PERAYAAN SASTRA & SENI DI UBUD
“Writing is not a way to make a living, it’s a way to make a life,” demikian kata Victor Heringer, penulis puisi yang kerap mendapat penghargaan, yang hadir di Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) 2017. Victor termasuk dalam 160 penulis dari 30 negara yang hadir di perayaan sastra dan seni terbesar di Asia Tenggara ini. Meski kondisi Gunung Agung cukup meresahkan ketika itu, banyak pembaca hadir dari berbagai negara dan daerah di Indonesia. Dibuka di Puri Saren Ubud oleh Janet Deneefe selaku Founder & Director UWRF, perayaan ini menghadirkan tokoh-tokoh penulis dari dalam dan luar negeri. Mereka tampil bergiliran di sesi-sesi diskusi untuk berbagi kisah, ide, dan inspirasi. Salah satunya Leila S. Chudori, wartawan senior dan penulis terkenal. Leila mengatakan, “Ada penulis yang langsung menuliskan semua idenya. Namun untuk saya, menulis adalah membangun karakter tokoh-tokoh dalam buku saya. Saya melakukan research dan membuat planning.” Demikian juga dengan Trinity yang menyarankan agar penulis pemula mengawali sukses dari menulis blog, lalu latihan terus menerus, sambil mencari kelebihan dan keunikan diri. Dari Bali, hadir Kadek Sonia Piscayanti, penulis, dosen, dan pemimpin komunitas. Kadek Sonia mengangkat kisah-kisah lokal ke seluruh dunia, salah satu judul bukunya adalah Burning Hair. Menurutnya kisah-kisahnya menyampaikan kisahkisah dari Pulau Bali, yang tak selalu seindah lukisan atau foto-foto promosi wisata Bali. “Setelah menuliskan semua itu dan membagikan pada orang lain, itu melegakan,” kata Kadek Sonia. Catatan penting kali ini, NH. Dini mendapatkan Lifetime Achievement Award. Penghargaan ini sebelumnya pernah diberikan kepada alm. Sitor Situmorang pada 2010. NH. Dini naik ke panggung menerima penghargaan ditemani anaknya, Pierre Coffin. Pierre, sutradara dan animator film box office Despicable Me dan Minions, juga menjadi salah satu pembicara yang ditunggu-tunggu di UWRF. AE