dari bahanbahan alami hasil kebun sendiri atau tetangga yang dipercaya. Sebut saja ayam kampung, susu murni dari sapi yang diternak sendiri, nasi merah, mie dari singkong, roti gluten-free, selai buatan rumah, dan minyak kelapa murni. Bicara soal makanan, Bazaar juga tak ketinggalan berkunjung ke kediaman kepala rumah tangga Kesultanan Yogyakarta, Ibu KRT Hamong Tedjonegara di kawasan Alun-alun Kidul. Sebelum mempersilakan kami menikmati hidangan lengkap berupa (Nasi) Dhahar Pandan Wangi, Selat Timun, Dendeng Age, Lombok Kethok, dan Sayur Bobor Komplit, beliau bercerita tentang kebiasaan makan di lingkungan keraton. Tentang KGPAA Mangkubumi yang sangat menyukai hidangan penutup ketan dan saus karamel berjulukan Kongos, serta Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang senang memasak untuk keluarganya. Kami pun pulang dengan banyak pengetahuan baru dan kepuasan telah berbagi ilmu.