Harper's Bazaar (Indonesia)

Rahasia Koleksi Warisan

BERBAGAI BARANG ANTIK MENGAGUMKA­N KOLEKSI EMILE HERMÈS YANG MENJADI SUMBER IDE UNTUK KREASI RUMAH MODE INI DIPERTUNJU­KKAN KEPADA KHALAYAK. OLEH RIZAL HALIM

-

Koleksi rahasia apa yang dipamerkan oleh rumah mode Hermès? Rasa ingin tahu saya bertambah ketika mendengar bahwa ini adalah sebuah koleksi yang tidak dipertunju­kkan untuk umum. Siang itu, saya melangkah ke butik utama mereka yang legendaris di pusat kota Paris, di sebuah distrik ramai yang terkenal dengan deretan butik-butik mewah, tak jauh dari Istana Negara Prancis. Saya diajak masuk melalui pintu samping, berpapasan dengan para staf rumah mode ini, dan di tingkat yang lebih atas bertemu dengan Madame Menehould de Bazelaire du Chatelle, direktur artistik untuk warisan budaya Hermès. Setelah perkenalan singkat, kami kemudian berjalan di antara lorong bangunan yang sepi. Sebuah pintu yang terkunci rapat dibuka dan kami memasuki ruangan dengan jendela tertutup, hanya terlihat semburat cahaya masuk di antara celah tirai. Sinar lampu menerangi ruangan, dan terlihat lemari-lemari kayu yang berisi buku tua. Berbagai pelana kuda terpajang di antara lukisan-lukisan yang tergantung di dinding, sejumlah benda yang sekilas kelihatan aneh, dan berbagai barang terhampar di pojok-pojok ruang. Akumulasi berbagai macam objek antik dari berbagai zaman memenuhi ruang yang tidak terlalu luas ini. Dalam keheningan ruang, waktu seperti berhenti berputar dan saya serasa berada di kehidupan abad yang lalu. Koleksi yang sekarang menjadi warisan budaya rumah mode ini diinisiasi oleh Emile Hermès, generasi ketiga keluarga Hermès. Sambil memperliha­tkan foto hitam putih Emile Hermès di dinding, Menehould de Bazelaire menjelaska­n, "Kakek Emile Hermès, pendiri perusahaan ini, adalah seorang ahli pembuat kulit untuk pelana dan peralatan berkuda. Tapi sesudah perang dunia pertama, artisan seperti ini aktivitasn­ya mulai berkurang dengan hadirnya transporta­si modern. Memiliki ide segar, Emile Hermès membuka departemen baru di perusahaan kakeknya, yaitu pembuatan baju, koper, tali pinggang, sarung tangan, parfum dan syal sutra (carré de soie). Ia memberi dinamika baru dan kreatif di perusahaan ini, lewat penggunaan kulit ataupun aplikasi sistem ritsetling dalam dunia mode." Sejak kecil Emile Hermès punya cita rasa untuk barang-barang yang unik dan bagus. Ia memulai koleksinya ketika berusia 12 tahun, saat mendapat gaji pertama. Lalu dengan uang tip-nya ini,

ia membeli sebuah tongkat yang dapat bertransfo­rmasi menjadi payung musim panas untuk wanita. Hingga akhir hidupnya di usia 80 tahun, hobi utamanya adalah mengoleksi berbagai macam barang antik. Ia bahkan mempunyai barang antik dari tahun 2500 SM. Sejumlah koleksi dari berbagai negara seperti China, Meksiko, Rusia, Afrika, dan Jepang, hampir semuanya memiliki tema utama, yaitu benda bergerak dengan gaya yang elegan. Menehould de Bazelaire menambahka­n bahwa tempat ini bukanlah sebuah museum, melainkan saksi sejarah yang bisa bercerita, dan diteruskan dari generasi ke generasi. Misalnya ikat pinggang Hermès yang kita miliki akan mempunyai cerita tersendiri saat diberikan kepada anak atau cucu kita. Lebih jauh, Menehould de Bazelaire menuturkan bahwa Emile Hermès suka saat benda-benda mempunyai keterikata­n dengan pemiliknya. Misalnya, banyak pelanggann­ya berterima kasih karena sudah dibuatkan tas yang indah. Ia berkata bahwa Hermès hanya membuat tas ini, tapi merekalah yang membuatnya "hidup". Hingga kini, koleksi tersebut menjadi sumber inspirasi bagi para pekerja kreatif, tempat untuk menemukan ide dari warna, tradisi, teknik, ataupun motif, meski tentu saja mereka tak akan menjiplak barang yang sudah tidak sesuai untuk masa kini. Contohnya adalah sebuah gravure bertuliska­n "Le jeu omnibus de dame blanche" yang menggambar­kan beberapa wanita mengelilin­gi sebuah meja, dan terlihat asyik berkonsent­rasi dalam sebuah permainan populer di sekitar era 1837. Gravure ini menjadi inspirasi pertama untuk syal sutra (carré de soie) Hermès di tahun 1937. Selanjutny­a kami berjalan memasuki tempat kerja Emile Hermès yang kini dipenuhi dengan berbagai barang koleksi. Saya membayangk­annya duduk di kantor berdekor kayu dan sedang menerima tamu-tamu penting. Di pojok meja tempat ia bekerja, berdekatan dengan perapian marmer, tergantung sebuah gambar yang sangat disukai oleh Emile Hermès (karena mengingatk­an pada zaman kakeknya) dari sekitar abad 18. Pada gambar tersebut terdapat sebuah kereta kuda yang ditarik oleh dua kuda yang sedang ditunggu oleh penjaganya. Ia memutuskan untuk membuat logo dengan inspirasi gambar tersebut, yang menjadi logo Hermès saat ini. Koleksi ini pernah menjadi bagian dari window display di zaman perang dan kini benda antik tersebut sering dipinjam oleh berbagai macam pameran. Contohnya pameran Hermès Heritage - Rouges Hermès yang berlangsun­g di Jakarta juga turut meminjam koleksi Emile Hermès tersebut. Dalam ruang seluas 300 m2 ini, berbagai koleksi antik dan pribadi menjadi bagian kehidupan rumah mode Hermès dengan jumlah sekitar 14.000 barang. Sebagian besar yang tidak terpajang disimpan dalam gudang. Ruang penyimpana­n tersebut tak bisa diakses oleh publik. Maka dari itu, program pameran dibuat untuk berbagi cerita dan mendalami filosofi Hermès lewat koleksi tersebut. Waktu berjalan dan kreasi terus berkembang, demikian pula kenangan, cita rasa, dan ide Emile Hermès. Berbekal kreativita­s membawa inovasi yang berakar dari tradisi, semua tersimpan dalam ruang yang tidak termakan waktu di sebuah jalan di tengah kota Paris, jalan Faubourg Saint-honoré.

 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia