Harper's Bazaar (Indonesia)

"SEBAGAI PEKERJA SOSIAL, SAYA INGIN PERMASALAH­AN SOSIAL MAKIN BERKURANG, DAN YOGYA TETAP MENJADI WALAUPUN YOGYA SEBAGAI KOTA PELAJAR, DAN TUJUAN WISATA, TENTUNYA TIDAK TERHINDAR DARI PERMASALAH­AN SOSIAL DAN LINGKUNGAN."

-

ikut terlibat di dalamnya? GKR MANGKUBUMI: perusahaan milik keraton ada yang menjadi tanggung jawab saya dan ada pula yang menjadi tanggung jawab adik-adik bapak (sultan HB X). HB: Jadi apa saja pekerjaan atau kegiatan Ibu di luar tugas-tugas keraton? GKR MANGKUBUMI: saya aktif di bidang sosial, karena saya memang memilih untuk mengabdika­n diri kepada masyarakat. saya juga aktif di organisasi-organisasi nasional, yaitu sebagai pembina di KNPI, Karang Taruna, dan beberapa yayasan bidang pendidikan dan lingkungan. sedangkan organisasi di mana saya turun langsung sebagai ketua adalah di forum Csr Kesejahter­aan sosial Nasional di bawah Kementeria­n sosial, dan asosiasi yang menggerakk­an ekonomi produktif usaha mikro yang ada di bawah BKKBN pusat. saya bersama beberapa dokter juga mendirikan Yayasan Lupus, karena kami prihatin di Yogyakarta penderita lupus itu meningkat. Tidak hanya itu, HIV/AIDS juga meningkat, kanker kasus tertinggi, sakit jiwa juga. Kasus bunuh diri juga tinggi. Kalau untuk yang satu itu saya masuk sebagai pribadi, karena ingin mengabdika­n diri di situ. HB: Dengan kegiatan sebanyak itu apakah tidak mengganggu tugas-tugas di dalam keraton? GKR MANGKUBUMI: Organisasi, kan, banyak pengurusny­a, bisa di-handle oleh siapa saja. Tapi untuk tugas keraton yang tidak bisa diwakilkan. HB: apakah ada semacam jam kerja resmi di keraton? GKR MANGKUBUMI: Tidak ada, kalau bisa 24 jam! saya biasa keluar rumah jam 8 pagi, dan baru pulang jam 10 malam. pagi hari biasanya diawali dengan meeting, baik untuk urusan keraton ataupun organisasi. HB: Ibu pernah membawa proposal untuk menjadikan DI Yogyakarta sebagai provinsi cyber pertama di Indonesia, pada event The education World Forum 2012 di London. Bisakah dijelaskan tentang provinsi cyber ini? GKR MANGKUBUMI: Cyber province sudah dicanangka­n ayah saya sejak tahun 2012, karena di Yogyakarta ada banyak anak muda dan IT cukup maju. Karya-karya yang dihasilkan oleh mereka juga sudah cukup membanggak­an, contohnya film-film animasi yang viral dan digemari sampai ke manca negara. Industri ekonomi kreatif di Yogya juga salah satu yang tertinggi di Indonesia. Jadi potensi industri ekonomi kreatif inilah yang ingin digerakkan. HB: seperti apa support yang diberikan oleh keraton Yogya? GKR MANGKUBUMI: Kami bantu mempromosi­kan potensi-potensi tersebut, terutama ke sister province Yogya, antara lain yang ada di Jepang, Korea, China, dan amerika serikat (California). Basis dari sister province ini adalah pendidikan, seni dan budaya, ekonomi, dan mereka menjadi yang utama dalam men-support DIY dengan berkolabor­asi. HB: Bagaimana keraton memanfaatk­an internet, yang adalah teknologi modern, untuk melestarik­an budaya Yogya? GKR MANGKUBUMI: Keraton sekarang lebih terbuka, dalam arti kami sudah mempunyai media sosial yang kami pergunakan untuk mensosiali­sasikan, menginform­asikan, dan memberi edukasi kepada masyarakat luas tentang tradisi budaya yang ada di keraton Yogyakarta. Itu semua bisa dilihat di Twitter, Instagram, dan Facebook dengan nama @kratonjogj­a. Yang mengerjaka­n adik saya, GKR Hayu. HB: apa visi Ibu untuk Yogyakarta di masa depan? GKR MANGKUBUMI: sebagai pekerja sosial, saya ingin permasalah­an sosial makin berkurang, dan Yogya tetap menjadi City of Tolerance. Walaupun Yogyakarta sebagai small Indonesia, kota pelajar, dan tujuan wisata, tentunya tidak terhindar dari permasalah­an sosial dan lingkungan. Kami juga sedang memperjuan­gkan Yogyakarta menjadi World Heritage, mengingat banyaknya tradisi yang masih dipegang teguh, mempunyai filosofi yang tinggi, yang masih kami pegang sejak sultan HB I. HB: Dari seluruh sultan HB, siapakah yang paling berpengaru­h dalam cara berpikir Ibu? GKR MANGKUBUMI: semuanya memberi pengaruh, karena semua, kan, eyang saya (sambil tertawa). Tapi memang yang sempat saya lihat dan kenal adalah sultan HB IX. sebelum beliau wafat di amerika serikat, saya sempat menari di depan beliau di sebuah acara dinner ketika di Jepang. Jadi itu cukup berkesan bagi saya. prinsip utama yang saya ambil dari mereka adalah bahwa tugas kami adalah mengabdika­n diri kepada masyarakat. Itu yang saya pelajari dan teruskan. HB: satu pertanyaan lagi, ke mana tujuan liburan favorit Ibu? GKR MANGKUBUMI: saya senang kegiatan outdoor, seperti ke pantai. saya suka Indonesia Timur, karena alamnya masih asli. saya juga pencinta tenun dan saya suka tenun ende. sayangnya saya tidak bisa membatik, karena dulu kurang telaten (sambil tertawa).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia